Monday, April 04, 2022

Memilih mencintai

 




“ Pah, kata Ustad, era jokowi ini sering sekali orang menistakan agama, tapi jarang sekali yang masuk penjara. Padahal sudah ada UU ” tanya Oma. Menurut saya, itu karena orang islam tidak lagi beragama dengan iman tetapi dengan dengan politik.“ Maksud papa” Kata oma mengerutkan kening.


Andaikan ada perintah Al Quran agar membenci dan menghukum  orang yang menistakan agama, saya rasa Nabi yang paling banyak membunuh. Karena awal beliau memperkenalkan Islam, masyarakat Arab lebih banyak membencinya. Tetapi disaat Nabi kuat dan diatas angin. Beliau memilih memaafkan semua. Setelah islam berjaya di era Nabi, para oposisi dari kaum Yahudi tidak ada yang dihukum mati. Menurut saya, justru cinta Rasul kepada manusia melewati sekat agama. Rasul memilih bersikap memaafkan daripada membenci mereka. Karena itu islam diterima luas oleh semua etnis dan bangsa.


Makanya kalau ada orang berpendapat tentang agama saya. Tidak akan saya tegur, walau terkesan konyol. Tidak akan saya anggap penista agama. Mengapa? orang berpendapat dan bersikap, ya sebatas pengetahauan dan emosi dia. Atau istilah mesranya sebatas intelektual dia. Kalau intelektual dia tentang agama terbatas, ya berusahalah luruskan. Kalau tidak bisa, ya doakan saja. Karena yang berhak membuka hati orang, bukan manusia tetapi Tuhan. Setiap orang berbeda beda dalam berproses menemukan kebenaran iman.


Mama tahu apa itu iman sesugguhnya ? tanya saya kepada istri.

“ Apa itu ?

“ Mencintai orang yang membenci kita. Memaafkan orang yang tak ingin memaafkan kita. Bersilahturahi kepada orang yang enggan mendekat kepada kita. Memberi kepada orang yang pelit.

“ Mengapa Engga dibalas. Emang salah kalau kita balas juga?

“ kita bisa saja membalas mereka tetapi Tuhan member pilihan kepada kita. Apa itu? bersabar lebih baik. Orang sabar bersama Tuhan.


Tapi mereka di luar sana terkesan jauh sekali dari hakikat agama? Ya itu tadi dari awal papa bilang. Mereka beragama bukan karena cinta tapi karena politik. Perbedaan itu sangaja dibesar besarkan, agar identitas mereka semakin berjarak dengan agama lain. Berharap dengan itu politik jadi mudah mendapatkan suara ketika Pemilu. Itu karena kebodohan. Nah, agar kita engga terjebak dengan kebencian yang sama karena politik. Kita yang waras harus bersikap menghindari berdebat dengan orang bodo


Memilih bersabar.


 


Bebarapa waktu lalu saya bertemu dengan teman lama di Plaza Indonesia. Dia kelitan tua dan lemah. “ Apa kabar jel.”

“ Kabar baik, koh Kim..”

“ Sering ketemu dengan Bahtiar?

“ Engga pernah lagi.”

“ Kamu engga tahu tahun 2008 dia masuk penjara karena Narkoba.

“ Oh ya?. Engga tahu. “ Kata saya dengan nada priihatin.

“Saya udah bangkrut sejak tahun 2003. Habis semua. Bertahun tahun coba bangkit tetapi gagal. Setelah itu Achia tawarin kerja sama dia. Ya kerjaan remeh aja. Tahun kemarin gua antar jemput cucunya. Jadi supir keluarganya. Anak tunggal saya kerja  TKW di Hong Kong. Bini saya udah lama meninggal.”

“ Yang penting sehat.”

“ Saya  ada darah tinggi. Gula juga ada.” Katanya. Usianya sama dengan saya. “ sabar aja ya. “ Kata saya. 


