Friday, September 13, 2024

Pasangan kita, adalah takdir kita.


 

Saya bertemu dengan Robi. Kami sudah bersahabat lebih dari 30 tahun. Kami jarang bertemu. Setahun bisa dihitung dengan jari ketemuan. Dia sibuk dan saya juga begitu. “ Ale, gua butuh nasehat lue. Ayolah basobok” katanya lewat SMS. Saya sanggupi.


“ Rumah tangga gua sedang dilanda prahara, Ale” Katanya.


“ Ah biasa saja. Mana ada Rumah tangga yang adem terus. “kata saya tersenyum. “ Apalagi, lue kan sudah lebih 35 tahun berumah tangga. Waktu yang lebih dari cukup untuk bertahan sampai ajal memisahkan.” Kata saya.


“ Sekali ini lain ale. Benar benar diujung perceraian” katanya dengan wajah Lelah. Saya terpaksa pasang wajah empati.


“ Lue selingkuh ? Ada WIL ? tanya saya to the point.


“ Engga ada. “ Robi menggeleng tegas. “ Dan itu terus dia tanyakan. Dan tidak pernah dia percaya jawaban gua. Kadang hal sepele dibuat besar. Terus merembet kepada kecurigaan tidak berdasar. “ sambungnya. Saya diam aja.


“ Padahal… “ terusnya “ dari sejak awal menikah engga begitu. Ini baru lima tahun belakangan aja. Dan itu terasa 5 abad bagi gua.” Katanya.


“ Ya sama saja dengan gua di rumah. “ jawab saya tersenyum. “ Biasa saja itu “ Saya mengibaskan tangan. “ lue hanya 5 tahun. Lah gua sepanjang menikah selalu disalahkan dan dicurgai istri. Gua anteng aja. Happy aja “ Kata saya tersenyum.


“ Kenapa lue engga stress ? tanya Robi,


“Dalam hidup gua banyak membuat kesalahan. Sering membuat pilihan yang salah. Tapi kalau ada yang benar, maka itu satu satunya adalah memilih dia sebagai istri gua. Dan terbukti bisa bertahan sampai sekarang. 38 tahun usia pernikahan. “ Kata saya.


“ Lue juga sama kan, Rob” Kata saya menyenderkan ke kursi. “ Gua yakin kalau bukan hubungan yang hebat dan tepat engga mungkin lue bisa bertahan lebih dari 35 tahun bersama istri” Kata saya. Robi terhenyak.


“ Tetapi istri selalu salahkan gua dan rendahkan gua.” Kata Robi lagi.


“ Memang kita salah. Karena kesibukan bisnis, kita rampas moment moment terindah yang seharusnya ada bersama keluarga. Tetapi istri maklumi itu. Karena dia memikirkan anak anak agar bisa tumbuh dan berkembang. Dia berkorban terus. Dan disaat anak anak tidak ada lagi bersama, ya dia mulai merasa berhak atas apa yang dulu dia korbankan. Nah kalau kita merasa terganggu dengan sikapnya, itu artinya kita egois. Dan sampai kapanpun dan bagaimanapun kita tidak akan Bahagia. “ Kata saya.


“ Jadi apa sih sebenarnya masalah pria seperti kita ini? Seharusnya kan dimasa tua kita happy. “ Kata Robi.


“ Mau tahu ? tanya saya.


“ Ya” Jawabnya.


Saya panggil waitress. " Coba kamu tebak. Berapa umur bapak ini. ? tanya saya ke waitress. " 50 tahun. " Jawab waitress. Saya tersenyum dan kibas tangan untuk dia pergi.


“ Dengar tuh apa kata waitress. Usia lue baru gocap. Padahal usia lue sama dengan gua. 61 Tahun. Itu karena uang. Nah uang, harta, dan kesehatan memang berkah tapi sekaligus juga cobaan.. " Kata saya tersenyum. Robi mengerutkan kening. 


“ Perhatikan. Kalau lue engga ada uang dan harta, sakit sakitan. Keliatan tua. Mana pula istri merasa insecure di saat dia merasa tua dan tidak lagi menarik. Karena dengan uang dan harta, tubuh yang masih fit, lue bisa dapatkan wanita lebih muda. Nah gimanapun lue yakinkan istri bahwa lue tidak akan menduakannya, itu tidak akan mengurangi rasa insecure dia. Bahkan semakin lue manjakan dia, semakin dia merasa insecure. Nah memaklumi suasana hatinya, itulah sumber kebahagian lue.” Kata saya.


Kini Robi terhenyak. Dia terpengkur.


