Thursday, March 09, 2023

Selalu di jalan Tuhan.

 



Bebarap tahun lalu saya amprokan dengan teman lama di kantor BKPM. Saya sempat lupa tapi dia berusaha mengingatkan siapa dia. Saya segera merangkulnya. Dia datang ke BPKM untuk izin perluasan pabrik. Dia bermitra dengan temannya dari KL. Saya kagum dengan dia, bukan hanya setelah melihat dia sukses sekarang tapi pribadinya adalah inspirasi saya sejak dulu ketika kami masih belia.


Namanya iwan. Dia pria yang baik. Walau dia sudah yatim sejak usia 10 tahun. Namun dia punya akhlak baik. Sekolahnya hanya tamat SMU. Saya mengenalnya waktu di pelelangan ikan di kota saya. Setiap pagi iwan membantu nelayan mengangkut hasil tangkapan ke pelelangan. Dari itu dia dapat upah. Dia tinggal di masjid, di ruang paviliun. 


Setiap subuh saya sering mendengar suara azan yang dilantunkan oleh Iwan. Suaranya merdu sekali. Masuk SMU saya tidak lagi bertemu dengan Iwan. Karena dia pindah ke kota lain. Kami bertemu lagi ketika di rantau di Jakarta. Saya bertemu dengan dia di tanah Abang. Dia jualan es dengan kereta dorong.


Sama dengan di Kota saya. Di rantau juga Iwan aktif di masjid. Suatu saat saya dapat kabar bahwa Iwan di kantor polisi. Saya segera datang ke kantor polisi. Saya dapati Iwan sedang di periksa oleh polisi karena menghamili anak gadis orang. Atas nasehat polisi, iwan akan bebas asalkan dia mau menikahi anak gadis itu. Selama interogasi itu, iwan hanya diam dan mengangguk. Dia tidak membantah. Kedua orang tua wanita itu senang karena iwan mengakui perbuatannya dan mau bertanggung jawab.


Tapi karena itu, kalau iwan ke masjid orang mencibir. Dia tidak boleh lagi azan di masjid. Tempat dagangnya di ujung gang di gusur oleh RW. Iwan dianggap orang tidak bersih lingkungan. Kedua orang tua Wanita itu menjadikan Iwan sebagai kuli usaha keluarga. Iwan terima. Walau hanya dapat upah makan. Maklum dia tinggal di rumah Wanita itu. Setelah itu saya dapat kerjaan sebagai Sales di Perusahaan Jepang. Kami tidak lagi saling kontak.


“ Gimana istri kamu? Siapa itu “ kata saya mengingat peristiwa dulu tahun 80an.


“ Setelah wanita itu melahirkan. Saya diusir oleh keluarganya. “ kata Iwan tersenyum.


“ Mengapa ?


“ Wanita itu berkata jujur kepada kedua orang tuanya. Bahwa bukan aku yang menghamili nya. Tetapi orang lain, pacarnya.”


“ Lantas mengapa sampai wanita itu berkata jujur ? 


“ Wanita itu berkata kepada kedua orang tuanya, selama hamil, walau sudah status suami istri tapi aku  tidak pernah menyentuhnya.


“ Mengapa dulu kamu tidak membela diri ? Tanya saya


“ Sekeras apapun aku berusaha meyakinkan, orang tidak akan percaya. Bukankah lebih baik aku diam dan tidak perlu membela diriku?


“Terus apakah tetangga  tahu tentang pengakuan wanita itu ?


“ Tidak. Saya tidak mau membuka aib mereka”


“ Mengapa? Bukankah itu perlu mengembalikan nama baik kamu?


“ Apalah artinya buat aku? Diejek dan difitnah juga tidak masalah, kalau dengan menutup aib wanita itu, aku bisa meringankan beban si wanita dan menyelamatkan kehormatan keluarganya”


Saya terdiam.


Iwan melanjutkan. “Sebaik apapun kita, akan selalu ada orang berprasangka buruk kepada kita. Mereka akan selalu menghakimi kita. Saat kita berbuat baik, kita dibilang punya tujuan tertentu. Saat kita salah, mereka hanya akan menghina kita. Karena itu biarlah kita selalu berbuat baik. Pada akhirnya kita hanya butuh Tuhan menilai kita, bukan manusia. Reputasi di hadapan Tuhan lebih penting.”


Saya rangkul dia. “ Kau inspirasiku Wan.”