***

Tahun 90 saya ingat. Kim beri informasi bahwa ada orang mau jual tanah. Dia minta tolong saya carikan pembeli. Kebetulan Bahtiar, ada rencana mau bangun ruko. Dia engga punya uang untuk beli tanah itu. Dia tawarkan kerjasama dengan pemilik tanah. Tetapi pemilik tanah tidak mau. Saya buat proposal yang bagus sesuai rencana Bahtiar bangun Ruko. Saya kerjakan buat proposal hampir 7 hari. Setelah itu saya bersama Bahtiar menghadap bank. Setelah sebulan proses pengajuan kredit itu, bank setuju.


Masalahnya Bahtiar tidak bisa serahkan tanah itu sebagai collateral. Koh Kim datang memberikan solusi. “ Gua bayarin aja tanah itu. Tapi gua minta bagian dari selisih beli harga tanah dan jual setelah jadi ruko. Bahtiar setuju. Saya buatkan perjanjian antara Kim, Bahtiar. dan saya. Pembagian selisih harga tanah itu, saya dapat 30%. Kim dapat 40% dan Bahtiar 30%. Kredit akhirnya keluar.


Setahun kemudian, Kim dan Bahtiar panggil saya. Mereka ribut soal bagi bagi. Masalahnya Bahtiar merasa kerja paling banyak sampai proyek itu suskes dan untung.Dia enengga mau berbagi seperti akad. Kim merasa Bahtiar dapat untung gede dari penjualan bangunan. Saya tidak mau mereka bertengkar. 


Saya usulkan. “ Gini saja. Saya engga perlu dapat bagian. Bagian saya ambil aja untuk Kim. “


“ Benar” Kata Kim. Mereka berdua melihat kearah saya. Saya tersenyum dan mengangguk. Mereka setuju. Kasus selesai. “


***

“ Jel, tanya Kim. “ Kenapa dulu kamu begitu mudah mengalah? Padahal kalau engga ada kamu, mana pernah dapatkan kredit bank. Mana mungkin proyek bisa sukses”


“ Kalian berdua sangat kuat. Sementara saa itu saya sedang bangkrut. Saya memilih bersabar daripada melawan. Bukan karena saya takut dan lemah. Tetapi satu satunya harta saya yang tersisa adalah kesabaran. Saya memilih bersabar. Biarlah waktu nanti akan menilai apakah pilihan saya benar atau salah” Kata saya tersenyum.


“ Dan kini terbukti kamu benar dengan pilihan kamu dulu. Bakhtiar terhina di penjara. Saya bangkrut akibat krismon dan tidak lagi bangkit. Andaikan saya punya sifat sabar, mungkin saya bisa melewati kesulitan demi kesulitan tanpa harus terhina. Bakhtiar juga.” Kata Kim. Saya memeluknya. “ Kamu akan baik baik saja. Kamu sudah menemukan hikmah.” Saya genggamkan uang ke tangannya. Dia terharu.


Pesan moral. Disaat lemah, bersabarlah.Disaat kuat adilah. Mengapa?  itu bukan antara anda dan orang lain. Tetapi antara anda dengan Tuhan.


Friday, March 18, 2022

Menumpang tawa di tempat ramai


 


Tadi saya sedang di kantor Unit bisnis oil and gas di kawasan TB Simatupang. Saat di ruang rapat saya dapat SMS dari teman. “ Papa di rumah sakit kena stroke tadi pagi. Mohon doanya om” Yang WA anaknya. diperlihatkan photo teman saya. Saya terkejut. Pada hal hari ini saya ada janji dengan dia ketemu di kantor saya. Membahas soal rencana bisnis.


Saya perlihatkan kepada Frolerence. Dia terkejut. “ Hidup adalah ketidak sempurnaan. Yang sempurna adalah kematian itu sendiri.” Kata saya.


“ Ya. “ Kata Florence. “ Orang kaya, kadang ingin seperti orang miskin yang bisa hidup nyaman tanpa tekanan berkompetisi. Orang miskin kadang ingin seperti pengemis, yang bisa bebas tanpa pusing kerja keras bayar bill. Pengemis kadang ingin hidup dipenjara yang tapa meminta dapat makan tidur gratis. Hanya kematian yang menghentikan keinginan. Karenanya semua mereka tidak ingin sakit.” lanjut Florence.


