Apa syarat orang bisa berkembang dalam bisnis ? tanya pembaca blog saya, yang kebetulan bertemu dengan saya di cafe. Ada tiga. Satu, adanya dukungan lingkungan. Kedua, adanya peluang. Ketiga. Adanya skill dan pengetahuan. Demikian kata saya dengan cepat. Bisa jelaskan secara sederhana tiga hal itu, pintanya.
Satu. Kalau anda berada dalam lingkungan karyawan. Katakanlah orang tua pegawai, paman, tante juga pegawai. Kemudian anda bergaul juga dengan teman teman yang orang tuanya juga pegawai. Yakinlah, sulit muncul pengaruh berwirausaha. Kalaupun anda akhirnya terjun berwiraswasta, nah ketika ada masalah, maka mereka lah yang pertama melemahkan anda. Bukan menyemangati. Mengapa? Persepsi mereka sudah terbentuk bahwa bisnis itu beresiko. Pendapatan tidak pasti. Bukan masa depan yang baik.
Maka kalau anda ingin tetap berwiraswasta di tengah lingkungan yang tidak mendukung, maka yang harus anda lakukan adalah jangan cerita tentang kesulitan. Focus kepada diri anda saja. Jangan dengar orang ngomong apa. Mungkin anda tidak bisa menutup mulut mereka yang melemahkan anda. Tetapi anda punya kedua tangan untuk menutup telinga anda. Jadi? Ya keluar dari lingkungan itu. Perbanyak network sesame pengusaha aja.
Dua. Peluang ada di mana mana. Namun itu karena ada orang lain yang telah menciptakannya. Kalau anda berteduh di bawah pohon yang rindang di taman. Percayalah, itu karena tadinya ada orang yang menanam pohon itu. Nah masalahnya, apakah anda ingin jadi follower atas adanya peluang yang orang lain ciptakan atau anda ciptakan sendiri. Itu soal pilihan. Tapi yakinlah, walau follower lebih terukur resiko nya. Lebih terukur cara menghindari resiko. Namun anda tidak akan kemana mana dan tidak akan jadi apa apa.
Jadi gimana menciptakan peluang? Pertama yang harus anda miliki adalah rasa ingin tahu. Punya minat membaca dan memperkaya literasi. Mau bertanya dan menjadi pendengar yang baik. Dengan itu, anda bisa melihat peluang yang ada dengan persepsi berbeda, untuk melahirkan peluang baru. Di India dan Bangladesh. Mereka sangat bergantung supply chain tekstil dari China. Nah Ketika harga kapas dan fiber semakin mahal, sementara daya beli domestic tidak naik. Pasar domestic akan turun. Bukan tidak ada pasar tetapi kemampuan pasar tidak bisa mengikuti kenaikan haga pokok.
Mereka mengganti fiber dan kapas dari pelepah daun pisang dan bamboo. Dari sini munculah innovasi tekstil organic. Di China orang tidak ingin berebut pangan dengan ternak. Mereka tidak menggunakan jagung untuk pakan ternak tetapi menggunakan limbah bongkol jagung untuk pakan ternak ayam dan ternyata menghasilkan telur yang banyak. Nah idea kreatif itu tidak akan datang tanpa pengetahuan. Kalau tidak ada literasi, peluang pelepah daun pisang dan bamboo sebagai pengganti kapas dan fiber akan disikapi skeptis. Bongkol jagung akan jadi limbah.
Ketiga. Bisnis di era modern sekarang tanpa skill dan pengetahuan seperti orang menggantang asap. Mengapa ? karena perubahan begitu cepat. Bayangkan 10 tahun lalu business aplikasi IT tumbuh cepat. Start up bermunculan seperti jamur dimusim hujan. Namun kini sebagian besar start up itu bangkrut karena tergerus dengan hadirnya internet of things dan artificial intelligent.
Dulu orang bisa kaya dari youtuber dan like and scriber. Tetapi belakangan provider applicator tidak lagi menyediakan income dari banyaknya view dan like. Tapi meminta yang nonton direct pay. Dan ini menuntut kualitas konten. Kalau kualitas konten hanya tempat orang bokek bergerumun, ya walau jutaan subscriber tidak akan menghasilkan uang. Kini yang kaya adalah creator konten yang memang punya skill ahli dibidangnya. Seperti tokoh masyarakat, pengamat ahli yang audience memang mereka yang mampu bayar. Kelak tiktok akan seperti youtube. Hanya masalah waktu.
Kalau anda punya skill yang didukung oleh pengetahuan, anda bisa berkembang karena waktu. Walau perubahan datang cepat, cepat pula anda bisa beradabtasi. Kembali kata kuncinya adalah kainginan untuk menerima perubahan lewat pengetahuan yang mempertajam skill. Jadi tidak ada alasan berdiam diri dan merasa puas dengan apa yang anda capai pada hari ini. Sedikit anda terlena, hanya masalah waktu anda akan tenggelam oleh zaman.
Enak jadi pengusaha. Duit banyak dan bisa beli apa saja.” Katanya tersenyum setelah mendengar uraian saya. Saya katakan, kalau kamu niat berwiraswasta karena ingin kaya, hidup hedonism, kamu tidak akan pernah sukses. Apa pasal? Usaha tidak akan berkembang tanpa stakeholder dan tidak ada stakeholder yang bisa menerima anda rakus. Sehebat apapun anda punya bisnis, itu akan tumbang dengan sendirinya. Dan untuk bangkit lagi tidak akan pernah bisa selagi anda tidak ubah mindset anda.
Pengusaha yang baik tidak pernah menganggap sumber daya sebagai asset tetapi liabilities. Karena itu mereka lebih memilih jalan hidup sederhana. Kecuali pengusaha rente yang perlu bergaya flamboyan karena lingkungannya bukan orang kreatif tetapi manifulatif. Saya tidak tahu apakah yang saya uraikan itu bisa dipahami atau sudah biasa disampaikan oleh motivator dalam seminar motivasi. Tapi yang jelas tiga hal itu saya dapat dari pengalaman hidup.