“ Ah Ale, kaulah ispirasiku. Saat itu hanya kau yang percaya kepadaku. Kau yang terus ada bersamaku disaat sulit tempo hari. Aku sebenarnya ingin jumpa kau. Tapi aku malu. Apalagi beberapa tahun lalu aku ketemu dengan Florence di Riau, kini kau terlalu jauh untuk aku jangkau, Ale. Tapi doaku selalu untuk kau. Kau sahabat terbaikku, ale. “

Monday, March 06, 2023

Bahaya Hedonisme




Seorang filosof Friedrich Nietzsche mengatakan bahwa orang yang paling hina adalah mana kala dia dikalahkan oleh keinginannya sendiri. Orang yang memperturutkan keinginannya dia sebut ‘ the last man” etos hedonisme. Pemikiran Nietzsche tentang Manusia ia uraikan dengan sangat meyakinkan dalam Schopenhauer sebagai Pendidik (2015). Bahwa nilai diri tertinggi adalah antitesis dari hedonism: berjuang mengalahkan diri sendiri dan berani berbeda ditengah lingkungan yang hedonism.


China melarang gaya hidup hedonisme di media sosial mungkin terpinspirasi pemikiran Nietzsche. Bahwa melarang hedonism adalah upaya menjaga martabat budaya dan masyarakat itu sendiri. Mengapa ? hedonisme ini memiliki efek yang berpotensi membahayakan etos kerja positif dan standar moral, dan ini berdampak serius terhadap perkembangan mental manusia modern. Mungkin anda mengerutkan kening. Ok saya jelaskan sederhana.


Pertama. Efek eksibisionistik yang ditampilkan secara vulgar lewat media sosial berbasis foto, video, hasilnya adalah kesenangan narsistik fana yang berasal dari memamerkan diri sendiri dan memperoleh penegasan yang dirasakan orang lain.  Ini akan mempengaruhi orang lain, yang tadinya tidak ada inginan timbul keinginan meniru, dan setelah ditiru dampak narsistik lebih buruk, tak terkendali. Bahkan engga ada yang bisa ditampilkan, maksakan diri biar tampil hebat. 


Teman saya sempat hampir pecah rumah tangganya karena istrinya terlilit utang. Apa pasal?. Itu efek dari unsur voyeuristik. Hanya karena istrinya liat tampilan temannya di Istagram mengenakan tas hermes keluaran terbaru dan sepatu Red Christian Louboutin keluaran terbaru. Istrinya terbang ke Eropa hanya untuk beli dua benda itu dan photo di depan outlet di Swiss untuk ditampilkan di istagram dan facebook.  Kalau suaminya PNS mungkin terpaksa korup untuk penuhi keinginan istrinya. Berujung penjara. Kalau suaminya pengusaha, mungkin terpaksa pakai uang perusahaan dari utang bank untuk bailout utang istri. Akhirnya berujung default utang.


Kedua. Melihat gambar-gambar dan video diri yang keren di sosial media menimbulkan sensasi kesenangan yang halus, yang pada akhirnya disesuaikan oleh otak untuk diharapkan, yang mengarah pada keinginan yang tak sudah. Dengan demikian, terus-menerus  berusaha memuaskan keinginan untuk kesenangan dan tentu akhirnya jadi korban barang bermerek, dan korban bisnis ponzy.


Saya tidak punya sesuatu yang harus dibanggakan untuk ditampilkan secara vulgar. Tidak punya kendaraan mewah, rumah mewah. Saya bekerja keras untuk keluarga, bukan untuk memuaskan keinginan dan kebanggaan di hadapan keluarga, apalagi orang lain. Tetapi karena kebutuhan akan tanggung jawab. Saya masuk dalam dunia business bukan untuk keinginan berbangga di hadapan publik agar dianggap tajir. Tapi bagian dari tanggung jawab kepada stakeholder. 


Selagi saya bisa delivery semua kebutuhan keluarga dan stakeholder business, cukuplah sebatas itu saja. Mengapa ? Pada akhirnya saya menemukan satu-satunya alasan untuk hidup adalah untuk bersukur. Caranya ? rendah hatilah. Hiduplah sederhana.  


***


Sebelum tahun 2013  business trip saya padat sekali. Kadang dalam 10 hari saya mengunjungi 8 negara. Dalam setiap kunjungan saya harus tinggal di hotel. Kadang saya hanya check in sekedar ganti baju. Kemudian setelah meeting saya terbang lagi ke negara lain.  Misal, pagi dari Hong Kong saya terbang ke Beijing. Jam 3 sore saya terbang ke Seoul. Selesai meeting saya terbang ke Tokyo. Besok paginya setelah meeting saya terbang ke Taipeh. Dari Taipeh saya terus ke London. Hanya semalam di London saya teruskan ke Bangkok. Sehabis makan malam di Bangkok dengan mitra saya, saya terbang ke Sanghai. Terakhir kembali ke Hong Kong. Itu 11 hari business trip.


Yang jadi kendala adalah pihak kantor mengelola jadwal terbang saya. Karena jadwal saya kadang mendadak berubah. Kawatir soal kamar hotel yang tak terlalu tersedia kalau tidak booking lebih dulu. Dan juga pesawat tidak selalu tersedia sesuai jadwal saya . Dulu belum ada Traveloka.  Jadi bagaimana agar saya bisa mobile tanpa kendala. ? Pertama agar selalu tersedia kamar hotel. Saya beli time share. Artinya saya kontrak dengan jaringan hotel international seperti sheraton, Mandarin. Saya bayar sewa kamar setahun sekaligus. Jadi kemana saja tempat saya kunjungi selagi ada jaringan hotel itu saya bisa masuk tanpa perlu booking terlebih dahulu.