“ Terimakasih Ale. Lue memang sahabat gua. Hanya lue yang provokasi gua untuk hal yang baik. Teman teman lain malah provokasi gua kawin lagi. Bahkan kata mereka. Hidup hanya sekali. Jangan dibuat stress” kata Robi.


“ So…” Kata saya.


“ Gua akan tiru lue. Berusaha happy bersama takdir kita, jodoh kita. “ Kata Robi. Saya rentangkan kedua tangan saya dan peluk dia. “ Pintu rezeki kita adalah istri kita dan sumber bahagia itu engga jauh. Sangat dekat dengan kita. Di sebelah kita di ranjang tidur. Ya istri. “ Kata saya berbisik. Udin jadi penasehat perkawinan. Menasehati orang agar terhindar dari perceraian sama saja dengan menasehati presiden agar tidak stress di bully rakyat yang insecure karena bokek dan kena PHK.


Thursday, September 12, 2024

Jangan sombong dan bodoh

 


Kalau ada orang bertanya “ apa sih sumbangsih kamu terhadap negara? Maka sebenarnya di kepalanya masih terbenam paham komunisme  atau facisme. Atau bisa saja pahamnya gagal terhadap system demokrasi. Mengapa ? Bahwa ketika negara masuk ke system demokrasi, maka setiap orang sejak bayi sampai manula, dari bangun tidur sampai tidur lagi, mereka memberikan sumbangsihnya kepada negara lewat pajak. Kemana wajah anda hadapkan dan kemana langkah anda ayunkan , ada harus bayar pajak konsumsi. 


Apakah ada barang dan jasa yang anda konsumsi bebas pajak.? Kan engga. Bahkan gorengan tempe dan tahu yang anda beli dari pedagang kaki lima, itu kena bea impor kedele. Apalagi belanja di mall. BBM yang ada beli dari SPBU itu kena PPN.  Belanja di outlet retail seperti Indomart, walau beli rokok pun kena pajak dan cukai. Jadi paham ya. Jangan pernah pertanyakan kepada orang lain soal sumbangsih nya kepada negara. Itu sangat merendahkan diri anda sendiri. Membuktikan anda tolol dan dungu.


Makanya dalam system demokrasi, kalau ada pejabat negara merasa tidak pantas di kritik dan merasa paling suci. Dan orang membelanya. Itu juga membuktikan keterbelakangan berpikir. Arogansi otoriterian. Mengapa? Semua pejabat, pemimpin dari level rendah sampai atas, mereka bukan pekerja volanter. Mereka bersama keluarganya hidup dari pajak yang dibayar rakyat. Menikmati fasilitas dari pajak rakyat. Mendapatkan kehormatan dari pajak rakyat. 


Yang namanya orang bayaran, ya tahu diri dihadapan orang yang bayar. Engga mau dikritik? Ya silahkan mengundurkan diri. Engga ada yang paksa anda kerja. Engga ada jaminan anda dibayar bisa seenaknya membusungkan dada. Merasa paling benar dan paling terhormat.  Apalagi anda tidak perlu mikir darimana dapatkan uang. Selalu tersedia. Kalaupun anda korup tanpa diketahui, resiko yang tanggung rakyat. Derita rakyat yang harus menanggung pajak ini dan itu. Sementara anda dan keluarga tetap happy aja.


Berhentilah memamerkan hidup hedonism dari kemelimpahan sumber daya yang anda dapatkan dari pajak rakyat. Bekerja sajalah dengan baik. Jangan korupsi dan jangan songong. Selagi anda rendah hati dan bersih, apapun keadaan, rakyat akan terima dan bisa bersabar.  Karena mereka punya Tuhan, dan cukuplah tuhan tempat berharap dan bergantung. Pahami suasana hati rakyat yang semakin lama semakin terjepit oleh kehidupan yang tidak ramah, yang harus menelan pil pahit dari dunia yang hipokrit. 


Nah terakhir. Beredar issue bahwa akan ada apel akbar relawan berani mati bela Jokowi. Menurut saya ini puncak dari sikap arogan. Anti demokrasi. Jokowi itu tidak perlu dibela, karena dia ada di negara hukum. Hukum yang akan memagarinya. Dan lagi selagi dia benar. Tuhan yang akan melindunginya. Apakah tidak lagi percaya kepada hukum dan Tuhan. Jangan bermain api dalam suasana ekonomi yang tidak baik baik saja. Redam emosi dan kembalilah kepada akal sehat. Yakinlah, bangsa ini masih punya martabat dan Jokowi akan baik baik saja.

