Saturday, January 01, 2011

Bersyukur

Setiap hari saya berdoa kepada Tuhan agar saya kuat ketika saya lemah. Agar saya cerdas ketika melakukan kebodohan. Agar saya berbagi ketika saya berlebih. Agar saya pemaaf ketika orang lain menzolimi saya. Dengan itu semualah saya belajar bijak dari banyak peristiwa hidup saya. Itulah kata teman yang lama tak berjumpa dengan saya. Mungkin hampir sepuluh tahun. Saya kenal dia dulu memang hidup dalam keadaan sulit. Orang lain dengan mudah menyelesaikan kuliah diapun tak pernah dapat kesempatan kuliah. Orang lain dengan mudah mengembangkan usaha, diapun tak pernah dapat kesempatan memperoleh modal untuk memulai. Orang lain mudah mendapatkan anak , satupun dia tak punya walau sudah lebih 20 tahun berumah tangga. Tak banyak dia bercerita bagaimana usahanya kini bisa. Sukses. Yang saya tahu sukses itu diraihnya setelah dia hijrah keluar negeri.

Walau dia tidak bercerita banyak tentang perjalanan hidupnya dalam sepuluh tahun tak berjumpa dengan saya namun dari kata katanya , tahulah saya bahwa dia sendiri tidak pernah berpikir tentang apa makna sukses itu. Mungkin karena perjalanan hidup teman ini sarat dengan banyak kekecewaan , kegagalan, penderitaan, penghinaan, dan lain sebagainya hingga dia sudah mati rasa dengan itu semua. Hingga bila dia bisa melewati itu semua, diapun tak lagi berpikir untuk berpesta dengan kesuksesannya. Setidaknya proses perjalanan hidupnya telah mengajarkannya menjadi sangat bijak memaknai hidup. Bahwa hidup adalah pertarungan mengalahkan diri sendiri untuk mencapai kesempurnaan. Teman ini, tidak pernah jatuh ditengah keterbatasannya. Juga tidak pernah mabuk ketika berhasil mengatasi keterbatasannya.

Saya teringat tentang apa yang disebut oleh sains dengan hormon endorfin ( morfin endogen). Hormon ini ternyata ada dalam tubuh kita yang muncul ketika kita meraih keberhasilan , kepuasan, kenikmatan , kesenangan, kebahagiaan, hingga menimbulkan ephoria. Euphoria ini dapat menghilangkan rasa sakit, lelah , rasa kecewa. Juga euphoria ini dapat ditularkan kepada orang lain dan menimbulkan efek yang sama. Namun bila euphoria berlebihan justru akan menimbulkan distoria yang bisa membuat orang sangat kecewa, marah, benci , kesal dan kadang mau bunuh diri. Dari Hormon yang disibak oleh sains ini tahulah kita bahwa orang yang dapat memetik pelajaran dari penderitaan, kegagalan, kekecewaan, adalah yang pantas untuk mendapatkan euphoria yang positip. Positip ini seperti kesuksesan membuatnya berbagi. Kemenangan membuatnya rendah hati dan tak ingin dipuji dengan pencitraan penuh.

Doa teman itu memberikan pencerahan luar biasa bagi saya. Bukan masalah seberapa besar kegagalan itu, bukan seberapa bersar keberhasilan itu tapi seberapa besar jiwa kita menerimanya. Alla berfirman (QS Lukman [31]: 31). ” Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur. ” Begitu Indahnya metafora yang di ungkapkan Allah tentang sabar dan Syukur. Kapal dan laut , banyak dijadikan acuan para pujangga tentang kehidupan yang tak lekang dari badai , gelombang, angin. Didalam kapal itu ada sang nakhoda yang diminta untuk bersabar ketika gelombang badai datang dan bersyukur manakala angim berembus membawa kapal menuju dermaga dengan cuaca yang teduh.

Ternyata sikap sabar dan syukur ini berhubungan dengan hormon kita. Inilah sabda Rasul ” Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim). Ya satu lagi, abad ini sains berhasil membuka tabir makna sabar dan syukur yang sedari awal sudah diserukan oleh Rasul dan diajarkan oleh Allah kepada kita semua agar kita mampu mengendalikan hormon kita, fitrah kita. Dengan satu tujuan agar kita menjadi sempurna sebagai khalifah dimuka bumi untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Subhanallah.

Wallahualam bissawab.

No comments:

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...