Apakah rugi dan pemborosan? tidak juga. Karena ketika peak season atau musim liburan, harga kamar melambung tinggi. Nah time share itu saya jual, Saya dapat untung. Selisih jual ketika peak season dan pembayaran sewa kamar setahun, kadang saya malah untung. Maklum harga time share adalah diskon sampai 40%. Harga peak season bisa 4 kali dari harga resmi. 30 hari musim liburan itu bisa buat saya pulang modal, bahkan untung. Artinya saya gratis tidur di hotel bintang lima selama business trip.


Gimana dengan pesawat? saya gunakan kartu AMEC Centurion black card. Saya tidak apply. Dapat Card berdasarkan invitation. Jadi saya engga kena limit atas dan bawah. Dapat diskon tiket first class dengan harga tidak jauh beda dari Economi class. Kalau saya hendak ubah jadwal penerbangan dan ingin cepat terbang. Saya tinggal telp Centurion. Mereka beri fasiltitas priority dapatkan ticket dengan cepat. Bahkan mereka beri pasilitas sewa private jet kalau saya mau. Itu hanya hitungan menit pesan via telp.  Semua mereka atur. Semua barang bermerek saya dapat diskon sampai 70a%. Mengapa ? Produsen ingin saya  jadi etalage berjalan. Dan itu tidak perlu bayar kontan. Mereka hanya akan tagih kalau saya mau bayar. Kalau belum mau bayar, mereka engga akan tagih. Sabar banget.


Gimana pakaian suite dress?. Saya tidak perlu keluar uang USD 2000 untuk setelan jas seperti armany. Karena di setiap kota besar ada financial club, seperti Hong kong, London, Tokyo, Seoul, Shanghai, Beijing. Saya tinggal datang ke sana. Biasanya tersedia suite dress dari merek terkenal yang sengaja promo agar mereknya dipakai oleh pengusaha members Financial Club. Jadi gratis.  Selagi anda member private banking first class bank, sekedar  makan siang dan minum wine di financial club ya gratis.  Tahun 2017, saya dapat kiriman Black Card palladium. Itupun bukan karena apply tetapi given atas dasar undangan. Jadi saya tidak terikat batas atas dan bawah pemakaian.


Yang sangat indah dan nyaman, ketika kembali ke rumah, kembali ke habitat saya. Tidak terikat jaim dan jadwal. Bangun tidur sesuka saya dan pergi kemana saja sesuka saya. Karena hidup saya sederhana, saya bisa hidup disemua strata sosial. Orang suka dan tidak suka, engga penting bagi saya. Hidup saya tidak diikat oleh pujian dan tidak merana karena hinaan. Menjadi manusia freedom itu bukan berkah tapi pilihan. 


***


Saya pernah bertemu dengan CEO BUMN China. Saya menawarkan untuk makan malam di hotel bintang lima namun dia minta saya untuk makan malam direstoran hotel bintang 3. Acara makan malam itu berlangsung santai. Pejabat itu menggunakan pakaian sederhana dan hanya ada satu orang pendampingnya yang bertindak sebagai penerjemah. 


Ketika acara makan malam itu berlangsung dia selalu tersenyum kepada pelayan yang ada dibelakang kami. Saya anggap ini biasa saja. Maklum pelayan itu memang cantik dan pejabat ini suka kepada yang cantik. 


Ketika usai makan malam dia mengajak saya photo bersama dan memanggil pelayan restoran itu untuk gabung. “ Kenalkan ini cucu saya. Dia putri tunggal dari putra sulung saya. “ Katanya. 


Saya hampir tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang CEO BUMN dengan asset diatas Rp. 100 triliun tapi cucunya bekerja sebagai pelayan restoran.


“ Dia baru tamat dari Academi Pariwisata. Dia sedang berproses diusia emasnya” Katanya lagi. 


Seakan meliat keterkejutan saya dia mengatakan " saya hanyalah pegawai negara. Kehormatan saya  terletak pada kerja keras dan amanah. Dan itu bisa diterima oleh keluarga saya. Itulah kebahagiaan yang luar biasa dimana kita diterima karena cinta bukan karena harta dan jabatan.


B, ketika kamu membangun harta atau jabatan demi membahagian anak dengan uang dan kemudahan. Maka sebenarnya kamu tidak sayang ke anak. Kamu predator terhadap keluarga. Karena uang dan kemudahan itu adalah toxin yang membuat mereka lemah jadi generasi lemah. Terlalu cepat naik dan mudah, itu akan membuat mereka lupa diri dan tidak tahu diri. Padahal tanggung jawab kita bukan mewariskan harta dan jabatan tetapi mewariskan etos kerja dan sikap rasa hormat atas dasar rendah hati, ya sikap egaliter..” Katanya.


