Saya dapat inbox dari seseorang yang kesannya menuduh saya membela orang kafir dan membiarkan orang kafir menistakan Al Quran. Tentu yang di maksud kafir ini adalah Ahok. Tentu juga kesimpulannya atas tulisan saya berdasarkan mind block dan tidak membuat dia open mind. Saya tidak pernah bertemu tatap muka dengan orang ini dan seperti biasa dalam postingan saya banyak comment dengan nada tendesius terhadap saya dari orang orang semacam ini. Ya mereka menilai saya dari tulisan saya. Itu saya maklum. Saya sudah siap mendengar tuduhan yang bermacam-ragam, termasuk ”anti-Islam”, “islam liberal” karena pandangan saya bahwa Islam itu adalah rahmat bagi semua. Menegakan kebaikan tentulah dengan cara yang baik. Sebisa mungkin menghindari pemaksaan dan kekerasan. Karena tidak ada keimanan dengan pemaksaan. Karena Allah telah menegaskan bahwa pemaksaan adalah anti Al Aquran.
Tanpa harus berdebat atas tuduhan terhadap saya , dengan tegas saya katan bahwa saya bukan anti islam. Karena saya bukan warga DKI, mustahil saya memilih Ahok atau menjadi propagandisnya. Sebagai pengusaha saya berusaha menjauhi dunia politik karena kekuasaan itu bisa berubah kapan saja dan bisnis tidak boleh behenti karena perubahan rezim. Makanya saya menghindari bisnis yang bersinggungan dengan proyek APBN/D. Mungkin saya lambat untuk sukses tapi itulah pilihan saya dalam bisnis.
Tapi dari keberadaan Ahok, teman saya punya sudut pandang tersendiri. Bahwa Islam di Indonesia punya problem yang tiap kali seperti di daur ulang dari masa kemasa , yaitu ada kecurigaan kepada orang yang mengemukakan pendapat lain tentang Islam. Dengan itu selalu di gunakan sebagai senjata mempengaruhi massa oleh mereka yang punya syahwat politik merebut kekuasaan. Permusuhan bagi segelintir ormas Islam terhadap Ahok sudah ada sejak Ahok di angkat sebagai Gubernur menggantikan Jokowi yang jadi RI-1. Patutkan Ahok di musuhi? TIDAK. Karena Ahok tidak pernah membenci Islam dan umat islam. Ahok tidak punya musuh soal itu.
Sikap Ahok lebih banyak islaminya terutama sebagai pejabat Negara. Dia berani menegakan kebenaran , kejujuran yang di yakininya. Banyak program umat islam dalam syiar agama mendapat dukungan dari Ahok, bahkan lebih baik dari Gubernur sebelumnya. Ada program perbaikan sekolah madrasah dan memberikan KJP kepada murid madrasah yang tidak mampu, memberangkatkan Marbot ke tanah Suci, membangun masjid megah di balaikota, menutup lokalisasi PSK di Kalijodo, dan lain lain yang oleh Gubernur sebelumnya yang muslim tidak di lakukan, karena tidak terpikirkan.
Teman itu menyimpulkan ia ”merasa wajib berterima kasih” kepada se-orang Ahok yang semoga ini menjadi inspirasi bagi pemimpin yang beragama muslim agar bisa mengaktualkan islam seperti yang Ahok lakukan dalam memimpin DKI. Ya, karena fitnah dan kebencian orang, Ahok bisa saja kalah, terpidana dalam kasus penistaan agama, dan di penjaran. Atau mungkin saja dia terbunuh. Keluarganya sangat siap untuk itu. Namun dia telah membangkitkan harapan kepada rakyat bahwa akan selalu ada pemimpin yang baik untuk mereka.” harapan adalah seperti jalan di daerah pedalaman, pada awalnya tidak ada jalan setapak, semacam itu, namun banyak orang berjalan diatasnya, jalan itu tercipta.
