Friday, July 29, 2022

Paradox

 




Teori ekonomi itu bagus. Hukum permintaan dan penawaran sangat ideal diatas asumsi yang juga ideal. Hukum hubungan antara pendapatan, konsumsi dan tabungan begitu apiknya dalam rumus persamaan keseimbangan. Lantas kemudian krisis ekonomi terjadi. Bukan hanya sekali tetapi berkali kali. Lucunya masih juga kembali lepada teori sebagai solusi.Hasilnya tetap aja krisis. Kalau dianalogikan. Ketika anda yakin semua akan baik baik saja karena teori maka saat itu anda sedang onani. Menikmati euforia karena halusinasi saja.


Mungkin lebih separuh manusia di planet bumi penganut agama yang taat. Sebagian lagi tidak taat. Faktanya terjadinya perang dan kerusakan, pencurian, korupsi, palacuran dan lain sebagainya perbuatan amoral dilakukan oleh mereka yang beragama. Caranya semakin canggih dan vulgar. Tokoh agama engga malu pamer harta kekayaannya padahal hidupnya dari donasi. Lucunya, selalu solusinya kepada agama. Kalau anda yakin bahwa agama sebagai solusi, maka sebenarnya anda sedang euforia karena halusinasi saja.


Seperempat abad yang lalu Albert Hirschman sudah mengatakan hal itu dalam esainya, Against Parsimony: Three Easy Ways of Complicating Some Categories of Economic Discours: ketika kapitalisme bisa meyakinkan setiap orang bahwa ia dapat mengabaikan moralitas dan semangat bermasyarakat, public spirit, dan hanya mengandalkan gairah mengejar kepentingan diri, sistem itu akan menggerogoti vitalitasnya sendiri. Sebab vitalitas itu berangkat dari sikap menghormati norma-norma moral tertentu, sikap yang katanya tak diakui dan dianggap penting oleh ideologi resmi kapitalisme.


Adam Smith, sang Nabi ekonom dalam bukunya, The Theory of Moral Sentiment, menyebutkan tentang perlunya perikemanusiaan, keadilan, kedermawanan, dan semangat bermasyarakat..Artinya ketika kapitalisme kehilangan moral dan kebersamaan, dan lebih mengandalkan kepentingan pribadi, maka kapitalisme sebagai sistem akan hancur. Misi kenabian paling utama Rasulullah Saw adalah menyempurnakan akhlak mulia. Hal ini sesuai sabda beliau: Aku diutus oleh Allah Swt, semata-mata untuk menyempurnakan akhlak mulia. Coba tanya pada agama lain. Esensinya sama, yaitu moral atas dasar kasih dan sayang.


Tapi lucunya hal yang esensi dari Adam Smith dan Rasul itu, tidak pernah masuk dalam teori dan apalagi sebagai solusi. Ketika saya katakan bahwa pasar uang dan modal sumber kerusakan kapitalisme dan paradox dari sistem ekonomi, saya dianggap sok tahu. Ya udah. Saya katakan bahwa demoralisasi terjadi bukan karena syariat agama tidak diterapkan, tetapi karena akhlak buruk, yang siapapun termasuk yang taat syariat juga bisa brengsek kelakuannya.


Saya bersukur tidak pernah sekolah ekomomi dan walau menguasai tidak euforia dengan teori itu. Saya juga tidak merasa salah tidak ahli agama walau saya menghormati syariat. Hidup saya realistis saja. Saya tidak merasa rendah selagi engga bokek dan tidak merugikan orang lain, menghormati siapapun yang berbeda. 


Wednesday, July 27, 2022

Harapan ...

 



Tahun 2012. Usai rapat di bank, saya mendesak untuk menghadiri rapat disuatu hotel. Karena Jakarta memang ketika sore selalu macet maka saya memilih naik ojek yang berada dikawasan Benhil. Tukan Ojek itu belum terlalu tua namun nampak tua karena himpitan kehidupan keras dibelantara kota Jakarta.


“ Kemana tujuannya , pak “ katanya dengan ramah


“ Borobudur hotel”


“ Baik, pak.” Katanya sambil menyerahkan helm untuk saya pakai.