Mereka yang diberi amanah akan harta atau jabatan, mereka punya tanggung jawab lebih besar terhadap generasi berikutnya. Ya Generasi yang mengutamakan kejujuran dalam berbicara, paling setia terhadap kebenaran dan kebaikan, paling menepati janji, paling bagus akhlaknya, dan paling khidmat kepada manusia…


Friday, March 03, 2023

Takdir kita.

 




Tadi sore sahabat saya datang bertamu ke rumah.  Saya sudah lama tidak jumpa. Terakhir jumpa sebelum Pilpres 2014. Walau kami pernah belajar tasauf pada guru yang sama. Tapi pernah tahun 1983 ikut sembunyi sembunyi diskusi buku Bumi Manusia atau Rumah Kaca di Gedung Stovia, Senen. Pernah sama merasakan dinginnya penjara paska tragedi  Tanjung Priok 1984. 


Namun kini kami berbeda pilihan. Pilihanya kepada Prabowo. PKS Partai pilihannya. Saya pilih Jokowi dan PDIP tempat saya berlabuh. “ Kita ini lucu. Kita pernah sama belajar tasauf, pernah gandrung dengan Marhaen Soekarno. Pernah jadi pemberontak. Tapi akhirnya berbeda jalan” Katanya mengawali obrolan.


“ Menurut saya tidak ada yang berbeda. Esensinya sama. Islam dan Marhaen, punya kesamaan prinsip. Sama sama membela kaum tertindas. Ketika kita diskusi tentang Marhaen, Surat Al Maun kita jadikan rujukan. Kemanusiaan kita semakin bertambah. Setelah kita membaca roman Pram, Tauhid kita  maknai mencintai keadilan dan kemanusiaan. Karena itu aqidah kita semakin kokoh. Tak lekang karena panas, tak lapuk karena hujan. “ Kata saya.


“ Tapi, bro. Hati hati kamu bersikap. Aqidah kamu bisa sesat. Islam ya islam. Tidak bisa disamakan dengan Marhaen. Beda sekali.” Katanya tegas. Saya tersenyum.


“ Ingat engga waktu kita belajar tasauf. Musa berkata kepada bani Israil bahwa dia yang paling tahu. Allah tegur, yang paling tahu itu bukan Musa tetapi Allah.  Kemudian karena itu Musa dimita bertemu dengan Khaidir. Setelah itu apa yang dia pahami secara akal dan agama, ternyata semua salah. “ kata saya bersilat argumen.


“ Loh kita kan manusia. Kita paham dan bersikap hanya menyangkut hal yang zahir saja. Yang lain cukuplah Allah tahu.”  Sanggahnya.


“ Yang zahir itu bukan hanya tersurat. Firman Allah itu disebut ayat  qauliyah, itu yang tersurat hanya secuil saja. itu sama dengan air yang diteguk seekor burung diatas samudera luas.  Sementara yang tidak tertulis adalah ayat kauniyah, itu jauh lebih banyak. Kemanapun wajah kamu hadapkan, terdapat ayat ayat Tuhan. Itulah sains yang harus kita gali agar semakin kuat keimanan kita”  Kata saya seraya menyediakan minuman di atas meja.


“ Kamu tahu, kesalahan peradaban sekarang karena agama tidak lebih dulu dijadikan pondasi. Akibatnya apapun jadi lemah. Mudah sesat. “ katanya mulai ngegas. 


Entah apa yang merasuki hatinya sehingga dia berubah radikal.  Saya tersenyum menatapknya. Saya menghela napas. “ Bro “ seru saya. “ ingat engga waktu kita di kampung dulu. Orang tua tua kita bangun rumah. Mereka tidak bangun pondasi dulu. Mereka bergotong royong bangun rangka, atap, dinding dan tiang. Setelah  rumah utuh jadi, mereka gotong rame rame rumah yang sudah jadi itu untuk didudukan diatas tanah. Apabila sudah disepakati tempat dudukan. Maka pondasi dibuat sesuai dengan tekstur lahan. Lahan lereng bukit tentu beda pondasinya dengan yang datar. 


Itulah budaya kita.  Begitulah agama dimaknai.  Budaya lebih dulu dibangun, barulah agama dijadikan tempat dudukan. Artinya penerapan agama yang benar itu harus tidak berlawanan dengan budaya yang ada. Nah islam itu diterapkan oleh para ulama pada awal diperkenalkan sesuai dengan kearifan lokal. Akibatnya walau ratusan tahun kita dijajah Belanda, islam tetap mayoritas di Indonesia. Orang tidak mau pindah agama, bukan karena faktor keimanan. Tetapi ikatan budaya. Budaya malu. Dia malu bila pindah agama. Paham kau? Kata saya.


“ Ya budaya itu harus diubah. Itulah perjuangan islam” Dia tetap ngegas dengan sikapnya.


