Abdul Bakrie adalah pengusaha pejuang. Dia disegani sebagai pengusaha pribumi yang sukses berkembang berdasarkan kekuatan potensi rakyat. Berawal dari pengumpul hasil pertanian dan kemudian menjualnya keluar negeri ( export) untuk mendatangkan devisa bagi negera. Dia dikenal sebagai sosok yang sederhana dan pekerja keras serta innovative. Tak banyak terlibat dalam kancah politik walau hartanya melimpah. Namun dia selalu bangga sebagai putra Indonesia dan menjadikan wiraswata sebagai caranya berbakti bagi bangsanya. Diapun mendidik anak anaknya dengan disiplin keras untuk menjadi petarung didunia business. Kini Abdul Bakrie telah tiada. Namun namanya tetap exist di usung oleh anak anaknya. Menjadi perusahaan berkalas dunia dan salah satu perusahaan yang unggul melewati krisis 98.
Bakrie tumbuh dan berkembang diatas arus gelombang perpolitikan dan business di Indonesia. Keluarga Bakrie memang terlahir sebagai darah pejuang yang gemar bekerja keras untuk menangkap segala peluang yang mungkin untuk bertahan dengan cara cara hero. Ketika gelombang krisis moneter tahun 98, banyak perusahaan konglomerat melempar handuk putih kepada pemerintah dan menyerah dalam kuridor BPPN, namun Bakrie tidak menyerah. Kepiawaian Keluarganya menggandeng konsorsium bank kreditur sebagai mitra mengatasi krisis hutang adalah bukti bahwa Bakrie bukan tipe pengusaha yang cengeng. Mereka first class dibidang business.
Dua tahun setelah tahun 1998 , Bakrie berhasil keluar dari jeratan pengambil alihan oleh BPPN. Walau akhirnya menempatkan keluarga Bakrie sebagai pemilik minoritas dan asing mayoritas namun itu adalah lebih baik daripada membebani negara dengan program bail out melalui BPPN. Atau bisa saja timbul pemikiran lain bahwa mungkin menyerahkan asset kepada negara adalah lebih buruk daripada menyerahkan asset kepada Asing. Karena dari Asing, Bakrie mendapatkan kekuatan suplai dana untuk berkembang dan sementara dari negara dia tidak akan mendapatkan apa apa. Apakah ini sikaf anti nasionalisme ? Tentu bukan masalah nasionalisme. Tapi lebih ketidak yakinan keluarga Bakrie dengan program BPPN tersebut sebagai cara mengatasi krisis moneter. Mereka tidak ingin perusahaan yang didirikan oleh orang tuanya pada akhirnya diobral kepada asing. Bakrie inginkan penyelesaian yang seimbang dan mereka berhasil menjadi model penyelesaian restruktur hutang terbaik ketika itu.
Selanjutnya kita semua menyaksikan bahwa para anak anak Bakrie memang first class dalam bidang business. Keluarga ini tampil percaya diri sebagai perusahaan nasional dengan memanfaatkan trend kenaikan harga komoditas pertanian ( CPO), Energy ( Batu bara ) , peroperty sebagai mesin pertumbuhan usahanya. Melalui pasar modal , mereka menarik dana tak terbilang sebagai cara memanfaatkan peluang dari pasar modal yang bergairah. Ketika itu pasar modal regional maupun international memang memanjakan sector Energy ,CPO dan Property. Akuisi internal antar anak perusahaan didalam holdingnya terjadi terus menerus sebagai strategy menjadikan keluarga Bakrie kembali menjadi pemegang saham mayoritas diantara mitranya. Dengan menempatkan saham saham yang sudah dikuasainya, mereka kembali menarik dana dari lembaga keuangan lewat hutang maupun REPO. Berbagai skema raising fund mewarnai perjalanan usaha keluarga Bakrie untuk menjadi usaha berkelas dunia. Hingga akhirnya majalah Forbes menempatkan keluarga Bakrie sebagai orang terkaya di Indonesia. Namun ketika krisis global dan semua bursa rontok, maka Bakrie pun kembali dihadapkan oleh krisis. Nilai asset perusahaan ini menurun drastic seiring dengan jatuhnya harga semua saham anak perusahaan Bakrie dibursa. Pihak otoritas melakukan suspend agar menjaga tidak semakin parahnya kejatuhan saham Bakrie.
Yang pasti apa yang kini terjadi dengan Bakrie tidak ada yang salah. Dan keluarga ini aman aman saja. Hanya public yang ribut. Apa yang dilakukan oleh Bakrie tidak ada yang melanggar hukum. Soal Saham yang jatuh itu adalah biasa dalam system pasar uang kapitalis. Naik dan jatuh sudah disadari oleh semua orang yang ingin mendulang laba di bursa. Soal Lapindo bukanlah kesalahan keluarga Bakrie karena mereka sudah mmenuhi semua procedure yang ditetapkan oleh UU. Soal Hutang Bakrie , juga adalah hal yang normative dalam business. Bakrie lakukan dengan timing (( januari sampai dengan juni 2008) )yang tepat untuk berhutang. Sebelum kejatuhan saham dibursa , Barkrie telah berhasil menarik dana pinjaman jangka pendek sebesar 40 kali lipat Semua hutangnya dijamin oleh saham perusahaan yang sedang hot dimarket.