“ Tapi orang kaya kadang melihat orang miskin bersukur karena hidupnya tidak kekurangan. Orang miskin bersukur karena hidupnya tidak perlu mengemis. Pengemis bersukur karena dia tetap sehat dan tidak jatuh sakit. Si sakit bersukur karena dia tidak masuk kamar jenazah. Ternyata hanya kematian yang tidak ada istilah sukur. Apapun situasi dan kondisi, kehidupan adalah berkah Karenanya kita semua dipaksa bersukur atas hidup kita. “ Kata saya.


“ Hidup ini jalan kesendirian. Walau kita euforia berada ditempat ramai, itu hanya menumpang tawa saja. Walau kita tinggal di istana, itu hanya menumpang tinggal. Dunia ini hanya persinggahan saja. Bukan rumah kita. “ Kata FLorence.


Kami terdiam. Kadang mendengar teman yang masuk rumah sakit. Saya membayangkan semua harta dan kenikmatan dunia lenyap sudah. Yang ada doa dan harapan tetap hidup. Kadang mendengar teman yang meninggal. Saya merasa hidup adalah seni bencanda yang tidak lucu. Segala yang diperjuangkan, kadang merugikan dan menganiaya orang lain, diri sendiri, ternyata pada satu moment berhenti. Game is over. Tanpa permisi.


Keluar dari kantor, Florence menemani saya menanti taksi. “ sampai kapan kamu akan hidup seperti ini. Terlalu menyiksa diri. Kamu bisa, pakai mobil dan supir kantor, Kamu punya segalanya. “ Tanyanya. Saya tersenyum ketika taksi datang. Segalanya itu pasti akan saya tinggalkan. Dan selagi saya hidup,  saya tidak ingin terlalu mencintai apapun, kecuali Tuhan. Saya bahagia dengan hidup tahu diri, siapa saya. Hanya menupang tawa di tempat rama


Standar hidup orang berbeda.

 




“ Belilah karena kebutuhan. Jangan berlebihan perturutkan keinginan. Apalagi itu hanya sekedar untuk dapatkan pengakuan. itu hanya akan membuat anda hidup dalam kepalsuan.” Demikian standar moral bagi siapa saja. Sama juga dengan ungkapan.” Lakukan sex karena cinta. Jangan lakukan tanpa cinta. Apalagi merasa punya uang dan harta. Merasa mudah dapatkan cinta dimana saja”


Saya mampir ke Cafe di UC Pondok Indah. “ Udah lue pelajari proposal  gua. Berapa berani bayarnya? Tanya Shanti. Dia mendirikan perusahaan itu bersama sepupunya 10 tahun lalu. Dan kini dia ingin berhenti. Mau menikmati hidup santai. Berharap utang ke Yuni bisa lunas dan masih ada sisa untuk memanjakan diri.


“ Saya katakan. Dari jumlah utang kamu, tidak ada lagi tersisa yang harus saya bayar. Kamu keluar besok. Lawyer saya akan datang. “ Kata saya tersenyum.


“ Loh kata investment manager saya, value perusahaan saya diatas perkiraan kamu. Gimana sih” katanya terkejut.


“ IM kamu itu hanya jual jasa ilusi. Dan dia dapat fee dari penilaian itu. Apakah itu membuat saya surut ? tidak. Bayar utang atau kamu keluar. Sudah cukup waktu saya beri kelonggaran. “ Kata saya datar. Dia terdiam. Suaminya mantan pengusaha besar. Di usia diartas 40 tahun. Dia lelah dan putus asa. Partner nya yang dianggapnya setia dan mencintai dia, ternyata menjerumuskan dia.


“ Dulu saya miskin. Tentu saya bermimpi ingin jadi orang kaya dan memuaskan keinginan. Tentu ingin pula orang memuji atas pencapaian saya. Itu impian. Memang saya kaya karena dapat suami kaya. Tetapi berlalunya waktu, teman pergi seiring berkurangnya harta. Dan kini saya kehilangan segala galanya. Tapi bagaimana mungkin Yuni dan Florence bisa sukses padahal tidak ada suami?