“Sebelum agama diperkenalkan, budaya sudah lebih dulu ada. Bagaimana kamu akan mengubahnya. Budaya itu takdir kita. Kalau kamu paksakan, akan menimbulkan padadox. Orang beragama tapi tidak beradat. Sholat, ngaji, puasa taat tapi kepada yang berbeda marah terus, emosian terus. Kadang terprovokasi jadi teroris. 

Dalam lingkup sosial dampaknya luas sekali,  politik tanpa prinsip, kekayaan tanpa kerja keras, perniagaan tanpa moralitas, kesenangan tanpa nurani, pendidikan tanpa karakter, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, dan peribadatan tanpa pengorbanan.  “


“Ah terus terang aja. Kamu mau bilang apa sih pening saya? Katanya kesal. Saya minum kopi seteguk. Kemudian dengan hormat saya berikan kepada dia kopi yang sudah saya teguk itu. “ Ah jangan becanda kau. Kok kasih saya kopi bekas kau minum” katanya merengut.


“ Mengapa ? apakah kopi itu haram? sergah saya.


“ Ya tidak. Tetapi engga sopan aja kasih kopi ke tamu yang datang ke rumah” 


“ Oh kamu tersinggung. Soal kepantasan dan sopan santun. Ya kan.”


“ Ya benar lah”


“ Itulah budaya.” Kata saya tersenyum “ alur dan patut. Walau kata agama halal namun kalau tidak patut, tak elok jadinya, ya kan ?


“ Oh…” dia tertegun. 


“ Jadi mengapa PKS, PAN, engga pernah bisa menang lawan PDIP dan PKB?  Karena PDIP dan PKB menerapkan islam dalam kerangka budaya. Akibatnya  hubungan idiologi dan islam menjadi satu. Mereka terus berkembang, bukan karena pemilihnya takut neraka atau berharap sorga. Tetapi karena agama berkata, budaya menerapkan.  Jalinan yang indah. “ Kata saya tersenyum.


Dia tertegun


‘’Kau terpelajar, cobalah untuk bersetia pada kata hati.” Kata saya.  


Dia tersenyum. 


“ Ah aku ingat itu kalimat dari Roman Bumi Manusia. Setelah berbagai tantangan yang dihadapi, Minke kembali bersekolah dan dia akhirnya juga menikah dengan Annelis dan menikah secara Islam. Ya kan “Katanya tersenyum.


“ Ya galilah ilmu apa saja. Bergaulah dengan siapa saja. Jangan disekat hidup ini oleh agama, etnis, bangsa. Perluaslah cakrawala, namun tetap islam di hati kita. “ Kata saya.


“ Tapi…” Serunya.


“ Jangan takut dicap sesat. Dalam hidup cuma satu yang kita punya,  yakni ’’keberanian’’. Kalau tidak punya itu lantas apa harga hidup kita ini? Beranilah ber-itjihad dengan niat baik. Hiduplah berakal agar mati beriman. Jangan jadi follower bigot. Kasihan kedua orang tua kita yang membesarkan kita. Kalau pada akhirnya kita jadi follower untuk kepentingan orang lain“ kata saya dengan bijak. Mata saya menghujam matanya.


“ Oh ya siapa nama Amoy yang sering temani kamu diskusi di gedung Stovia tahun 1983 ?  katanya tersenyum sepertinya tidak mau terus berdebat dengan saya.


“ Florence. “ 


“ Cantik kali tuh Amoy. Putih banget. Aneh kenapa dia suka dengan kamu yang jelek? 


“ Itu berkah anak soleh. Hidup berakal mati beriman.” kata saya tersenyum. 


“ Mengapa tak jadi kau nikahi dia. Apalagi kau sudah tinggal bersama lebih 1 tahun”


“ Walau hati bertaut tapi jodoh yang tak sampai.”


“ YA kenapa tak sampai  ke pelaminan?


“ Hanya Tuhan yang tahu. Kami hanya ikhlas saja. "


“ Apa makna cinta bagi mu?

“ Memberi..."

Monday, February 27, 2023

Kemandirian untuk berkembang.

 


 


Di China setelah reformasi pertanian tahun 2008, saya berkunjung ke China wilayah Barat yang memang termasuk wilayah yang tertinggal dibandingkan wilayah pantai timur. Ada satu desa saya temukan setiap rumah mereka pasti ada home industri. Ada yang membuat bata, peniti, kunci, miras, sepeda. Saya sempat bingung. Tapi dari kepala desanya saya dapat pemahaman dan tercerahkan, bahwa hambatan itu bukan masalah selagi ada tekad untuk berubah.


Kami tidak punya lahan. Semua lahan milik negara. Kami hanya punya hak pakai dan mengolah sesuai dengan arahan partai. Tidak boleh melanggar. Sementara imbal hasil produksi pertanian tidak cukup untuk kami hidup layak. Negara mengambil terlalu banyak hasil kerja keras kami. Kami hanya merasa kenyang selama tiga bulan setelah panen. Setelah itu kami kelaparan sepanjang musim. Musim dingin kami hanya makan bubur dan tahu yang dicukai.


