Sesungguhnya makna cinta bukan sekedar kata kata tetapi terlebih penting lagi adalah melibatkan diri dan hidup kita bersama mereka di jalan Tuhan. Mencintai mereka juga berarti kita harus ikut merasakan penderitaan sebagaimana mereka merasakannya. Memberi makan kepada orang-orang miskin berarti memberi makan kepada Tuhan, mengasihi dan mencintai mereka juga berarti mencintai Tuhan.
Saya teringat sebuah hadits Qudsi yang sangat indah maknanya, yang merupakan salah satu hadits Qudsi yang dikumpulkan oleh Syaikh al-Akbar Ibn ‘Arabi qs. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “…Wahai Anak Adam! Aku meminta makan kepadamu tetapi engkau tiada memberi-Ku makan” Si Hamba bertanya: “Wahai Tuhan, bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan padahal Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?” Allah berfirman,“Tidakkah kau tahu bahwa hamba-Ku si Fulan meminta makan kepadamu tapi engkau tiada memberinya makan? Tidakkah engkau tahu bahwa jika kau memberinya makan, niscaya engkau akan menemukan itu di sisi-Ku. Wahai Anak Adam! Aku meminta minum kepadamu tapi tidak kau beri Aku minum” Si Hamba menjawab: “Wahai Rabbi, bagaimana mungkin aku memberi-Mu minum padahal Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?’ Allah berfirman: “Hamba-Ku si Fulan minta minum kepadamu tapi engkau tiada memberinya minum. Padahal jika engkau memberinya minum niscaya akan kau dapati itu di sisiKu.”
Konon Nabi Ibrahimm as tidak bersedia makan kecuali jika ada beberapa tamu yang ikut serta makan bersama di mejanya. Suatu ketika terjadi, tidak seorang tamu pun yang datang ke rumahnya, padahal beliau sudah merasa lapar. Ibrahim pun pergi keluar untuk mencari seseorang yang bersedia untuk diajak makan bersamanya dan akhirnya di tepi hutan ia bertemu dengan seorang yang telah berusia lanjut.
Beliau pun mengundangnya untuk makan dan lelaki tua itu pun menyetujuinya dan pergi bersama ke rumah Ibrahim. Di tengah perjalan Ibrahim as bertanya kepada lelaki tua itu mengenai agama yang dianutnya dan si lelaki tua itu pun menjawab bahwa ia seorang yang tidak beragama (atheist). Mendengar hal ini Ibrahim as pun menjadi marah dan membatalkan undangan makannya kepada si lelaki tua.
Namun tak lama setelah itu beliau mendengar suara dari atas, ”Wahai Ibrahim, Kami bersabar atasnya selama tujuh puluh tahun meskipun ia tidak beriman (kepada Kami), namun engkau tidak dapat bersabar atasnya meskipun hanya tujuh menit saja?”. Mendengar hal ini Ibrahim as pun sadar, lalu beliau pun segera menyusul lelaki tua itu untuk kembali ke rumahnya untuk makan malam bersamanya.
Rasulullah saww bersabda, ”Seseorang yang melewati malamnya dengan perut kenyang sedangkan tetangganya menderita lapar, berarti ia tidak pernah beriman kepadaku. Pada Hari Qiyamat Allah tidak akan memandang penduduk suatu negeri yang salah satu warganya kelaparan.”
Ketika seorang miskin mati kelaparan, itu terjadi bukan karena Tuhan tidak memperhatikannya, tetapi karena Anda maupun saya enggan memberikan kepada orang tersebut sesuatu yang dibutuhkannya. Padahal Allah telah menempatkan kita di bumi ini sebagai khalifah dan inilah takdir kita sebagai rahmat bagi alam semesata. Membantu orang miskin dengan cinta tak lain adalah menunaikan tugas Allah yang diwasiatkan kepada kita untuk kita laksanakan...