Ketika berbelok kearah sudirman , dalam kecepatan tidak begitu tinggi motor itu  menyentuh roda depan sebelah kiri kendaraan sedan mewah disampingnya. Seketika motor itu oleng. Saya bisa merasakan tukang ojek itu tak bisa lagi mengendalikan motornya dan terjatuh menabrak trotoar. Untunglah kami tidak ada yang luka. Hanya stang motor itu bengkok. Nampak wajah sedih tukang ojek itu memperhatikan keadaan motornya. Dalam situasi itu, pemilik kendaraan keluar dari mobil.


“ Mau cari mati kamu. “ teriak pengendara mobil mewah itu seraya menarik kerah baju tukang ojek itu yang nampak tak melakukan perlawanan apapun. Dia hanya menunduk. Setelah membentak tukang ojek itu, pengendara itu melihat kearah depan kendaraannya. Nampak kesal karena ada goresan sedikit. Kembali pengendara itu menghampiri tukang ojek.


“ Kamu tahu kamu salah ! heh..” Kata pengendara itu dengan ketus. “ lihat akibat perbuatan kamu yang sok jagoan motong dari sebelah kiri pas belokan, kendaraan saya lecet. Apa ada uang kamu untuk perbaiki?. Dasar goblok, bodoh. Kalau mau mati mati aja sendiri. Kalau susah jangan bawa bawa orang , tahu !“ lanjutnya dengan suara keras. 


Tukang ojek itu tidak menjawab. Hanya diam menunduk sambil memperhatikan stang motornya yang bengkok. Semua itu saya perhatikan dengan seksama sampai pengendara itu masuk kembali kedalam kendaraan dan berlalu.


Saya tahu bahwa tukang ojek itu salah. Saya juga tahu bahwa pengendara mobil mewah itu benar. Tapi bagaimanapun tidak ada yang menginginkan kecelakaan terjadi. Tidak ada. Pada situasi ini, saya berharap pengendaraa mobil dapat bijak. Setidaknya dengan kata kata yang lembut tanpa harus mengeluarkan kata kata bernada keras. 


Tapi ya sudahlah semua telah terjadi. Tinggal kini , saya dan tukang ojek itu. Sebetulnya saya bisa segera naik taksi untuk melanjutkan perjalanan saya dan melupakan tukang ojek itu, namun melihat wajah tukang ojek itu membuat saya terenyuh. Apalagi dia terduduk di samping kendaraannya dengan tatapan kosong.


“ kamu tidak apa apa kan ? tanya saya lembut.


“ Engga apa apa Pak. Saya minta maaf karena sudah hampir membuat bapak celaka” katanya.


" Engga perlu minta maaf. Ini kecelakaan. Semua orang bisa saja mengalaminya. Yang penting kita selamat tidak kurang apapun. “


“ Ya sebetulnya saya sedang bingung waktu bawa motor tadi. “


“ Bingung kenapa?


" Anak saya yang tamat SD tahun lalu belum bisa masuk SMP karena tidak ada uang. Adiknya tahun ini akan tamat SD, entah gimana kelanjutannnya nasip keluarga saya. Sejak di PHK di pabrik, saya berusaha cari kerjaan tapi engga berhasi.Hanya ngojek inilah pencarian saya." Katanya. Nampak wajah putuh asa. " Dengan keadaan motor seperti ini, saya tidak tahu apakah pemilik motor masih mau sewain kesaya" sambungnya.


“ Oh, jadi motor ini punya orang lain ? “


“ Ya pak. Saya sewa harian dari pemiliknya. “


“ Berapa penghasilan kamu  sehari “


“ Paling banyak Rp. 30,000 yang bisa saya bawa pulang menghidupi istri dan dua anak. " Katanya. Terbayang oleh saya harga secangkir hot capucino di starbucks seharga Rp. 36000 yang hanya habis sekali minum namun tukang ojek ini mendapatkan uang sebanyak itu harus berlelah seharian dan kadang mengambil resiko tersambar atau menyambar kendaraan lain.


“ kamu tamatan apa sekolahnya “


" Hanya SMA pak. “


Saya terhenyak. Memang tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak untuk tamatan SMU pada era sekarang. Dihadapan saya ada seorang ayah, juga suami. Dia sama dengan saya . Yang mempunyai tanggung jawab karena lembaga keluarga tercipta dari dua kalimasahadat. 


Saya memang lagi sulit namun saya masih punya harapan. Sementara dia, lelah dan kalah juga dikalahkan oleh keadaan. Perjalanan hidupnya masih panjang dan beban  yang pasti membawa dia dalam kelam. Empati saya larut dan juga malu pada diri saya sendiri bila pada momen in saya tidak bisa berbuat sesuatu untuk dia.