Hasil musawarah dengan penduduk desa, kami sepakat untuk diam diam berproduksi selain bertani. Tentu kami berusaha meyakinkan kader partai lokal untuk mendukung kami.  Mereka setuju saja asalkan kami tidak meninggalkan produksi pertanian.


“ Dari mana kalian dapatkan tekhnologi untuk produksi peniti, bata, kunci, miras dan sepeda.” tanya saya.


“ Kami dapatkan dari universitas. Mereka para mahasiswa itu yang datang ke desa. Mereka menuntun kami membuat mesin pres bata, mesin pembuat peniti, kunci, miras dan sepeda. Kami memang sudah punya bakat keturunan soal cor metal. Jadi tahu bagaimana cetak mesin untuk dibagi bagikan kepada penduduk desa.”


“ Darmana dapatkan bahan baku besi ?


“ Dari pedagang yang ada di kecamatan. Mereka memberi kami bahan baku besi berupa limbah pabrik.  Kami olah jadi barang jadi dan hasil produksi kami dibeli oleh pedagang yang banyak datang dari kota. Memang harga murah, tetapi tetap saja kami dapat untung. Menambah penghasilan."


“ terus darimana permodalan ?


“ Karena usaha kami selain pertanian adalah ilegal , ya kami membentuk arisan. Uang hasil pertanian kami setor kepada ketua arisan. Siapa yang dapat uang arisan, dia akan dapat menjalankan home industri. Sementara yang belum dapat giliran uang arisan,  cukup jadi bekerja  dan sambil belajar berproduksi. Ketika dapat giliran uang arisan, dia sudah jago memproduksi sendiri. Begitulah, dari tahun ketahun akhirnya kami semua punya home industri sebagai pendapatan tambahan keluarga. Kami bisa makmur secara pantas lewat kerja keras.”


“ Terus, dengan ramainya home industri di desa, kan pasti pemerintah pusat tahu kalau kalian melakukan usaha ilegal. Apa yang terjadi?


“ Ternyata itu terjadi bukan hanya di desa kami, tetapi oleh sebagian besar desa di china. Ya mau engga mau, pemerintah harus melakukan reformasi ekonomi secara luas, terutama sektor ekonomi desa. Ya tahun 2008, usaha kami malah didukung pemerintah lewat revitalisasi desa. Kami tidak lagi berproduksi di rumah, tetapi di kawasan industri kecil, yang tertip dan terjamin ekosistem nya. Antusias desa sangat luar biasa.   


Lahan pertanian kami berubah jadi saham food estate. Pengelolaan pertanian secara modern berbasis riset.  Walau kami tidak bertani, kami tetap dapat deviden dari saham itu. Jadi kami bisa focus kepada industri ringan dan agro industri. Hanya lima tahun, China bisa memakmurkan 800 juta rakyat. Kini banyak orang kota yang kembali ke desa. Ekonomi China ada di desa, dan disanalah kekuatan kami sebenarnya ” katanya.


Apa yang dapat saya simpulkan. Perubahan yang terbaik itu berasal dari bawah. Dari rakyat sendiri. Gerakan massive dari rakyat untuk perubahan kemandirian mensejahterakan dirinya, apapun kekuatan status quo akan jatuh dengan sendirinya. Pemerintah harus mengikuti keinginan rakyat. Itulah esensi demokrasi sebenarnya. Bottop up, bukan top down.


Tuesday, February 21, 2023

Manusia dan Tuhan

 



Dari cerita teman di Turki saat maraknya kelompok jihadis. Anbari sadar bahwa kekuatan Jamaat Ansar al-Sunna tidaklah cukup besar untuk mencapai tujuan khilafah. Hanya modal semangat tapi dana dan logistik terbatas. “ Kita tidak bisa terus berjuang dalam keadaan lapar dan persenjataan kurang. Sementara sumber dana tidak ada. “ Kata Anbari kepada Abu Abdullah al-Shafi’i ketua Jamaat Ansar al-Sunna.


“Apa usul anda” tanya al-Shafi’i.


“ Bagaimana kalau kita merger dengan al-Tawhid wal-Jihad. Saya kenal dengan pimpinannya. Dia adalah Abu Musab al-Zarqawi. Salah satu elite dari Al Qaeda.


“ Tidak, “ kata al-Shafi’i dengan tegas. “ itu bagian dari AL Qaeda. Mereka piaraan anjing Amerika, piaran para kafir” lanjutnya dengan sinis.