Sunday, September 08, 2024

Darah dan doa...

 






Film yang berjudul “ Darah dan Doa”. Film ini diproduksi tahun 1950. Film mengangkat kisah anak manusia yang terlibat dalam kancah revolusi kemerdekaan Indonesia. Kisah seputar agressi militer Belanda tahun 1948. Jadi menurut saya film ini diproduksi sangat dekat dengan kejadian sebenarnya. 


Tersebutlah seorang perwira TNI bernama Sudarto. Dia terpelajar dan berhati mulia. Dia militer professional. Terbukti ketika dia memerintahkan pasukannya membebaskan warga Jerman yang rumahnya disandera DII/TII. Perintahnya jelas. Kalau gerombolan DII/TII menyerah jangan dibunuh, tetapi bawa ke markas untuk diadili. Justru sersannya menembak mati semua gerombolan DII/TII yang menyerah. Alasan sersannya bahwa ada anak buahnya mati dalam baku tembak. Sudarto marah. “ Jangan gunakan Tentara Republik untuk membalas dendam.”


Karena pembebasan sandera itu, Sudarto jadi dekat dengan gadis Jerman, Corrie. Ada cinta membara. Namun terhalang oleh status Sudarto sebagai pria beristri. Mereka akhirnya berpisah ketika Sudarto dapat perintah untuk ikut membebaskan Yogya. Sebagai perwira Siliwangi, dia harus memimpin pasukannya longmarch ke Yogya. Sementara Corrie kembali ke Bandung. Berharap Sudarto mau menemuinya setelah perang usai.


Perjalanan longmarch itu melelahkan dan memakan korban tidak sedikit. Ada yang mati karena kelaparan, jatuh ke jurang dan ada juga yang mati dalam kontak senjata dengan Belanda dan gerombolan DII/TII. Awalnya mereka sangat semagat. Namun setelah waktu berlalu, moral prajurit semakin surut. Mereka hampir kehilangan harapan. Bahkan mereka sampai berpikir kemerdekaan negeri ini hanya mimpi saja. Sudarto selalu tampil memberikan semangat dan harapan serta doa bagi masa depan bangsa.


Dalam perjalanan itu Sudarto punya wakil. Sahabatnya, bernama Adam. Ternyata Adam berambisi mengambil alih jabatan Sudarto. Adam anggap Sudarto tidak layak jadi tentara. Terlalu lemah. Apalagi dalam perjalanan itu hubungan Sudarto dengan gadis cantik petugas palang merah. itu jadi buah bibir dikalangan prajurit. Sebagai perwira, Sudarto tidak pantas dekat dengan gadis petugas palang merah. Akibatnya hubungan antara Sudarto dan Adam jadi memburuk.


Satu saat ketika pasukan mereka mampir di suatu desa, mereka diserang oleh gerombolan DII/TII. Sudarto terpencar dari pasukannya. Bahunya kena tembak. Namur berhasil diselamatkan oleh Widya. Gerombolan DII/TII berhasil dipukul mundur pasukannya. Sudarto ditemukan kembali oleh pasukannya sedang bersama Widya. 


Ketika kembali ke Jawa Barat dari Yogya, Widya gugur dalam serangan mendadak yang dilakukan oleh Belanda. Serangan itu berkat ada penduduk desa yang berkianat kepada pasukannya. Pasukannya masuk dalam jebakan Balanda. Sudarto mengeksekusi mati pengkhianat itu. Walau pasukan selamat dan belanda bisa dipukul mundur. Korban berjatuhan dari pasukan Sudarto, termasuk Adam gugur.


Ketika sampai di perbatasan Bandung. Perbekalan peluru habis. Sudarto memutuskan masuk kota sendirian dan pasukannya tetap di gunung. Dia berusaha dapatkan peluru dari teman teman seperjuangannya yang ada di kota. Setelah mendapatkan perbekalan peluru, Sudarto sempatkan mampir ke rumah Corrie. Ternyata kesan corrie tidak semesra waktu awal bertemu. Justru kehadirannya ke rumah Corrie menggiringnya dalam jebakan intel Belanda. Dia tertangkap. Dijebloskan ke penjara. Disiksa untuk memberi tahu tempat pasukannya. Dia lebih baik mati daripada berkhianat terhadap pasukannya.