Di kaitkan dengan penistaan agama, bagaimana ? Tanya saya.
Teman saya mengatakan bahwa Ahok seorang politisi yang sadar bahwa pemilihnya adalah mayoritas beragama Islam. Dia tahu bahwa lawan politiknya menggunakan surat Almaidah-51 untuk memprovokasi orang tidak memilihnya. Tentu ini harus di sikapinya. Bertanyalah dia kepada ahli agama tentang tafsir dari surat Almaidah-51 itu. Dalam hal ini dia bertanya kepada Gus Dur. Ahok memilih sikap seorang Gus Dur terhadap Islam dalam berpolitik dan berjuang untuk orang banyak. Artinya Ahok mendapatkan inspirasi islam dari tokoh Islam cucu pendiri NU, arsitek NKRI, yang juga pernah memimpin NU. Dengan pengetahuan itulah dia bersikap terhadap lawan politiknya khususnya yang menggunakan surat Alamaidah -51. Bahwa Surat Almaidah-51 itu sendiri masih multitafsir di kalangan ulama. Khususnya terjemahan dari Kementrian Agama, kata Awliya itu berarti teman setia, bukan pemimpin. Dalam hal kontek yang di katakan Ahok, Safie Maarief mantan Ketua Umum Muhammadiah, punya pendapat sendiri, sebagai berikut :
“ Dari berbagai sumber yang dapat di telusuri via internet, keterangan lengkap Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada 27 September 2016 adalah sebagai berikut: "Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin pakai surat al-Maidah 51 macem-macem itu. Itu hak bapak ibu ya…" Perhatikan dengan seksama kutipan ini, apakah memang terdapat penghinaan terhadap al-Quran? Hanya otak sakit sajalah yang berkesimpulan demikian. Apalagi jika sampai menista Langit., jauh dari itu. Perkara di kesankan menghina ulama, saya tidak perlu bicarakan di sini, karena memang dalam sejarah Muslim sering bermunculan ulama jahat, penjilat penguasa dengan fatwa-fatwa murahannya. Pokok masalah di sini adalah pernyataan Ahok di depan publik di sana agar "jangan percaya sama orang… karena di bohongin pakai surat surat al-Maidah 51." Ahok sama sekali tidak mengatakan bahwa surat al-Maidah 51 itu bohong. Yang di kritik Ahok adalah mereka yang menggunakan ayat itu untuk membohongi masyarakat agar tidak memilih dirinya.
***
Ahok memang telah jadi kontroversial. Di masa ini seperti tampak dari tulisan saya di blog dan facebook, saya mencoba berperan kecil untuk menjadikan islam itu indah dan rahmat bagi semua. Sudah saatnya Islam tidak lagi di aktualkan dengan gerakan kolosal di jalanan tapi di tuangkan dalam bentuk kesalehan sosial untuk merebut hati orang yang berbeda dan merebut cinta orang yang seiman. Perjuangan utopia yang di tiupkan oleh sebagian orang tentang islam, seharusnya di buktikan dalam karya nyata dengan gerakan gotong royong mengangkat perekonomian rakyat kecil keluar dari lingkaran kemiskinan. Mengadvokasi dan memberikan teladan kepada rakyat kecil, bagaimana menciptakan lingkungan bersih sebagai ujud keimanan kepada Allah.
Sebagai umat islam, saya berpendapat sebaiknya islam yang mayoritas di negeri ini di pimpin oleh orang islam, terutama Jakarta. Pertanyaannya bisakah umat islam bersatu memilih pemimpin yang di sukainya? Mengapa suara umat islam terpecah ? Saya melihat tidak ada persatuan karena memang apa boleh buat sudah cacat. Mengapa ? Karena paham sektarisme, hanya paham sendiri yang di anggap benar; gagasan lain di musuhi. Padahal, dengan ”membuka semua pintu budi akal kita bagi semua pikiran,” akan lahir Islam yang tidak puritan, yang bukan arabisme tapi AL Quran. Yang tak mudah di provokasi oleh petualang politik yang menggunakan agama untuk menang dalam pemilu demokrasi dan setelah itu seperti biasa , setelah berkuasa, lupa dengan umat islam, lupa dengan orang miskin. Dengan kesatuan tanpa terpecah belah kecuali AL Quran, akan lahir Islam yang ”cinta kemajuan dan kecerdasan”. Cinta damai yang menjauhi kekerasan dalam bentuk apapun, serta di garis depan memimpin kemajuan di bidang sosial dan ekonomi.
