Gagasan "role modeling " sebagaimana yang dikatakan oleh Ronald McIntosh bahwa jumlah uang dan kekuasaan yang datang dengan kapitalisme Amerika begitu signifikan bahwa semua orang menginginkan itu. Realitas malang masyarakat kapitalis sepenuhnya bahwa prioritas tertinggi adalah keuntungan, dan bukan kesejahteraan konsumen. Akibatnya, Amerika telah menciptakan reputasi yang serakah, korup, dan arogan. Selanjutnya, Negara lain beranggapan bahwa mereka hanya bisa menjadi sukses dalam masyarakat kapitalis jika didasarkan kepada kearifan budaya local. Seperti apa yang dikatakan oleh Jonathan Joseph, sebuah negara seperti Jepang , yang membanggakan diri atas nilai nilai kehormatan akan terkejut oleh standar moral masyarakat kapitalis. Begitupula sikap China yang sulit menerima mental capitalism yang membuat individualism.
Pada konferensi Islam di Granada, Spanyol, pada Juli 2003 yang dihadiri oleh sekitar dua ribu peserta, mengeluarkan satu seruan bahwa sistem ekonomi kapitalis tamat. Game is over. Saatnya dunia masuk dalam system ekonomi Islam. Seperti apa system ekonomi Islam itu ? Inilah pertanyaan mendasar. Ketika orang berdagang bebas menentukan harga yang dia suka selagi pembeli suka , dan melarang Negara mengintervensi harga maka wajah kapitalis nampak sekilas pada Islam. Namun ketika islam memaklumkan keberadaan sikaya dan simiskin maka semakin jelas wajah kapitalis yang anti komunis. Namun ketika Islam mengharuskan zakat untuk membantu mereka yang duapa maka wajah sosialis nampak pada islam. Bahkan zakat ini bersanding erat dengan tauhid sebagaimana firman Allah “tegakanlah sholat dan tunaikanlah zakat. “
Namun yang harus dicatat bahwa Zakat adalah aktivitas kebajikan yang dilakukan secara suka rela sebagai dasar keimanan kepada Allah. Bukan didasarkan kepada aturan manusia. Artinya tidak memberikan kebenaran kepada otoritas ( pemerintah ) untuk membuat harta dan kekayaan rakyat sebagai milik negara untuk dibagi bagikan. Ini jelas “mimpi masyarakat tanpa kelas” seperti jargon Sosialis komunis tidak sesuai dengan Islam. Dari dunia kapitalis dan sosialis komunis , islam berdamai dalam satu hal dan menolak dalam lain hal. Tak ubahnya seperti China yang tetap memegang erat sosialis komunis namun berdamai dengan system kapitalis; Apa yang membuat kapitalis meminggirkan orang miskin akan di eliminasi oleh Negara dalam bentuk aturan. Apa yang membuat kapitalis mampu membuat orang gemar berproduksi dan berdagang maka itu akan didukung dengan aturan. Tidak semua hal dalam kapitalis buruk, dan tidak semua hal tentang sosial baik. Demikian prinsip china sebagai dasar reformasi Deng.
Seperti halnya China, sadar bahwa system perbankan adalah bagian dari mesin kapitalis untuk membuat orang kaya aman menyimpan dananya dan juga sebagai financial resource bagi dunia bisnis untuk berkembang. China menerima bunga sebagai bagian dalam system kapitalis tapi menolak bunga yang memberatkan peminjam. Untuk itu Negara mengendalikan bunga bank dengan ketat lewat penguasaan saham seluruh perbankan di China. Mungkin ini seperti kesimpulan dalam penelitian soal riba yang dilakukan oleh Dr Imad-ad-Dean Ahmad (Presiden Minaret of Freedom Institute,) bahwa kata riba berarti biaya yang terlalu tinggi sehingga menindas pengguna. Biaya tinggi tersebut mungkin dikenakan sebagai bunga atau sebagai harga penjualan. Jika harga penjualan suatu barang terlalu tinggi sehingga ia menindas, maka itulah riba. Sebaliknya, jika suku bunga yang dikenakan adalah sesuai dengan nilai di pasar dan tidak menindas, berarti itu tidak bisa dikategorikan sebagai riba. Disinilah peran negara islam atau khilafah berperan untuk mengatur.
Tesis tentang kapitalisme dan sosialisme sebagai buah kreasi manusia akan menjadi liar ketika manusia ditempatkan sebagai penguasa system. Capitalism bergerak tak terkendali ditangan kebebasan individu . Sosialisme bergerak tak terkendali ditangan Negara karena kekuasaan Negara tak terbatas. Hal ini yang menjadi biang persoalan adalah tidak menyatunya aturan etika moral dalam kedua system itu. Ia menjadi sesuatu yang terpisah. Itulah mengapa Islam harus tampil sebagai sebuah solusi. Karena dalam Islam , system adalah etika moral itu sendiri atau yang disebut dengan akhlak mulia. Islam tidak mengenal istilah capitalism atau socialism. Ekonomi dalam islam adalah Sistem ekonomi Akhlak, yang menempatkan kebenaran, kebaikan dan keadilan diatas segala galanya. Sumber pembenaran , kebaikan, keadilan itu bukan didasarkan pada norma norma budaya dan akal manusia tapi berdasarkan titah Ilahi yang diteladankan oleh Rasul.
Ini PR bagi para ulama untuk mentafsirkan Al Quran dan hadith dengan bersandar kepada hakikatt kebenaran , kebaikan , dan keadilan yang ditetapkan oleh Allah dan diteladankan oleh Rasul. Jangan sampai tafsir soal Al Quran dan Hadith menjadi sebuah tesis baru lagi yang justru tidak beranjak dari kesalahan fatal system capitalism dan socialism. Tak ada salahnya melihat China mengelola capitalism dan socialism dengan menempatkan Taoism and Confucianism sebagai pijakan bersikap atas kedua system itu. Saya yakin Al Quran dan Hadith lebih hebat dibandingkan Taoism and Confucianism.