“ Berapa biaya perbaiki stang motor ini? Tanya saya karena ingin segera pergi kawatir terlambat untuk rapat.


“ Maksud bapak ?


“ Saya akan kasih kamu uang untuk perbaiki motor ini “


“ Engga perlu pak. Lagian ini salah saya. “


“ Ok,lah. Saya kasih kamu uang saja. Perbaiki motornya ya.” Kata saya sambil menyerahkan uang  Rp. 1 juta rupiah. Karena kebetulan tadi sebelum berangkat saya mampir ke ATM untuk ambil uang tunai . Dia nampak berlinang air mata ketika menerima uang dari saya.


Didalam taksi saya termenung. Peristiwa baru saja terjadi telah menyadarkan saya. Tukang ojek itu adalah cermin dari sebagian besar penduduk republic ini. Mereka bergerak ditengah kemegawahan kota metropolitan. Di tengah kehebatan data statistic tentang pertumbuhan ekonomi nasional dan harapan akan masa depan gilang gemilang sebagai Negara dengan GNP diatas USD 500 miliar.


Setiap hari tukang ojek itu menyaksikan kesibukan kapitalis dari kelompok menengah yang semakin pongah. Dia diam menatap itu semua. Bagi dia , apa yang bisa diharapkan sebagai buruh ojek yang tidak punya motor sendiri.Apa yang bisa diharapkan oleh buruh tani yang tidak punya tanah sendiri. Apa yang bisa diharapkan oleh buruh nelayan yang tidak punya kapal motor sendiri. Tidak ada harapan. Kecuali mengisi hari hari untuk bertahan hidup.Semoga kelak lahir pemimpin peduli kepada mereka dan memberi harapan..


Padahal harapan adalah sesuatu yang baik. Bahkan sangat baik. Karena sebuah harapan membuat kita bergairah hidup dan tak kenal lelah untuk menggapainya. Walau karena itu kita harus menghadapi banyak rintangan dan ketidak pastian. Namun tidak bagi mereka. Harapan telah sirna seiring semakin pongahnya kelompok menengah, Saya tidak tahu bagaimana hidup tanpa harapan. Tak ada titik terang kecuali melewati hari hari seperti biasa sampai akhirnya berhenti dan selesai, ketika ajal menjemput.


***

Beberapa bulan kemudian ketika saya usai makan siang di Benhil setelah menyelesaikan keperluan di Bank, seseorang menegur saya dan berusaha meraih tangan saya untuk bersalaman.


“ Masih ingat saya pak ? tanyanya


Saya berusaha mengingat tapi tetap saya lupa. Namun saya berusaha tersenyum


“ Ingat tiga bulan lalu bapak naik ojek saya dan kecelakaan,dan bapak kasih saya uang” katanya berusaha mengingatkan saya.


“ Oh..ya. Saya ingat. Gimana kabarnya “ Segera saya ingat ketika dia berkata soal kecelakaan.


‘ Alhamdulillah. Dengan uang yang bapak kasih Rp 1 juta itu saya gunakan untuk membayar uang muka beli motor  dan selanjutnya saya akan mencicil. Biaya cicilannya masih lebih rendah dibanding saya bayar uang sewa . “ katanya dengan berwajah cerah. “ Berkat motor cicilan ini, saya bisa bisa memasukan kedua anak saya ke SMP. “ Sambungnnya.


“ Alhamdulillah” kata saya tersenyum


“ Dengan  kedua anak saya bisa sekolah, saya dan istri bisa berharap akan masa depan. TIdak ada masalah bila kini kami harus hidup serba kekurangan . Saya akan kerja keras agar anak anak saya bisa terus sekolah sampai perguruan tinggi. Mereka harapan saya pak…”


Dia merangkul saya “ terimakasih pak, sudah memberikan harapan untuk saya…” Katanya sambil berbisik.


Tanpa disadari uang Rp. 1 juta yang tiga bulan lalu saya berikan dengan ikhlas ternyata itu sebuah harapan bagi tukang ojek.Saya tahu tidak mudah bagi  dia melewati hidup yang keras. Tapi semangatnya sudah cukup meyakinkan saya bahwa dia akan baik baik saja. Karena dia ada semangat.  Hidupnya kembali bergairah. 