Rumor berkembang dimasyarakat bahwa pemerintah ditekan untuk mem bail out hutang Bakrie dan sekaligus mem buy back saham Bakrie dibursa. Data Hutang Bakrie memang luar biasa besar dan sebagian besar hutang itu kepada lembaga keuangan asing. Dan juga sebagian besar saham Bakrie yang dijual di Bursa dibeli oleh para politisi kaya raya , yang sebagian mereka ada yang jadi pimpinan partai. Kini pihak asing dan orang kaya baru diera reformasi mendulang masalah karena nilai saham Bakrie jatuh. Mereka inilah sebetulnya korban dari Bakrie tapi sebetulnya adalah korban dari system yang dari awal sudah salah. Dan Bakrie hanyalah peselancar yang piawai menari diatas gelombang business yang tinggi dan melaju kencang didorong angin politik… Jatuh atau terus kah Bakrie ? Kita lihat nanti.
Bakrie tumbuh dan berkembang diatas arus gelombang perpolitikan dan business di Indonesia. Keluarga Bakrie memang terlahir sebagai darah pejuang yang gemar bekerja keras untuk menangkap segala peluang yang mungkin untuk bertahan dengan cara cara hero. Ketika gelombang krisis moneter tahun 98, banyak perusahaan konglomerat melempar handuk putih kepada pemerintah dan menyerah dalam kuridor BPPN, namun Bakrie tidak menyerah. Kepiawaian Keluarganya menggandeng konsorsium bank kreditur sebagai mitra mengatasi krisis hutang adalah bukti bahwa Bakrie bukan tipe pengusaha yang cengeng. Mereka first class dibidang business.
Dua tahun setelah tahun 1998 , Bakrie berhasil keluar dari jeratan pengambil alihan oleh BPPN. Walau akhirnya menempatkan keluarga Bakrie sebagai pemilik minoritas dan asing mayoritas namun itu adalah lebih baik daripada membebani negara dengan program bail out melalui BPPN. Atau bisa saja timbul pemikiran lain bahwa mungkin menyerahkan asset kepada negara adalah lebih buruk daripada menyerahkan asset kepada Asing. Karena dari Asing, Bakrie mendapatkan kekuatan suplai dana untuk berkembang dan sementara dari negara dia tidak akan mendapatkan apa apa. Apakah ini sikaf anti nasionalisme ? Tentu bukan masalah nasionalisme. Tapi lebih ketidak yakinan keluarga Bakrie dengan program BPPN tersebut sebagai cara mengatasi krisis moneter. Mereka tidak ingin perusahaan yang didirikan oleh orang tuanya pada akhirnya diobral kepada asing. Bakrie inginkan penyelesaian yang seimbang dan mereka berhasil menjadi model penyelesaian restruktur hutang terbaik ketika itu.
Selanjutnya kita semua menyaksikan bahwa para anak anak Bakrie memang first class dalam bidang business. Keluarga ini tampil percaya diri sebagai perusahaan nasional dengan memanfaatkan trend kenaikan harga komoditas pertanian ( CPO), Energy ( Batu bara ) , peroperty sebagai mesin pertumbuhan usahanya. Melalui pasar modal , mereka menarik dana tak terbilang sebagai cara memanfaatkan peluang dari pasar modal yang bergairah. Ketika itu pasar modal regional maupun international memang memanjakan sector Energy ,CPO dan Property. Akuisi internal antar anak perusahaan didalam holdingnya terjadi terus menerus sebagai strategy menjadikan keluarga Bakrie kembali menjadi pemegang saham mayoritas diantara mitranya. Dengan menempatkan saham saham yang sudah dikuasainya, mereka kembali menarik dana dari lembaga keuangan lewat hutang maupun REPO. Berbagai skema raising fund mewarnai perjalanan usaha keluarga Bakrie untuk menjadi usaha berkelas dunia. Hingga akhirnya majalah Forbes menempatkan keluarga Bakrie sebagai orang terkaya di Indonesia. Namun ketika krisis global dan semua bursa rontok, maka Bakrie pun kembali dihadapkan oleh krisis. Nilai asset perusahaan ini menurun drastic seiring dengan jatuhnya harga semua saham anak perusahaan Bakrie dibursa. Pihak otoritas melakukan suspend agar menjaga tidak semakin parahnya kejatuhan saham Bakrie.
Yang pasti apa yang kini terjadi dengan Bakrie tidak ada yang salah. Dan keluarga ini aman aman saja. Hanya public yang ribut. Apa yang dilakukan oleh Bakrie tidak ada yang melanggar hukum. Soal Saham yang jatuh itu adalah biasa dalam system pasar uang kapitalis. Naik dan jatuh sudah disadari oleh semua orang yang ingin mendulang laba di bursa. Soal Lapindo bukanlah kesalahan keluarga Bakrie karena mereka sudah mmenuhi semua procedure yang ditetapkan oleh UU. Soal Hutang Bakrie , juga adalah hal yang normative dalam business. Bakrie lakukan dengan timing (( januari sampai dengan juni 2008) )yang tepat untuk berhutang. Sebelum kejatuhan saham dibursa , Barkrie telah berhasil menarik dana pinjaman jangka pendek sebesar 40 kali lipat Semua hutangnya dijamin oleh saham perusahaan yang sedang hot dimarket.
Rumor berkembang dimasyarakat bahwa pemerintah ditekan untuk mem bail out hutang Bakrie dan sekaligus mem buy back saham Bakrie dibursa. Data Hutang Bakrie memang luar biasa besar dan sebagian besar hutang itu kepada lembaga keuangan asing. Dan juga sebagian besar saham Bakrie yang dijual di Bursa dibeli oleh para politisi kaya raya , yang sebagian mereka ada yang jadi pimpinan partai. Kini pihak asing dan orang kaya baru diera reformasi mendulang masalah karena nilai saham Bakrie jatuh. Mereka inilah sebetulnya korban dari Bakrie tapi sebetulnya adalah korban dari system yang dari awal sudah salah. Dan Bakrie hanyalah peselancar yang piawai menari diatas gelombang business yang tinggi dan melaju kencang didorong angin politik… Jatuh atau terus kah Bakrie ? Kita lihat nanti.