“ Standar hidup kamu dengan mereka berbeda. Mereka berkembang karena proses kerja keras dalam rentang waktu yang lama untuk meraih sukses. Sehingga membuat mereka berpikir 1000 kali untuk  memuaskan keinginan. Mereka tidak lagi tertarik memanjakan diri dan berharap dapat pujian. Karena kenikmatan berproses itu lebih dari segala galanya daripada sukses itu sendiri. “


“ Tapi kendaraan mereka mewah dan penampilan mereka juga?


“ Itu karena kebutuhan sebagai eksektutif, bukan keinginan mereka. Secara personal mereka menghindari publikasi kemewahan itu. Rasa hormat mereka dapat dari saya karena mereka bisa delivery commitment nya, bukan karena kecantikan atau drama cinta atau sex. Dan saya jaga itu. “


“ Apa rencana kamu terhadap saya? tanyanya.


“ Sebaiknya kamu mulai dari nol. Tidak ada istilah terlambat. Serahkan perusahaan kepada Yuni dan kamu kerja sama dia. Belajarlah berproses.” kata saya. Saya habisi kopi dan permisi pulang. Karena sudah dua kali Oma telp saya


Thursday, March 17, 2022

Peluang..

 




Pada tahun 1980, Dengxioping naik ke puncak kekuasaan sebagai orang nomor 1 di China. Yang pertama kali dia sampaikan kepada elite Partai komunis adalah, “ Siapa kita? nothing. Kita tidak punya cukup devisa untuk mendatangkan tekhnologi. Tidak punya SDM hebat karena banyak orang pintar meninggal saat revolusi kebudayaan. Mental rakyat sedang berada pada titip terendah. Infrastruktur ekonomi minim.


Tapi kita punya sumber daya raksasa. apa itu? para saudara kita yang ada diperantauan. Mereka yang menikmati alam kebebasan selama kita tidur dan terkekang dalam sistem tertutup. Mereka ada diseluruh dunia. Kita paling tahu siapa mereka, Karena kita adalah mereka juga. Mereka menguasai pasar, dan kita sediakan barang untuk mereka. Mereka second class di negara lain, kita jadikan mereka first class di Tiongkok. Singkatnya sediakan karpet merah untuk mereka datang.


Tahun 2003 saya masuk China. Saya kaget. Banyak teman teman yang dulu sales di Jakarta. Mereka sudah punya bisnis di China. Kalau sore hari di cafe, pasti ada banyak ketemu orang Indonesia. “ Asalkan kita punya market dan kontrak eksport. Apapun bisa kita dapatkan di China. Barang murah. Kredit eksport juga mudah. Izin juga mudah. Engga pake uang.”.


“ Mengapa ? Tanya saya.


“ Karena mereka bego marketing. Tapi jago produksi. Maklum mereka orang terbelakang wawasannya. Dari 1 juta orang China yang punya passport hanya 1 orang. Jadi benar benar kodok dalam tempurung.” Kata teman. “ mending lue pindah ke CHina aja. Lue kan jago marketing. Ngapain di Indo. Semua barang dikuasai oleh itu itu aja orangnya. Kredit juga yang kuasai itu itu aja orangnya. Yang kaya itu itu aja.” Lanjutnya.Itu yang jadi dasar pemikiran saya untuk akhirnya tahun 2004 pindah ke CHina.


***


Tahun 2004 saya dapat order ekspor Jilbab ke mesir. Sesuai sample yang saya terima. Kalkulasi harga pokok 2 yuan. Saya jual dengan harga 4 yuan FOB. Kontrak penjualan 800.000 yuan. ( saat itu kurs 1 yuan = Rp. 1000). Saya perlu modal 400.000 yuan. Sementara uang saya tinggal 20.000 yuan. Saya telp istri di jakarta. Minta dikirimin uang. Tetapi istri jawab. “ Papa kan janji kalau uang habis, pulang. Udah lah engga usah teruskan bisnis. Uang tabungan kita lebih dari cukup untuk bertahan hidup. “


Saat pergi saya bawa uang USD 60,000. Uang habis untuk tinggal selama 3 bulan. Sewa kantor merangkap apartement dan biaya pendirian perusahaan. Memang saat itu istri punya tabungan lumayan besar dari hasil komisi saya urus soft loan di luar negeri. Jumlahnya diatas USD 1 juta. Tapi saya sudah bertekad tidak akan pulang sebelum sukses.


