Petani kopi di Indonesia yang bekerja dari matahari terbit hingga terbenam mendapat kurang dari 3% dari harga yang Anda bayarkan untuk secangkir kopi di Starbuck. Pabrik tas Birkin dari Hermes di China menjual dengan harga $1.000 (sekitar Rp 16 juta). Di pasar AS tas tersebut dijual dengan harga mulai dari $10.000 (Rp 167 juta) hingga lebih dari $2 juta (Rp 33 miliar), tergantung model dan material.
Anda perhatikan. Perbedaan pendapatan sangat timpang. Kopi itu adalah komoditas pertanian dan tas tercipta berkat adanya bahan baku kulit yang juga komoditas peternakan. Segigih apapun petani dan buruh pada pabrik padat karya, tidak akan menikmati kemakmuran. Yang menikmati adalah negara maju yang punya branded dan design.
Sekian decade, sejak revolusi industry di Inggris, sejak perang dunia kedua, sejak kapitalisme terbentuk, sejak itulah ketidak adilan tercipta. Kolonialisme hanya berubah ujud. Dari penguasaan wilayah menjadi penguasaan IPTEK dan market. Dari IPTEK dan Market lahirlah sekuritisasi asset. Dari sekuritisasi Asset, miracle of capital terbentuk. Dengan organisasi bisnis minimalis dan tanpa pabrik berdiri, orang bisa kaya di pasar modal dan uang.
Issue neokolonialisme yang diingatkan Soekarno pada awal kemerdekaan Indonesia, sampai kini tidak dianggap serius. Terbukti sejak Indonesia merdeka dan setelah 7 presiden berganti, tidak terjadi transformasi ekonomi dari komoditas primer yang bergantung kepada SDA ke industri. Jangan jangan team ekonomi pemerintah yang lulusan Amrik itu bermental komprador, bagian dari agent kapitalisme. Entahlah ? sedih aja mikirkan nasip bangsa ini. Darah dan derita memerdekakannya seperti tanpa kesan dan value.
Padahal dampaknya mengkerdilkan makna kemerdekaan itu sendiri. Itu benar terjadi dan kita rasakan ketika dipaksa mengikuti kehedak AS dengan kebijakan tarif resiprokal. Mengharapkan AS berbaik hati kepada kita agar tarif diturunkan dan industry padat karya yang nilai tambahnya rendah berpeluang masuk kepasar AS dengan kompetitif. Yang kita terima hanyalah kesinisan dari Trump, Kiss my ass. Andaikan perang terbuka, saya siap digaris depan melawan. Its about dignity and respect!
Saran saya, sebaiknya pemerintah tidak perlu lagi ladenin AS dan China. Kembali kepada UUD 45 dalam politik luar negeri, yaitu NON-BLOCK. Ngapain maksain ekspor ? toh faktanya PDB kita 60% berasal dari belanja domestic. Artinya tanpa ekspor kita tetap akan sustain. Soal utang? 75% SBN kita dibeli oleh investor dalam negeri. Artinya kita tidak sepenuhnya bergantung dengan hutang luar negeri. 75% investasi berasal dari PMDN, bukan PMA. Artinya tanpa FDI kita tetap bisa sustain.
Kalau karena kebijakan tarif Trump, pasar CPO berkurang. Ya udah, pakai sendiri aja. Kalau berlebih produksi CPO, tebang aja sebagian kebun sawit itu dan jadikan hutan lagi. Engga usah ekspor NIkel dan batubara. Pakai sendiri aja. Kalau pasar menyusut, kurangi kapasitas. Tutup tambang itu sebagian dan cukup berproduksi untuk pasar domestic. Kalau pabrik TPT dan alas kaki engga bisa masuk pasar AS, ya udah. Pakai sendiri aja. Stop impor TPT dan alas kaki. Kalau china atau negara lain mau beli ya ladenin tanpa syarat politik apapun. Just business.
Jadi, selow aja dengan perang tarif itu. Amerika mau terapkan tarif berapapun, itu hak AS. Toh yang bayar bukan kita tetapi rakyatnya sendiri lewat kenaikan harga market domestic. Kita juga berhak lakukan yang sesuai dengan kedaulatan kita sebagai bangsa. Yang penting, stop business rente. Stop korupsi. Mengapa? Agar goncangan ekonomi tidak berdampak kepada goncangan politk. Rakyat tetap bersatu karena tahu pemerintah peduli kepada keadilan dan hukum tegak.
Jadikan keadaan ekonomi dunia yang tidak baik baik saja ini sebagai hikmah untuk kita kembali kepada jatidiri kita sebagai bangsa. Hidup sederhana dan gotong royong menyelesaikan masalah.
6 comments:
Terima kasih Babo Ejb yg tetap setia berbagi literasi yg mencerahkan, semoga YMP dan para pemimpin kita mau kembali pada jati diri sebagai bangsa dan negara yang berdaulat.
Saya percaya dengan saran tulisan Babo... Tinggal menunggu program pemerintah membersihkan sindikat-sindikat korupsi yang sudah mulai berjalan sedikit demi sedikit...
👍🏼
Semoga tetep ada harapan yang baik di dalam segala keterbatasan
Apakah bawahan pemimpin kita itu tidak pernah baca tulisan Babo ya? Sudah banyak Babo menulis artikel spt ini, tapi kayaknya ngga ada respon penguasa
Masalahnya. Yg punya tambang. Yg punya pabrik tpt. Yg punya lahan sawit. Yg punya pabrik sawit. Yg punya industri textil adalh mereka para penguasa. Para menteri. Para pejabat. Apa merrka mau gulung yikat? Apa merrka mau bangktut? Kan ngga. Selagi ada yg bisa dijual. Selagi afa yg bisa disberikan krpada amerika. Berilaaan saja. Ikuyi ja. Yg prnting mereka pengusas tidak rugi. Tidak bangkrut.
Post a Comment