Lewat peristiwa kecelakaan dan tukang ojek itu, sebetulnya Allah sedang berdialogh dengan saya dan juga kita semua yang berada di middle class. Mungkin kegegemaran kita berkosumsi dan memanjakan diri, menelan ongkos kadang lebih dari Rp. 1 juta sehari. Tidak ada value kecuali sekedar memenuhi keinginan yang tak terpuaskan. Padahal andaikan kita mau menahan selera dan menebarkan kekuatan konsumsi untuk berbagi kepada siapapun yang membutuhkan pertolongan maka sebetulnya kita telah menebarkan harapan yang kebanyakan telah sirna bagi simiskin.


Jangan biarkan mereka jatuh kedalam kelam, jangan...Siapa lagi yang mereka harapkan kalau bukan kita yang berlebih. Karena itulah Allah menciptakan kita untuk menebarkan keadilan bagi mereka yang duafha. Kehidupan bukanlah apa yang kita pikirkan tapi apa yang kita perbuat walau hanya sebatang lilin yang bisa menerangi gelap mereka. Membangkitkan harapan orang lain adalah perbuatan cinta. Ya, walau hanya sebatang lilin , setidaknya kita telah menghapus kelam bagi mereka untuk sebuah harapan dalam ruang yang gelap..


Tahun 2012

Buku harianku..


Pemakan bangkai

 





Si Udin pedagang sempak di kaki lima. Ini jenis usaha informal bernama. Setiap hari secuil laba didapatkan. Setiap hari uang habis untuk dimakan. Tidak ada yang ditabung. “ Itu semua kendaraan mewah yang ada di jalanan. Pemiliknya sama saja dengan aku. Apakah mereka merasakan was was seperti aku. Kalaulah, kaya itu dekat ke dosa, mungkin berdosa juga tidak buruk daripada setiap hari kawatir tidak makan” kata Udin dalam hati. Dia tidak mengeluh. Hanya bertanya soal keadilan yang semakin jauh.


Udin mulai tertarik membeli baju impor bekas. Walau bekas tetap saja merek berkelas. Harga murah barang berkualitas. Beda produksi dalam negeri yang jahitannya mudah lepas. Omzet meningkat. Laba meningkat. Tabungan juga tambah berlipat. Hidup Udin berubah tempat. Jadilah dia pengusaha formal. Tak lagi di kaki lima hidup bersama mereka yang kumal. Ia bergaul dengan ormas terkenal. Yang menuntunnya mengakses modal. Bank memberinya kredit NRL skema. Uangpun diterima. Pabrik sempak berdiri impian menjelma. Kepada ormas dan pejabat dia berderma.


Distribusi barang merambah. Jumlah pekerja bertambah. Laba meningkat bertambah. Berlalunya waktu hidup berubah. Kepada OJK dia melirik sumber modal. Izin IPO diajukan untuk melantai di pasar modal. Saham 1 rupiah dijual dengan harga Rp. 300 rupiah. Uang mengalir dan Visi bisnis pun berubah. Persepsi pasar menjadi prioritas. Citra dibangun agar rating teratas. Value saham digoreng agar naik tak terbatas. Value diri pun naik kelas


Jadi perusahaan terbuka. Sehingga peluang leverage terbuka.  Udin tidak perlu kerja keras untuk bayar utang bank. Exit lewat penerbitan obligasi non bank. Belum cukup terpuaskan. Diapun melakukan kontrak REPO untuk menarik uang dari para spekulan. Uang mengalir lagi. Dari aliran uang masuk itu, dia punya akses ke politik dan pejabat tinggi.


Dengan uang ditangan dia mudah dapatkan izin konsesi tambang. Konsultan menentukan nilai tambang. Kontraktor kerja mengeruk tambang. Pasar ekspor dirambah, diapun semakin berkembang. Aliran uang dari berbagai sumber itu, dia dirikan bank. Modal hanya 8%, 92% uang publik mengalir ke bank. Udin ongkang ongkang kaki,  orang setor uang ke bank. Pembinaan ada pada central bank.


Udin semakin kaya dan semakin sadar bahwa “ kekayaan itu ada pada kekuasaan. Kekuasaan itu ada pada birokrasi.” Tapi itu tidak gratis. Tidak hanya perlu effort besar tapi juga perlu mental culas. Dari pedagang, pengusaha tokoh agama, politisi, pejabat, sama saja. Hanya beda caranya saja. Ada ada yang vulgar dan ada yang nampak bersehaja. Sistem memberikan kesempatan bagi siapapun jadi pemangsa. Yang korban tetaplah rakyat jelantah hidup nelangsa.