Dalam kebingunan itu, saya telp Wenny di Shanghai. Saya ceritakan saya tidak ada uang lagi. Saya harus jujur. Karena rekanan pabrik saya kenal dari dia, termasuk suplier benang dan gamen. “ Berapa perlu modal B? Tanyanya.


“ 300.000 yuan. “


“ Kamu pakai uang tabungan saya. “ Katanya. Setelah itu dia transfer uang ke rekening saya. Uang itu saya pakai untuk modal, Saya tongkrongi pabrik sampai produksi selesai dan loading. Itu berlangsung 7 hari kerja. Hari ke 10 saya sudah terima uang 800,000 yuan. Dari order pertama itu saya dapat lagi order lebih besar. Saya kerjakan sungguh sungguh.


Wenny bantu saya kenalkan dengan suplier dan pabrikan yang lebih bonafide. Maklum dia kerja di Invstment banker. Punya network pebisnis luas. Lambat laun saya dapat kepercayaan dari Suplier tenun. Bayar bisa kredit. Dari pabrik juga dapat kredit bayar upah. Uang Wenny saya kembalikan. Saya juga dapat fasilitas kredit ekspor.


Dengan begitu saya bisa tingkatkan ekspor. Dari sukses ekspor jilbab dan baju gamis, saya punya modal untuk dapatkan order Denim di Eropa dan AS. Sebulan saya bisa ekspor 40 kontainter denim. Ekspor frame kacamata, mouse computer dll Uang terus mengalir ke rekening saya. Saya benar benar kecanduan kerja, Engga kenal waktu. Andaikan bisa ngutang waktu, saya mau berhutang. Karena 24 jam engga cukup bagi saya. Setahun saya dapat uang USD 6 juta. Sementara karyawan saya hanya 2 orang.


Selama saya mengembangkan bisnis, selalu Wenny jadi tongkat saya. Dia bantu apa saja. Sehingga awal tahun 2006 saya sudah punya uang cash diatas USD 20 juta. Dengan uang sebesar itu saya dirikan investment holding.


***

Waktu saya mau buka investment holding tahun 2006. Saya minta pendapat dengan sahabat saya Esther. Dia tidak setuju. “ lebih baik kamu pulang. Uang yang terkumpul selama bisnis di China sebesar USD 30 juta jadikan sebagai tabungan untuk secure live. “ Kata Esther. Dia sahabat saya sejak usia 30 tahun.


Saya minta pendapat istri. Istri engga mengerti. Dia ikhlas kalau saya mau terus bisnis di China. Tapi dia minta saya berjanji usia 50 tahun pensiun. Berhasil atau gagal, stop.


Saya minta pendapat Wenny, “ B, saya lihat passion kamu sangat besar dalam bisnis. Itu menyehatkan. Silahkan terus bisnis. Tetapi hati hati. “


Sejak tahun 2006 sampai tahun 2010 saya keliling dunia mencari peluang. Investment holding saya berfocus kepada supply chain dengan mendekati pasar dan bahan baku, teknologi. Kekuatan saya tetap pada kemampuan salesman. Kalau saya dapat peluang bisnis, saya pelajari secara detail. Setelah itu saya usahakan dapatkan longterm kontrak. Apabila dapat longterm kontrak, maka saya akuisisi perusahaan lemah bersaing. Dari mana uang? lewat skema LBO. Uang saya dapatkan baik lewat konvesnional maupun unconventional.


Dalam 5 tahun saya bisa dirikan 48 perusahaan yang bernaung dalam holding di hong Kong. Tahun 2004 karyawan saya dua orang. Tahun 2011 saya punya karyawan diatas 10.000 di Beijing, Shanghai, hanzhou, Kunming, Changsa, Guangzhoe, Guangxie, Shenzhen,  Seoul, Laos, Thailand, Moscow, Ukrania, London, Swiss, Toronto, Dubai, New York , Tanzania, Malaysia. Tahun 2013 saya restruktur management secara modern lewat IT system. Saya rekrut orang bertalenta hebat sebagai eksekutif.