Sudarto dibebaskan setelah ada perjanjian damai antara belanda dan Indonesia. Sudarto melapor kepada induk pasukannya. Ternyata Markas besar sedang melakukan investigasi atas laporan Adam terhadap dirinya. Diapun di skor sampai investigasi selesai. Sudarto memutuskan tidak akan melanjutkan karirnya di militer. Padahal anak buahnya bersedia membelannya dengan memberikan kesaksian bahwa laporan Adam itu adalah fitnah. Alasanya dia tidak ingin melukai hati istri Adam yang setia selama penantian Adam pulang. Sementara Istri Sudarto pergi meninggalkanya dengan pria lain.


Belanda pulang ke negerinya. Soekarno kembali ke Jakarta. Berpidato membanggakan berkibarnya kembali bendera merah putih berkat perjuangan rakyat. Sudarto kembali ke masyarakat. Pada suatu malam. Seorang pasukan DII/TII datang ke rumahnya. Orang ini menaruh dendam atas kematian sahabatnya dalam serangan yang dilakukan pasukan Sudarto. Sudarto tidak melawan. “ Bunuhlah aku. Tapi cukup aku saja. Jangan yang lain.” Sudarto meninggal setelah peluruh menembus jantungnya.


Sudarto orang baik. Dia senang bertempur dengan Belanda. Itu dianggapnya sebagai perjuangan membebaskan diri sendiri. Dia dikianati oleh Adam, sahabatnya sendiri. Ditinggal pergi oleh istrinya. Dikhianati oleh Corrie, gadis jerman yang dia bebaskan dari sekapan DII/TII. Dia bertempur dengan Belanda namun terbunuh oleh bangsanya sendiri, DII/TII.


Wednesday, September 04, 2024

Korupsi berjamaah.


 


Setiap proyek entah itu milik Swasta atau negara, kalau sudah masuk PSN ( proyek strategis nasional), maka jalan kemudahan didapat. Semua kekuatan dan sumber daya negara bergerak mensukseskannya.. Kalau itu proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), ada fasilitas PINA lewat viability Gap Fund (VGF) sebagai insentif project financing. Kalau itu proyek non KPBU, pembebasan tanah dari APBN/D. Kalau itu penugasan kepada BUMN, maka bank BUMN harus mendukung pembiayaannya dalam skema non-recourse loan.


Jangan kaget bila dari proyek proyek itu terjadi rente. Dari pengadaan tanah sampai kepada procurement di mark up. Contoh, di Indonesia biaya proyek Toll trans java mencapai Rp. 108 miliar per KM atau USD 6,7 juta. Bandingkan dengan di India jalan empat jalur menghabiskan biaya $1,1-1,3 juta per kilometer, USD1,3-1,6 juta di Cina, dan USD 2,5-3,5 juta di Eropa. Tiga kali mark-up nya. Makanya tidak mudah bagi BUMN lakukan divestasi proyek Tol untuk bayar utang. Harganya kemahalan. Dan karenanya banyak BUMN karya gagal bayar utang bond dan bank.


Pemerintah memberikan fasilitas pajak kepada pemilik IUP yang membangun pusat pengolahan ( smelter) dan melarang ekspor mentah. Tetapi karena perbedaan harga ore dalam negeri dengan luar negeri begitu besar. Maka terjadilah fraud. Contoh, harga ekspor ore nickel lebih mahal USD 30/ton daripada dalam negeri. Izin tambang Feronium tetapi yang diekspor adalah nickel. Itu massive sekali. Mencapai jutaan ton. Kasus tambang sangat banyak dan sudah diketahui oleh KPK. Bahkan sudah ada fakta dalam persidangan ex Gubernur Malut. Namun KPK tidak bergerak menindak lanjuti. 


Data stok pangan nasional yang dibuat bias. Sehingga mendesak pemerintah untuk impor demi ketahanan pangan. Volume impor beras, gula, garam, kedelai naik terus, bahkan disaat harga sedang tinggi di pasar dunia. Dampak dari adanya rente impor pangan adalah sulit menurunkan harga eceran dan jelas membuat petani semakin terpuruk. Kemandirian pangan semakin jauh dari harapan. Program swasembada pangan hanya ilusi.


Bahkan program Perlinsos atau perlindungan sosial juga dikorup. Data penerima program bantuan sosial (bansos) yang tidak diperbarui secara rutin, sehingga mereka yang telah berhasil keluar dari kemiskinannya masih menerima bansos, termasuk aparatur sipil negara. Kerugian negara akibat ketidaktepatan sasaran bantuan sosial mencapai Rp523 miliar per bulan. Data tersebut mendasarkan catatan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi dari awal tahun 2021 hingga awal tahun 2023. Belum lagi mark up harga pembelian beras untuk bansos.