Thursday, July 14, 2022

Keadilan sosial?

 




Pada Pancasila tidak ada sila yang menjanjikan kemakmuran. Yang ada hanyalah keadilan sosial. Mari kita pahami bahasa. Kata Adil pada Pancasila ada dua. Satu, kemanusiaan yang adil dan beradab. Kedua, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perhatikan. Kemanusiaan yang adil dan beradab itu, konteksnya adalah akhak yang melekat pada manusia. Ini menyangkut hak asasi yang dimiliki oleh rakyat, bukan hak pemberian dari negara. Jadi tugas negara yang harus melindungi hak itu.


Nah gimana dengan “ keadilan sosial bagi seluruh rakyat”, itu adalah kewajiban yang harus diberikan oleh negara. Philosopi negara memang tidak menjanjikan hasil tapi mengajak rakyat berproses. Mengapa? Keadilan sosial itu bukan adil sama rata dan sama rasa. Tetapi keadilan proporsional. Jabatan OB kan engga mungkin sama gajinya dengan Manager. Driver Ojol kan engga mungkin sama dengan driver pesawat terbang. Jadi keadilan sosial itu keadilan sesuai dengan effort orang perorang. Sampai dini paham ya.


Untuk mencapai keadilan sosial, sebenarnya pemerintah tidak sulit. Karena toh engga ada janji politik rakyat pasti makmur seperti jargon khilafah atau syariah islam yang menjanjikan too good to be true. Dalam Pancasila ada sila ke tiga tentang “ persatuan indonesi.” Ini bukan saja bermakna negara kesatuan tetapi yang esensinya adalah semangat gotong royong. Artinya Negara tinggal membuat kebijakan yang memungkinkan terjadinya proses gotong royong itu.


Gimana contoh kongkritnya?


Misal Soal Bisnis Sawit. Kebiajakan PIR itu sudah bagus. Dimana Plasme dan inti bergotong royong dalam kegiatan produksi. Tetapi seharusnya tidak hanya dalam hal produksi, distribusi dan tata niga juga harus ada kebijakan gotong royong itu. Andaikan rakyat tidak mampu ya negara yang menyediakannya lewat stokis dan logistik. Dengan begitu negara tetap punya akses menjamin terjadi proses gotong royong. Maka keadilan bukan hanya bagi produsen tetapi juga rakyat sebagai konsumen.


Tapi kan besar sekali ongkosnya untuk menyangga produksi sawit. Itu butuh tangki yang besar dan kawasan khusus untuk logistik? Lah kalau tidak mampu mengatur tata niaga, ngapain pemerintah beri izin HGU  kepada pengusaha kebun yang luasnya terbesar di dunia? Apakah kebijakan hanya untuk segelintir orang yang jadi orang super kaya di negeri ini?  Itu jelas bertentangan dengan Pancasila sila kedua dan lima.


Kalau ada niat untuk melaksanakan Pancasila, tentu tidak perlu kawatir. Toh semua demi keadilan sosial. Agar semua orang punya akses dan kesempatan sama dan hasilnya tergantung effort masing masing orang. Sayang sekali, mindset Pancasila yang sederhana itu tidak dipahami oleh para elite tapi anehnya mereka berikrar bahwa Pancasila harga mati. Entahlah


Tanggung jawab anak laki laki


 

Kemarin di cafe saya milih duduk di luar yang bebas merokok. Sebelah saya ada pasangan sedang ngobrol. “ Pacar kamu jadi orang tuanya datang hari minggu ini? Kata pria. Saya tahu wanita itu bekerja di cafe ini dan pria itu bukan tamu cafe. Dia sengaja luangkan waktu bertemu pria itu di tengah kesibukannya.


“ Ya mas.”