“ Tapi anda perlu uang dan senjata? “ tanya Anbari. Al-Shafi’i terdiam. Sebenarnya antara Anbari dan para pejuang itu, pertentangan teologi. Anbari percaya kepada Tuhan dan kehendak Tuhan. Tapi dia juga percaya bahwa Tuhan tidak kirim bazoka dan RPG. Terbukti antar mereka tidak ada yang menang. Semua dihabisi AS sang pencipta dollar. AS percaya sistem kapitalisme. Money is God. Trust in God. Katanya. Belakangan dalam keadaan damai, di jantung kapitalis, wallstreet. Bursa AS tumbang karena krisis Lehman dan masuk ke lubang resesi. Sebenarnya mereka yang beriman namun bersyarat, seperti apa kata Socrates, yang mempertanyakan segalanya pada dasarnya meragukan segalanya. Pada akhirnya ia tak beriman kepada apa pun. Inilah yang dipahami kaum agnostik.


Jokowi itu orang baik. Sangat baik. Dia tidak memperkaya dirinya sebagai presiden. Taat beragama. Rajin sholat. Mencintai Ulama. Dan rakyat memilihnya karena dia orang baik yang religius. Tetapi apa artinya 1 orang baik dikelilingi 10 orang jahat di dalam sistem yang mengikatnya. Bisa jadi antara Jokowi dan mereka adalah pertentangan teologi. Jokowi percaya kepada Tuhan yang akan menjaganya. Mereka juga percaya kepada Tuhan namun Tuhan tidak kirim uang ke rekening mereka untuk logistik pemilu.


Jadi, bukan agama yang membentuk manusia, melainkan akhlaknya. Nabi dikirim Tuhan bukan untuk mengubah agama  dan  budaya, tetapi memperbaiki akhlak manusia. Allah memuji Nabi bukan karena ibadahnya tapi karena Akhlaknya ( QS. Al-Qalam 4). Maka memang benar ketika orang mengatakan, bukan agamanya yang jahat, melainkan manusianya. Tersirat di sini pengakuan tentang terbatasnya pengaruh agama bagi perilaku manusia umumnya. Yang tak pernah kita dengar ialah ketika pernyataan itu dibalik: bukan agamanya yang mulia, tetapi manusianya.…


Thursday, February 09, 2023

Pemilih cerdas.

 



Ketua Umum Ganjar Pranowo Mania Immanuel Ebenezer yang juga jadi relawan Jokowi di Pilpres 2019 mengatakan pembubaran akan dilakukan secara resmi pada Kamis (9/2) di Jakarta. Mereka akan menggelar jumpa pers. “ Itulah politik” kata teman kemarin waktu ketemu di cafe. “ Tapi bagaimanapun dalam konteks demokrasi, memang pemilih punya kebebasan mendukung dan menggalang dukungan dan kapanpun bisa balik arah atau bubar. Beda dengan Partai. Apapapun terjadi kader partai akan tetap solid “ Lanjut teman. Saya senyum aja.


Sebenarnya dalam sistem demokrasi, pemilih itu tidak perlu menggalang kekuatan dan pakai relawan segala. Sudah cukup dengan adanya ormas sebagai kekuatan informal, yang jumlahnya ribuan di Indonesia. Yang utama bagi pemilih adalah meningkatkan kecerdasaran politiknya. Apalagi Indonesia itu menganut indiologi terbuka, bukan idiologi totaliter. Jadi setiap orang bisa pindah pilihan partai dan juga pindah pilihan capres.


Apa itu pemilih cerdas? Pemilih cerdas adalah pemilih yang focus kepada kepentingan dia pribadi. Misal petani, ya dia harus nilai partai atau capres yang punya visi meningkatkan pertanian dan kesejahteraan petani.  Apa program meningkatkan kepemilikan lahan? apa program reforma Agraria? konkritnya gimana? kalau dulu pernah ada yang janji akan sukseskan reforma agraris dan terbukti tidak tercapai target, ya hukum partai atau capres itu dengan tidak memilih mereka lagi.


Apa artinya? pemilih cerdas itu focus kepada masalah substansi, yang mudah dipahami oleh mereka yang merasakan langsung dampak dari kebijakan pemerintah. Setelah mereka pilih, kalau  ternyata program tidak tercapai ya mereka kritisi, Engga ada cinta mati. Kalau sukses ya biasa saja. Engga perlu dipuji segala. Karena pemimpin kan dibayar mahal untuk kerja, bukan gratis. Jadi sudah seharusnya mereka punya kinerja terbaik. 


Yang jadi masalah di negeri kita ini, pemilih rasional yang paham arti demokrasi dan tentu paham cara mengkritik, paling banyak hanya 10% selebihnya pemilih irasional. Faktor emosi karena agama, suku sangat dominan dalam menentukan pilihan.Makanya jangan kaget bila pemilu hanyalah drama, yang mudah diayun oleh konsultan kampanye dan para influencer. Maka jadilah para pemilih gerombolan bigot. Saling membenci yang tidak sudah. Padahal mereka adalah korban dari sistem yang berengsek, yang memang  sengaja merancang polarisasi ditengah masyarakat agar mudah mendulang suara. 


