Tahukah kamu bagaimana kebenaran
dibela,kebaikan diutamakan dan keadilan menang?
Saya tak ingin kita bicara tentang dalil agama yang melangit untuk
menterjemahkan apa itu kebenaran , kebaikan dan keadilan. Saya berpikir
sederhana saja bahwa apabila punya sahabat setia, tetangga yang baik serta
sanak famili yang jauh mendekat dan yang dekat merapat , mencari nafkah mudah
untuk membayar semua kebutuhan dasar akan kesehatan, pendidikan, perumahan,maka
itu sudah cukup. Itu tandanya kita telah menegakkah
kalimah Allah tentang kebaikan, kebenaran dan keadilan. Itu semua hanya mungkin
terjadi apabila pemimpinnya amanah,yang berbuat hanya karena Allah. Dia melihat
dari tabir kegelapan namun mata batinnya dapat melihat jelas apa yang tidak
bisa dilihat orang lain. Dia melangkah pasti tanpa berharap orang lain
memujinya kecuali Allah. Tapi menurutmu,mungkinkah itu sekarang akan terjelma? Sudah berkali kali berganti penguasa di negeri ini namun
selalu saja penguasa asyik dengan dirinya sendiri. Dia bersama yang lainnya
memegang kekuasaan untuk mendapatkan kesenangan hidup dan menjadikan rakyat
sebagai sekumpulan budak yang hanya bisa hidup dari pertolongannya. Tanpa
bantuan penguasa berupa subsidi harga, bantuan tunai , dan lain sebagainya
rakyat tak berdaya membayar harga pasar.
Keadaan ini selalu dipelihara oleh para elite penguasa agar semakin lama
semakin tinggi ketergantungan rakyat kepada pemerintah. Sehingga semakin bebas
pemerintah berkolusi dengan asing menguras SDA demi memenuhi APBN untuk
membayar kebutuhan rakyat. Ya, membangun dengan metode penjajah bukan metode membangun peradaban.
Tahukah kamu bahwa tahun 1960
terjadi Great Depression di Amerika, ketika itu berdasarkan hasil studi
rasio ketergantungan rakyat terhadap pemerintah hanyalah 10%. Studi itu
menyebutkan bahwa upaya dan kebijakan recovery economi pada saat itu tidak
sehebat upaya sekarang tapi proses recovery itu berlangsung cepat sekali dan
bahkan membuat AS bisa lebih kuat dari sebelum terjadi krisis. Bandingkan
dengan saat sekarang di AS, tingkat rasio ketergantungan rakyat terhadap
Pemerintah mencapai 35%. Ini rasio tertinggi sepanjang sejarah AS. Apalagi
kelompok menengah di AS sebagian besar adalah mereka yang hidup dari dukungan
konsesi pemerintah dan mereka yang mendapatkan penghasilan dari pemerintah.
Masyarakat seperti ini bukanlah aset tapi beban bagi pemerintah yang semakin
lama semakin berkurang powernya menanggung beban yang notabene tidak memberikan
kontribusi bagi upaya perbaikan menyeluruh.Setelah lebih dari 5 tahun ,proses
recovery belum juga nampak. Artinya apa ? ketika masalah terjadi, bencana
terjadi, kekuatan masyarakat sendiri yang melakukan perbaikan karena tingkat
ketergantungan kepada pemerintah memang kecil. Pahamkan , maksud saya. Kalau
ingin menciptakan kemandirian maka jangan manjakan rakyat dengan subsidi
langsung sehingga pasar terdistorsi.Biarkan pasar bekerja dengan caranya dan
tugas pemimpin memastikan siapapun mampu membayar harga yang ada dipasar.
Mungkin kamu akan berpikir saya
mulai berbicara seperti apa kata Frederick
Hayek dalam bukunya The Road of Serfdom. Ya, buku tersebut secara terang-terangan
mengkritik masyarakat industri Eropa yang memberi peran berlebihan kepada
negara. Bagi Hayek, cengkeraman intervensi negara terhadap kapitalisme merampas
kebebasan individu, yang merupakan tradisi khas dari kebudayaan Eropa. Lebih
lanjut, Hayek menjelaskan bahwa dominasi Barat dalam sejarah dunia modern dapat
ditelusuri dari perhatiannya pada kebebasan individu untuk memilih. Neo-liberal
berpandangan bahwa manusia adalah individu yang merdeka, kreatif, optimis, dan
rasional. Manusia bebas bertindak dalam setiap bidang kehidupan selama
kebebasan itu tidak melanggar hak dan kebebasan orang lain. Belakangan, gagasan
Hayek ini dikembangkan oleh ekonom neo-liberal Milton Friedman dengan istilah
“minimal state”, yakni negara hanya berfungsi sebagai penjamin ketertiban
internal dan perlindungan terhadap musuh, di luar itu, sektor ekonomi hampir
sepenuhnya diserahkan pada pasar. Dengan cara itu, kebutuhan masyarakat akan
tercukupi oleh hukum permintaan dan penawaran.Tidak ! saya bukan penganut neoliberal.
Bagaimanapun intervensi negara harus tetap ada. Tugas negara mensiasati
terbentuknya harga lewat subsidi terselubung melalui penyediaan infrastruktur
ekonomi yang solid sehinga logstic nasional menjaid efisien untuk memastikan barang sampai dikonsumen menjadi murah. Mensiasati
harga melalui penguasaan indusri hulu oleh negara (BUMN) untuk mensubsidi
industri hilir agar berkembang dan mampu bersaing secara global.
Ingatkah kamu akan kata Bung
Karno yang terkenal itu? bahwa negara harus berdaulat dibidang politik, berdikari
dibidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Ini dikenal dengan
istilah Trisakti. Ketiga hal ini hanya mungkin bisa diterapkan apabila rakyat
terlebih dahulu mandiri dalam arti sesungguhnya. Kemandirian rakyat itu lahir dari keadilan penguasa yang memastikan negara hadir melindungi rakyat dari capitalism. Namun juga rakyat tidak dimanjakan seperti ala sosialis komunis, yang hidup dari subsidi langsung, bantuan tunai langsung,perlindungan sosial berlebihan. Tidak seperti itu!. Rakyat kuat dan mandiri karena negara berdaulat secara politik dan hadir diruang yang memungkinkan keadilan ekonomi terdistribusi untuk semua. Dengan itulah rakyat menjadi kuat untuk memberikan
kontribusi kepada negara dan memastikan negara tidak harus mengemis kepada
asing untuk terus berhutang. Karenanya sudah saatnya orientasi APBN tidak lagi
bagaimana menjalankan mesin birokrasi yang terkesan harus dilayani tapi menjadikan
birokrasi melayani rakyat. APBN harus bisa memastikan setiap sen uang
dikeluarkan mempunya dampak positip baik secara ekonomi maupun sosial kepada rakyat. Tataniaga
BBM harus dibenahi, dibersihkan dari kolusi dan korupsi. Belanja pegawai harus
dikurangi dan pada waktu bersamaan hutang juga harus dikurangi seiring
kemampuan fiskal negara membayar. Ini semua hanya mungkin dijalankan oleh
pemimpin yang berniat baik, yang berpikir untuk kepentingan rakyat dan rakyat yang tentu tidak manja.Semua berharap ridho Allah. Dukung Jokowi –JK dan kepada ALlah kita berserah diri. Semoga...