“ Bisa engga tunda aja pacar kamu datang melamar. Aku belum ada uang untuk pernikahan. Kemarin utangku belum aku bayar di kantor untuk Anto masuk sekolah. Mau pinjam lagi engga enak”


“ Mas, pacarku mau beri aku uang untuk acara itu. Sekalian itu silahturahmi hari ldul Adha”


“ Jangan terima Dik. Nanti mas pulang dari Medan, mas dapat uang bonus dari kantor. Kita bisa sambut mereka. Mas janji akan selesaikan sampai kamu menikah. Yang sabar ya dik”


Wanita itu menatap kosong ke luar.“ mas aku kangen Papa. Sejak papa tidak ada, mas harus mengorbankan kuliah dan kerja keras untuk aku dan dua adik. Bahkan mas, putus dengan pacarnya. Engga jadi nikah. “ Kata wanita itu dengan air mata berlinang. Dia berdiri. “ Nanti aku kembali lagi mas. Ada tamu. ” Kata wanita itu.


Saya tatap pria itu. Usianya mungkin belum 25 tahun. Mungkin dia anak tertua. Dari logo yang ada pada seragamnya saya tahu itu perusahaan pelayaran. Saya tegur dia dengan menyebut boss nya. 


“ Ya benar pak. Kok bapak kenal. Saya di priok, engga di kantor pusat.” Katanya. 


Saya tanya namannya. Dia perlihatkan tag kartu pegawainya. Setelah tahu nama saya. Dia terkejut. Segera salami saya dan cium punggung  lengan saya. Saya tepuk bahunya.


“ Di, cari nama karyawan kamu namanya ini..“ kata saya kepada direksi saya via telp menyebut nama anak muda itu. “ Bina dia yang baik ya” Kata saya seraya melirik ke anak muda itu yang duduk depan saya. Saya yakin ini anak baik. Karakter yang hebat. Saya keluarkan uang dari tas selempang. Saya beri dia USD 200. “ Ini ambil uang untuk kamu. Salam untuk boss kamu ya” Kata saya.


" Bapak...saya hanya tahu nama bapak karena sering disebut sama manager saya.   Baru kali ini ketemu. Katanya bapak pemarah dan suka pecat orang seenaknya kalau kerja engga becus... tapi nyatanya berbeda dengan yang diceritakan" Katanya.


Kemudian saya panggil waitress minta bill. Saya pergi dan tersenyum kearahnya. Dia mengangguk dan masih menyiratkan ketidak percayaan apa saja yang saya lakukan kepadanya.


Saya terharu anak muda itu sadar akan tanggung jawabnya kepada adik perempuannya. Berat sekali jadi anak laki laki tertua. Apalagi setelah Ayah tidak ada. Menjaga adik perempuan adalah tanggung jawab kakak laki laki seumur hidup.

Chaos Srilanka



Apakah nasip Srilanka bisa juga terjadi pada Indonesia? tanya teman. Menurut saya. Bisa saja muncul people power.  Bukan hanya Indonesia, negara manapun pasti akan mengalami hal yang sama dengan Srilanka kalau mereka dianggap sebagai negara gagal. Rakyat itu sederhana saja. Kalau barang tersedia di pasar. harga berapapun mereka akan beli. Walau marah, engga akan mungkin terjadi Chaos. Tetapi kalau barang kebetuhan pokok seperti BBM, migor dan obat obatan tidak tersedia di pasar ya mereka marah, Chaos pasti terjadi. Orang lapar kan engga rasional.


Sebenarnya masalah Srilanka itu sejak awal januari 2022, sudah ada titik temu antara negara kreditur dan investor untuk memberikan solusi atas krisis keuangan akibat Pandemi. China sudah setuju menjadwalkan hutang dan atau mengubah skema jadi B2B. Jadi beban kewajiban cicilan hutang tidak ada lagi, India sudah pula menawarkan SWAP settlement untuk keperluan Impor pangan dan BBM. IMF juga bersedia memberikan dukungan kepada Bank central Srilanka untuk mengatasi kurs yang terus melemah. Engga ada masalah.


Lantas apa yang jadi masalah? Negara dontor dan IMF kan memberikan tidak gratis. Mereka tahu Srilanka itu bermasalah karena pemimpinnya brengsek. Mereka tentukan syarat ketat dan menetapkan tim peninjau dalam rangka proses pemulihan ekonomi. Nah salah satu sarat itu adalah menghapus semua praktek KKN. Lah, 2/3 bisnis di Srilanka ini dikuasai oleh keluarga dan Kroni Presiden Gotabaya Rajapaksa.  Ya jelas saja tidak dilaksanakan oleh Presiden. 