Tahun 2006 Wenny  bercerai dengan suaminya. Karena terlilit hutang rentenir untuk biaya berobat ibunya sakit. Diapun berhenti bekerja. Saya bailout utangnya dan bawa dia hijrah dari shanghai ke Hong Kong. Saya beri modal USD 200,000 untuk dia memulai bisnis shadow banking khusus trade financing mining. Wenny sahabat saya dan juga tongkat saya. Tanpa dia saya tidak akan bisa berdiri tegak. Namun dapatkan sahabat tidak mudah. Anda harus bisa merebut hatinya.Siap berkorban untuknya. Kalau sanpai sekarang saya tetap bersama Wenny dan dia jadi mitra saya, itu bukan hal mudah. Kami menjaganya dengan susah payah dan selalu bersama atas dasar saling hormat atas privasi masing masing. Bisnis wenny sukses besar.  


Tahun 2013. Tepat usia 50 tahun saya pensiun. Tahun 2018 saya kembali ke holding. Karena terlilit hutang. Agar selamat dari hostile take over, terpaksa lepas saham sebagian dan saham saya tinggal minoritas,  namun posisi tetap sebagai pemengan saham istimewa ( multiple voting shares). Pemegang saham non istimewa dipegang oleh BUMN China. Sejak itu Perusahaan sudah dikelola oleh profesional dengan standar kompetensi ketat.


Selama 5 tahun saya bisa dihitung dengan jari betemu Wenny. Kami berdua sibuk. Kadang saya ada di hong kong, wenny sedang di luar negeri. Selalu tidak tepat waktu. Sementara Bisnis yang dikembangkan Wenny sudah jadi holding yang mengelola 12 unit bisnis. Saya tetap jaga Wenny. Dua sahabat saya di Hong Kong, Richard dan Steven saya ajak bergabung sebagai pemegan sahamg di Holding Wenny, dan mereka pengawal Wenny selama saya di jakarta


***


Kekuatan saya hanya sebagai salesman. itu 20 tahun pengalaman bisnis jatuh bangun. Bukan hanya sekedar jual barang. Tetapi juga saya kuasai detal product knowledge. Bahkan saya kuasai proses produksi setiap barang. Tapi kendala saya adalah sulit dapatkan akses ke bisnis network di China. Teman teman di China orang indonesia ogah bantu saya. Mereka juga sibuk. Kelemahan saya tidak bisa bahasa mandarin dan saya bukan etnis china. 


Untunglah saat hampir kehilangan hararapan saya dapatkan sahabat di China, untuk jadi tongkat saya. Setelah punya tongkat melangkah maju. Network pasar yang ada di Eropa dan AS, Korea, saya manfaatkan dengan baik. Akses pasar di Timur Tengah dan lain lain saya buka dengan bekal bekal skill marketing yang saya punya. Benarlah. Tidak sulit. Berapapun Order, pusat produksi china bisa kerjakan dengan cepat. China memang cepat dalam segala hal. Termasuk menyediakan sumber daya keuangan untuk melancarkan bisnis process.


Belakangan saya baru sadar. China hebat karena ukuran mereka bukan hanya etnis tetapi kompetensi ,kejujuran, komitmen berbisnis. Siapapun selagi mereka punya kompetensi sebagai pengusaha, China sediakan karpet merah. Walau datang bawa kolor doang. Makanya yang datang ke China, bukan hanya etnis china tetapi seluruh bangsa di dunia. Terutama mereka diusia emasnya. Mereka pekerja keras dalam suasana berkompetisi.


Saya bersukur karena selama era Soeharto saya dapatkan bekal belajar berbisnis ditengah ketidak adilan sistem. Selama 15 tahun saya diajarkan terjatuh dan terisolasi karena praktek KKN. Saya jadi terlatih keras menghadapi rimba belantara bisnis yang tidak bersahabat. Dan ketika saya masuk ke China, saya sudah lulus cumlaude untuk jadi petarung. Sehingga dengan kemudahaan peluang di China, walau suasana berkompetisi dengan beragam etnis, saya tidak inferior.


