Etnis China.
Dulu waktu setamat SMA tahun 80an teman teman sebagai salesman freelance kebanyakan adalah etnis China. Mereka memang tidak punya harapan untuk dapat kuliah di Universitas Negeri. Walaupun ada yang berhasil masuk PTN namun itu kecil sekali peluanganya. Tidak punya harapan untuk jadi PNS atau bekerja di BUMN. Walau ada yang jadi PNS sebagai paramedis atau lainnya tapi itu kecil sekali peluangnya. Begitu kejamnya Politik Orba menempatkan mereka second class di negeri ini. Beda dengan etnis Arab,India. Namun karena adanya diskirimani itu maka pilihan sebagai pengusaha adalah pilihan to be or not to be. Mereka harus jalani profesi pengausaha atau mati.
Lantas bagaimana mereka bisa bertahan sebagai pengusaha? Etnis china sangat paham sifat orang not etnis china. Apa itu ? Non etnis china tidak suka bekerja keras, dan takut mengambil resiko. Disamping itu sangat pelit berbagi kepada orang lain, suka meminta dan selalu ingin dilayani. Dengan sifat dasar etnis non china itulah etnis china masuk sebagai pengusaha. Mereka mendekati pejabat dengan cara menghamba, memberi hadiah dan menjamu makan dengan kemewahan berkelas dihotel berbintang. Melayani pejabat dengan sepenuh hati agar dapat merebut hati. Dengan itu mereka bisa mendapatkan peluang di percaya menjalankan bisnis dengan privilege. Mungkin mereka dapat sedikit dari kerja kerasnya dan pejabat dapat banyak. Mereka tidak peduli. Karena bagi mereka bisa bertahan hidup, itu adalah berkah yang harus disyukuri.
Diluar itu mereka juga masuk kebisnis pengolahan agar mendapatkan nilai tambah dari produk pertanian maupun perkebunan. Maklum bisnis pengolahan atau industri adalah bisnis yang dijauhi oleh non etnis china. Karena beresiko dan ruwet. Disini mereka berkembang tanpa ada saingan berarti. Ketika ada peluang membangun perkebunan besar, mereka juga masuk. Mengapa ? Karena mengolah perkebunan skala besar yang terkonsentasi dalam satu wilayah adalah sesuatu yang di hindari oleh Non etnis China. Apakah itu semua mudah? tidak. Yang jelas mereka berjuang keras bahkan dengan penderitaan tak tertanggungkan mereka lakukan. Kini mereka termasuk segelintir dari mayoritas penduduk Indonesia namun 70% wajib pajak terdaftar yang membayar pajak kepada negara kemungkinan adalah etnis China.
Etnis Yahudi.
Tahun 70 SM Romawi mengusir Yahudi dari Palestina ke Eropa. Mereka kemudian diaspora di seluruh dunia. Sejak itu kaum Yahudi di diskriminasi dimana mana. Mereka tidak bebas mendirikan pabrik dan membangun perdagangan. Selalu dicurigai. Lantas apa yang bisa mereka lakukan ditengah diskriminasi itu ? Teman saya orang Yahudi yang juga pengusaha pernah berkata kepada saya, bahwa yang paling ditakuti oleh manusia adalah hartanya hilang dan kerakusannya diketahui. Yang paling disukai manusia adalah kesenangan dan kemudahan. Karena itu Yahudi menawarakan solusi. Mereka menawarkan jasa penyimpanan dan penukaran uang. Tidak ada barang yang dijual dan juga tidak barang yang dibuat tapi pelayanan kepada publik aman dari kehilangan dan kerahasiaan. Maka berdirilah bank.
Dengan itu memang mereka tidak punya usaha pabrik atau perdagangan tapi mereka punya hak kontrol lewat skema debt dan clearing. Mereka tidak terlibat dalam menagemen indusri dan manufaktur tapi lewat investment banker, mereka membeli saham perusahaan yang go publik. Mereka mengontrol perusahaan lewat bursa. Ketika putaran uang semakin kencang dan untuk mengamankan eksistensinya maka mereka menciptakan clearing house yang terhubung dengan semua bank central diseluruh dunia. Mereka tidak memiliki apapun namun mereka mengontrol apapun.
Ketika dunia terus berkembang, orang semakin banyak, terjadi pertukaran kebudayaan, mereka membangun IT. Mereka tidak membangun pabrik kabel fibre optic tapi mereka menggelar fiber optik mengelilngi dunia. Mereka tidak membangun pabrik komputer tapi membuat perangkat lunak. Dengan itu komputer dan perangkat lunak tercipta untuk orang bisa berinteraksi. Dunia maya semakin besar dampaknya terhadap sosial dan politik, juga transfer budaya. Tak ada satupun negara yang bisa mengelak dampak dari adanya sosial media. Juga tidak ada satupun perbankan di dunia yang tidak tergantung dengan IT system. Karena praktis lebih dari separuh transaksi perbankan dan pembayaran menggunakan digital. Dengan itu mereka tidak memimpin dunia atau negara tapi lebih dari separuh komunitas dunia terhubung dengan sistem IT yang mereka bangun. Arah peradaban ada ditangan mereka. Setiap interaksi melalui IT, uang kontan mengalir kepada mereka , baik karena fiber optic, perangkat lunak maupun marketing komunikasi dari beragam konten.
Semakin kemaruknya manusia dengan harta semakin besar putaran uang dibank dan semakin untung mereka. Semakin individualisnya manusia semakin besar akses kepada IT, semakin untung mereka. Semakin hedonis nya manusia semakin untung perusahaan jasa penerbangan, hotel, industri, perdagangan , yang sahamnya sebagian besar mereka kontrol lewat bursa. Jadi benar kata teman saya bahwa Yahudi walau segelintir tapi menguasai dunia. Itu bukan karena yahudi hebat tapi akhlak manusia semakin buruk. Karl Mark, seorang pemikir Yahudi bahkan mengatakan, “Yahudi berlanjut berkat sejarah bukan karena dipaksa… karena itu pembebasan Yahudi adalah pembebasan masyarakat dari pemikiran diskriminasi.
KESIMPULAN.
Andaikan dulu zaman Soeharto tidak ada diskriminasi terhadap etnis China,saya yakin sebagian teman teman etnis china dulu itu, yang pintar pintar mungkin kini ada yang jadi PNS dan menua menanti pensiun tanpa berbuat banyak kecuali untuk keluarganya saja. Tidak akan ada pabrik , kebun ribuan hektar, property ribuan hektar dan bank yang menampung angkatan kerja dari kerja keras para petarung yang terdiskriminasi itu. Andaikan tidak ada kebencian atas dasar diskriminasi kepada Yahudi , tidak akan mungkin ada perbankan dan segala derivat jasa yang membuat mereka berkuasa atas putaran uang didunia ini.
Jadi hidup ini setiap upaya diskriminasi terhadap golongan adalah paradox. Mengapa? ketika anda membenci satu kaum , pada waktu bersamaan anda mengenggam sifat iblis yaitu sombong. Hanya masalah waktu anda akan ditelan oleh sifat sombong itu. Karena dari sifat sombong itulah muncul beragam kelemahan dan kebodohan anda, yang sehingga mudah dikalahkan oleh kaum yang dibenci. Kalau tujuannya karena kebencian untuk menyudutkannya maka diskirimansi itu justru membuat dia semakin kuat. Itu sebabnya Agama melarang kita membenci berlebihan karena pada akhirnya yang kita benci akan dipuja. Jangan puja berlebihan karena yang dipuja berlebihan itu akan kita benci.