Dan di samping sektarisme yang membuat islam tidak bisa bersatu, pemimpin yang sesuai dengan teladan Rasul juga langka, bahkan tidak ada yang muncul kepermukaan untuk mempersatukan umat. Karenanya pilihan kepada Ahok sebagai Gubernur yang non muslim, adalah pilihan situasional yang tak utopis namun tidak melanggar hakikat beragama. Bila Ahok menang dalam Pilgub, maka itulah pesan cinta dari Allah kepada kita umat umat islam agar perkuat barisan, dan hentikan perbedaan. Cintai NKRI ini dengan karya nyata seperti Muhammad Yunus di Bangladesh yang sukses mengembangkan konsep bantuan dana usaha skala kecil untuk usahawan miskin yang tidak mampu meminjam dari bank umum , Madam Theresa yang menjadi ibu bagi kaum miskin dan jelata di kota Bombai. Atau masih banyak lagi contoh yang di lakukan oleh kiyai NU yang mampu membangun basis ekonomi rakyat lewat BMI. Itu saja di perluas dan di perkuat, kelak hanya masalah waktu , akan muncul sendiri pemimpin islam yang menjadi cahaya bukan hanya bagi rakyat Indonesia tapi juga dunia...
***
Saya sudahi tulisan ini sambil mengutip kata teman saya yang juga warga DKI ”… pada awalnyanya saya tidak setuju Ahok jadi Gubernur menggantikan Jokowi. Tapi berjalannya waktu, saya lebih banyak setujunya daripada tidak setuju dengan Ahok : Dia punya rationalisme, nasionalisme, dia punya kelebaran penglihatan (broadmindedness), dia punya modernisme, dia punya hati terhadap orang miskin dan punya semangat bagaimana mengangkat orang miskin masuk dalam lingkungan modern jakarta tanpa harus terjebak dengan kehidupan tradisional yang kumuh dan kotor. Dia punya keberanian bersikap terhadap siapa saja yang merugikan Pemrof DKI tanpa takut kehilangan jabatan dan cintra, dan dia seorang suami yang setia terhadap istrinya dan suami yang pekerja keras. Pribadinya memang islami.."
7 comments:
Wow...speechless, don't know what else to say but 👍👍👍
Wow...speechless, don't know what else to say but "three thumbs up"
Bagus Pak tulisannya....as usual... Thx
Untuk pak Ahok Yth. Menjadi orang yg berbakti untuk NKRI harus rela meletakan atribut agama bapak ...dan tanpa menyinggung agama orang lain. Saya yakin Allah tidak membeda bedakan asal agama kita ketika kita berbuat untuk orang lain yang tidak memamdang asal agamanya.Yang menyelamatkan kita adalah Allah bukan agama dan pemeluk agama.Terpujilah Allah dengan segala firmanNya kekal abadi selama lamanya.Amin YRA.
Untuk pak Ahok Yth. Menjadi orang yg berbakti untuk NKRI harus rela meletakan atribut agama bapak ...dan tanpa menyinggung agama orang lain. Saya yakin Allah tidak membeda bedakan asal agama kita ketika kita berbuat untuk orang lain yang tidak memamdang asal agamanya.Yang menyelamatkan kita adalah Allah bukan agama dan pemeluk agama.Terpujilah Allah dengan segala firmanNya kekal abadi selama lamanya.Amin YRA.
👍👍👍👍
������
Post a Comment