Kalau anda sendirian, anda tidak perlu mikir apapun dalam bertindak. Karena yang nanggung resiko anda sendiri. Tapi Ketika anda menikah. Anda tidak bisa lagi bebas berbuat. Harus berpikir bijak. Ada istri yang akan ikut nanggung resiko. Ketika istri hamil. Anak lahir, bertambah lagi pihak yang harus anda pikirkan dalam bertidak. Keliatan kebebasan anda tidak lagi sepenuhnya bebas. Tetapi One is nothing. Two is something.
Begitu juga dalam kehidupan bisnis. Ketika anda usaha sendiri. Anda bebas. Mau buka toko jam berapapun. Engga ada yang peduli. Mau boros atau hemat, engga ngaruh kepada orang lain. Semua kembali kepada diri anda sendiri. Tapi Ketika anda mulai dirikan perusahaan resmi. Karyawan di hired, kebebasan anda dibatasi oleh UU PT. Engga bisa sembarangan, seperti usaha sendiri. Ada negara yang awasi. Maklum negara berhak atas income anda dan karyawan berhak atas UMR.
Ketika anda pinjam uang ke bank. Bertambah lagi yang ikut terlibat. Anda tidak bisa seenaknya gunakan uang. Harus mulai patuh dengan prinsip akuntasi. Setiap gerak anda harus memikirkan bank, negara dan karyawan. Anda tidak bisa bebas sepenuhnya. Dan kalau anda masuk ke bursa. Bertambah lagi yang menjadi bagian dari anda. Yaitu public. Artinya setiap keputusan anda, banyak pihak yang harus anda jaga dan perhatikan. Setiap keputusan berdampak luas terhadap mereka.
Negara juga sama. Presiden hanyalah satu orang. Walau dia punya kekuasaan tertinggi. Namun dalam negara itu sudah terbentuk struktur yang kokoh, terkait dengan sosial, budaya, ekonomi, politik. Struktur itu dalam bentuk Konstitusi, UU, Peraturan. Peraturan pun ada yang tertulis bersifat hukum positif, ada juga yang tidak tertulis berupa hukum moral. Presiden tidak bisa seenaknya membuat keputusan dengan alasan cepat atau hebat menurut persepsi dia. Kesalahan membuat keputusan bisa berdampak luas.
Misal dengan alasan politik, membiarkan korupsi terjadi. Tidak tegas kepada penegakan hukum. Walau tidak berbuat namun keputusan bersikap seperti itu sudah mengorbankan rakyat banyak. Mungkin hukum dunia tidak bisa mengcover, tetapi hukum moral tidak bisa dihindari. Setiap rakyat yang kelaparan atau kena PHK pasti mengutuki anda sebagai presiden. Anda bebas saja membuat keputusan berhutang karena alasan APBN. Tapi kalau karena utang itu income rakyat tergerus. Daya beli drop, karena inflasi dan depresiasi kurs. Itu akan jadi kutukan rakyat juga. Kutukan itu akan berdengung ke langit yang akan menyempitkan kubur anda kelak.
Nah baik kepala keluarga, pimpinan perusahaan, presiden. Sama saja. Tidak ada kebebasan seperti dia masih sendirian. Sebenararnya bukan berarti tidak bebas tidak bisa efektif berbuat. Justru semakin efektif kalau tahu bagaimana bertransformasi dari personal menjadi bagian dari peradaban. Apa maksudnya? Ya anda harus tahu diri. Tahu diri dalam hal menerima hukum tertulis maupun tidak tertulis. Patuhi itu. Bukankah aturan itu ada karena konsesus dari adanya Lembaga dan anda bagian dari Lembaga itu. Menghormati konsesus adalah menghormati diri anda sendiri.
Jadi kalau sebagai kepala keluarga. Hormati posisi istri atau suami pada tempatnya. Tahu diri! Kalau mau selingkuh atau berbuat nekat, pikirkan dampaknya kepada istri/ suami dan anak anak. Karena resikonya bukan anda doang. Tapi ada istri/suami dan anak yang ikut kena dampaknya. Sebagai pengusaha, jangan anggap asset perusahaan punya pribadi. Pikirkan hak karyawan, banker, negara dan investor. Tahu diri. Sebagai presiden jangan sok berkuasa seperti raja. Negara itu republic milik semua orang. Banyak pihak yang ikut mikir dan peduli. Banyak nasip orang dipertaruhkan. Tahu diri! Patuhi aturan dengan rendah hati. Gitu aja
No comments:
Post a Comment