Malah ditengah krisis itu dimanfaatkan oleh Kroni dan Keluarga presiden mengkorup ekonomi Srilanka. Mereka ramai ramai pindahkan uangnya ke luar negeri. Ya devisi habis. Dan menimbun Obat obatan dan pangan.  Ya harga semakin melambung. Sehingga keadaan semakin rumit dan akhirnya terjadi default utang. Dampaknya sistemik.


Seharusnya kalau presiden, tidak mau mengikuti sarat negara donor, ya militer bersikap tegas kepada Presiden. Tetapi Militer  ada dibawah cengkraman Presiden. Maklum Gotabaya Rajapaksa mantan jenderal yang sukses menghabisis pemberontak macan Tamil. Walau militer hebat, namun pada akhirnya tidak ada yang berani menghadapi people power. Mengapa ? Karena apabila Militer berlaku keras terhadap rakyat, maka  pintu bantuan luar negeri tertutup sudah. Tidak ada peluang untuk dapatkan dana. Apa gunanya berkuasa kalau bokek. 

Apa yang terjadi pada Srilanka tidak akan terjadi di Indonesia, Kita punya pengalaman tahun 1965 dan tahun 1998. Pada akhirnya militer turun tangan kalau pemerintah dianggap gagal mengelola ekonomi. Dan militer masuk selalu lewat konstitusi tanpa kudeta. Karena dokriin TNI kita adalah tentara rakyat. TNI menjalankan politik negara. Mereka bisa masuk kapan saja kalau situasi  politik dianggap genting.


Tahu diri aja.

 




Waktu saya masih muda dibawah usia 40 tahun. Walau saya bergaul dengan kalangan bisnis dan bertemu dengan banyak wanita dari berbagai kalangan, tidak pernah saya dapatkan perhatian khusus dari mereka. Hubungan hanya sebagai sahabat. Itu bisa saya rasakan. Mereka tidak pernah merindukan saya. Dan kalaupun ada telp, dan ingin bertemu itu karena mereka butuh bantuan saya. Dan itu juga hanya sebatas bisnis. 


Saya juga tahu diri. Engga berharap apapun dan tak ingin pula menggoda terlalu jauh. Kalau mereka agresip, saya juga tahu diri. Karena saya tahu itu tidak tulus. Mengapa saya katakan tidak tulus? karena selalu ada alasan mereka ingin dekat dengan saya. Dan mereka smart soal itu.


“ Wenny dan Yuni, Esther tidak ada satupun yang mencintai anda dengan tulus. Kedekatan dengan anda hanya karena mereka butuh secure. Itupun wajar. Tapi hebatnya anda tahu diri. Engga terbawa emosi sehingga tidak juga harus merindukan mereka. Kalau mereka dekat dengan  pria lain, anda juga tidak kecewa. Biasa saja. Hubungan kalian jadi begitu indah sebagai sahabat “ Kata Lena sekretaris saya yang berkata kepada saya suatu waktu. 


“ mengapa ? tanyanya


“ Sebelum menikah saya berusaha mendekati wanita. Dua wanita sangat dekat dengan saya. Tetapi mereka menolak menikah dengan saya. Itu artinya saya memang tidak memenuhi sarat oleh wanita yang saya sukai. Kalau akhirnya saya menikah dan itu karena pilihan orang tua dan saya nyaman” Kata saya.


“ Kenapa nyaman?


“ Karena saya nothing to lose. Engga perlu janji apapun. Kapanpun saya siap ditinggal istri. Dan tidak perlu baper. Engga perlu jaim. Saya tidak menjanjikan apapun kepada istri dan dia siap berproses bersama saya.”


“ Dan justru karena itu anda bisa bertahan sampai diatas 30 tahun usia perkawinan. Mengapa ?


“ Ya itu bukan karena saya hebat. Tetapi istri saya yang hebat. Dia berjuang untuk mempertahankan cintanya dan berkorban untuk itu. Empat kali saya bangkrut, dia tidak pernah minta cerai. Bahkan dia semakin setia.”  ‘


Lena tersenyum. “ Benar mencintai itu agung dan bersukur karena dicintai itu lebih agung. Makanya anda tahu diri sekali. Tidak mudah baper dihadapan wanita lain. Karena sehebat apapun mereka tidak akan bisa mengalahkan cinta hebat istri anda. “ Kata saya Lena.

Akhlak atau spiritual

  Apa pendapat bapak soal kenaikan pajak PPN 12 % “ tanya Lina. Peningkatan tarif PPN tujuannya tentu untuk meningkatkan penerimaan negara d...