***

Petugas Partai…Dalam masyarakat itu terdiri dari berbagai kelompok dan golongan yang berbeda pandangan. Perbedaan itu harus dihormati. Prinsip demokrasi adalah free will sebagai bagian tidak terpisahkan dari HAM. Masing masing golongan atau kelompok harus mengorganisir diri mereka sesuai konsesus nasional berdirinya negara. Dari sanalah lahirnya Partai Politik. 


Secara umum, partai politik adalah sekelompok orang yang terorganisir dan memiliki pandangan dan cita-cita yang sama mengenai suatu pemerintahan. Untuk lebih konkritnya definisi itu silahkan baca Pasal 1 ayat 1 UU No 2 Tahun 2011 tentang Parpol.  Sampai disini paham ya.


Dalam sistem demokrasi, rakyat adalah pemilik kekuasaan. Kekuasaan itu diwakili oleh Partai. Jadi kalau bisa dianalogikan partai itu adalah proxy rakyat. Pengurus partai , kader partai adalah juga proxy rakyat.  Tapi untuk melegitimasi mereka sebagai proxy, bukan hanya sekedar berdirinya partai, tapi harus dibuktikan lewat Pemilu Langsung. 


Hasil pemilu itulah membuktikan apakah Partai dipercaya atau tidak oleh rakyat. Agar tertip, tentu diatur lagi batasan minimal suara yang dipercaya rakyat. Batasan suara yang bisa duduk di parlemen (  parliamentary threshold  dan mengusung presiden/ gubernur/ walikota/bupati ( presidential threshold ). Jadi walau rakyat berhak mendirikan partai, tetapi harus terorganisir dengan baik dan modern. Engga bisa modal bacot doang mau nyapres. Sistem kita tidak mengenal wakil dari independent. 


Nah yang harus kita pahami bersama bahwa demokrasi itu berbeda dengan otoriterian atau otokratis . Apa sih bedanya? ya otoriterian atau otokratis mengkultuskan individu. Jabatan presiden itu adalah sakral. Engga boleh disalahkan dan tidak boleh dikritik. Harus dipuji terus. Nah sementara demokrasi adalah tidak mengkultuskan individu. Demokrasi menjunjung tinggi sikap egaliter. Presiden/gubernur/walikota/Bupati/DPR, yang diusung partai dan anda pilih, dia tetaplah proxy atau bahasa mesranya petugas partai. Di AS disebut “ Admin”


Mengapa sebagian masyarakat alergi dengan sebutan petugas partai bagi jabatan presiden? ya karena budaya feodalisme di negeri ini belum sepenuhnya hilang. Sikap inferior complex rakyat dihadapan penguasa masih sangat tinggi. Padahal kalau rakyat sadar bahwa mereka sebagai penguasa dan pejabat politik adalah proxy mereka, seharusnya superior aja. Toh faktanya kan mereka numpang makan dan hidup makmur bersama keluarganya  dari pajak yang kita bayar.


***

Jokowi itu sebagai personal kita pilih karena dia orang baik dan tidak terhubung dengan Orba. Dari dia kita berharap agar ada perubahan. Tapi Jokowi sebagai presiden bukanlah Jokowi sebagai personal. Dia terikat dengan UU dan Hukum serta kekuatan sharing power, yang mereka semua juga kita yang pilih. Nah kumpulan dari mereka yang kita pilih itu bernama pemerintah. Tugas kita mengkritisi pemerintah itu. Apa yang dikritik? ya kebijakannya, bukan personalnya.


Ketika orang kita pilih sebagai presiden, DPR, maka sebenarnya kitalah pemilik kekuasaan. Istri saya memilih saya sebagai suami. Dia harus jaga saya. Tidak dengan memuji atau dikecam rasa takut, tetapi ya dikritisi. Dia tak pernah lelah mengkritisi. Sayapun tahu diri. Dia  bukan escort yang selalu memuji. Dia belahan jiwa saya. Dan lagi dia kritik karena dia peduli. Ya cinta rasional, bukan sekedar emosional. Begitulah seharusnya kita kepada pemimpin yang kita pilih lewat sistem demokrasi. Negara hebat karena rakyatnya  hebat.


Kita kadang engga bisa bedakan antara Jokowi dan Pemerintah. Karena kebanyakan kita masih hidup dalam suasana kebatinan feodal. Presiden kita anggap raja, yang tidak boleh disalahkan. Maka jadilan kita terjebak dalam mentality victim seperti era kolonial dulu. Kita tahu raja atau sultan berkolaborasi dengan belanda dan kaum bangsawan, tapi kita hanya salahkan Belanda. Raja ata Sultan tetap kita hormati dan tidak boleh disalahkan. 350 tahun situasi itu kita pertahankan. 

HAK istri.

  Ada   ponakan yang islamnya “agak laen” dengan saya. Dia datang ke saya minta advice menceraikan istrinya ? Apakah istri kamu selingkuh da...