Periode kedua Jokowi terjadi percepatan korupsi lewat state capture. Makanya engga aneh bila index korupsi semakin memburuk atau sama dengan awal Jokowi berkuasa tahun 2014. Engga aneh bila index demokrasi juga turun. Hal ini bisa terjadi karena oligarki sudah terbentuk sedemikian solid. Mereka kendalikan Parlement, termasuk aparat hukum, pengadilan dan bahkan Mahkamah Konstitusi. Secara kepemimpinan itu terjadi dari tingkat pusat sampai ke daerah, bahkan ke desa. Semua mereka menikmati financial freedom dari adanya state capture. Tentu antar mereka saling melindungi.


Saya yakin mungkin secara personal Jokowi tidak korup. Tetapi dia lemah sebagai pemimpin. Terutama sejak ambisi keluarganya terjun ke politik dan bisnis rente. Sehingga dia lemah di hadapan oligarki. Tidak ada ruang bagi pencari keadilan untuk menang. Yang ada hanya menyaksikan semua itu dengan tatapan kosong. Apalagi menyaksikan Pansus Haji DPR. Kita tahu ternyata kegiatan ritual agamapun dikorupsi.  Sebagai rakyat jelata yang lemah, hanya doa sebagai senjata kita. Semoga Tuhan jaga negeri ini dari kaum predator.


***

Ale, lue kan bergaul dengan kalangan pengusaha. Dan terbiasa berpikir secara terstruktur berdasarkan data. Siapa saja sih penguasa ekonomi di Indonesia? “ Kata Ira. Dia memang begitu. Kalau ada maunya selalu muji dulu. Setidaknya dia ingin abaikan saya hanya tamatan SMU.


“ Mau tahu ? tanya saya.


“ Ya. “ Jawabnya cepat. Saya udut dulu rokok GG.


“ Strukturnya ada empat. Pertama, politisi yang juga pengusaha. Kedua, Elite business. Ketiga. Proxy elite partai. Keempat. Ring kekuasaan presiden.” Kata saya. 


“ Jelaskan satu persatu” kata Ira seraya siap siap dengan Ipad nya. Dia rekam omongan saya. Emangnya saya narasumber politik dan ekonomi.? Dan lagi dia PHD. Tetapi bagaimanapun dia sahabat saya. Kami bersahabat sudah lebih 30 tahun.


“ Pertama. Politisi yang punya konsesi bisnis seperti minerba, Migas,  impor pangan , media massa. Siapa orangnya?. Lue pasti tahulah. Nah mereka ini yang mengatur Presiden dan DPR agar mengeluarkan UU dan aturan yang menguntungkan mereka. Paham ya. “ Kata saya.


“ Kedua ?


“ Pengusaha yang termasuk elite. Mereka adalah konglomerat yang bisnis nya tergantung kepada kebijakan negara. Seperti impor gandum. Nah lue kan tahu siapa raja Mie. Cukai rokok. Lue kan tahu, siapa boss rokok. Likuiditas pasar uang, lue kan tahu siapa saja pemilik bank. Dan lain lain. Nah mereka ini berinvestasi pada partai dan calon presiden. Tujuannya agar bisnis mereka secure.“ kata saya.


“ Terus ketiga?


“ Mereka tidak punya bisnis formal. Tetapi mereka punya proxy bisnis yang loyal. Tugas proxy ini untuk mengisi pundi partai dan tentu pundi pribadinya. Umumnya proxy ini bermitra dengan asing dalam mengelola SDA. Biasanya asing mayoritas. Proxy hanya minoritas. Namun itu significant. Karena bisnisnya kan scale of economic. Raksasa. Nah proxy ini juga jadi komprador asing untuk menjarah SDA tanpa peduli dengan lingkunga” kata saya.


“ Terus keempat ? tanya ira lagi


“ Ini ring kekuasaan atau presiden. Mereka bisa saja relawan, ormas, LSM, birokrat, aparatur negara. Mereka tidak punya bisnis yang established. Namun mereka ada dibalik illegal mining, ekspor tambang illegal, Smuggling, investasi bodong, IPO yang bermasalah, bobol dapen dan asuransi. Namun karena mereka ring kekuasaan, jelas tidak ada yang bisa perkarakan dan tidak ada yang berani jadi saksi memberikan bukti. Kalaupun ada kasus, itu tidak menyentuh mastermind nya“ kata saya.


Ira terdiam.  Saya senyum aja. 


Pasangan kita, adalah takdir kita.

  Saya bertemu dengan Robi. Kami sudah bersahabat lebih dari 30 tahun. Kami jarang bertemu. Setahun bisa dihitung dengan jari ketemuan. Dia ...