Saya tahu, bahwa begitu banyak anak muda yang bersemangat untuk sukses di Indonesia. Orang Indonesia itu paling mampu survival dalam situasi apapun. Tetapi karena sistem yang menjerat, sehingga mereka tidak bisa tumbuh di lahan yang subur. Mereka hanya tumbuh di pinggir got, yang kadang terinjak injak oleh tikus got. Dan mereka tetap tidak kehilangan hope


Wednesday, March 16, 2022

Focus ke diri sendiri

 





Negeri kita adalah negeri demokrasi. Namun diramaikan oleh Politik yang bising. Suka bicara omong kosong. Oposisi yang hipokrit dan kaum intelek yang nyinyir. Soal Label halal saja masuk ke ranah poltik. Dibahas dalam talk show TV. Dibicarakan oleh rakyat lewat sosial media. Seremonial pembangunan IKN yang sederhana, dianggap sirik dan anti aqidah. Bahkan wacana penambahan kekuasaan Presiden 2 tahun disikapi berlebihan. Bahkan dengan ancaman mengerikan. Chaos politik.


Padahal demokrasi itu dasarnya adalah konstitusi. Negara demokrasi yang berkuasa adalah Hukum dan UU. Sistem kekuasaan terdistribusi secara sistematis. Setiap kebijakan negara pastilah dasarnaya konstitusi. Kalau memang hak memperpanjang kekuasaan presiden itu ada pada MPR, ya kalau ada wacana, sikapi biasa saja. Toh anda dan saya bukan anggota MPR. Soal Label Halal, itu sudah masuk ranah UU yang memisahkan pemberi fatwa ( MUI) dengan pelaksana pengawasan Fatwa ( pemerintah). Terima saja sebagai sebuah konsesus. Mengapa sih harus ribut?


Dalam sistem demokrasi, tanggung jawab rakyat itu adalah memastikan lahirnya pemimpin yang meritokrasi. Itu hak politik rakyat yang dijamin UU lewat pemilu. Focus ke sana saja. Artinya pelajari setiap tract record calon pemimpin. Pastikan ia punya kompetensi secara skill, visioner, amanah dan tahu akan kepentingan nasional. Mampu berada disemua pihak dan golongan atas dasar konstitusi.


Setelah pemimpin tingkat nasional dan daerah terpilih, selanjutnya kita sebagai rakyat harus focus kepada kritik yang berkaitan dengan ekonomi. Itupun focusnya bagaimana mencari rezeki mudah, berkonsumsi murah dan barang atau jasa selalu tersedia di pasar.. Pada waktu bersamaa kita harus keras kepada diri sendiri agar terhindar dari praktek korupsi. Ingat Korupsi yang sederhana saja tidak akan terjadi tanpa ada keterlibatan rakyat.


Masalah politik, engga usah nyinyirin berlebihan., Apalagi bawa bawa agama dan idiologi. Karena hak politik anda hanya ada pada pemilu. Jadi focus saja ke ekonomi. Dan semua sumber daya tersedia di negeri ini, Itu memberikan peluang memakmurkan diri anda. Tentu kalau anda lebih banyak berpikir kedalam, menyibukan diri sendiri dalam berproduski, bukan sibuk urusan omong kosong yang diprovokasi media massa. Itu hanya akan merendahkan anda. Mengapa ? 


Kalau bokek salah sendiri. Kalau cicilan motor telat ya kena debt collector. Engga mungkin politisi dan ulama atau ustad, atau pendeta bantu anda. Karena mereka juga sibuk urus dapur dan keluarga mereka sendiri. Mana ada waktu untuk anda. 

Paham ya sayang.


Tuesday, March 15, 2022

Memberi...


 


Pernah saya keluar dari Plaza Indonesia jalan kaki ke arah Grand Indonesia. Waktu nyeberang. Ada sepeda yang jual minuman saset tersenggol kendaraan. Sepeda itu huyung dan jatuh. Tidak fatal. Namun kendaraan yang senggol itu tidak berhenti. Saya dekati pedagang itu. “ Engga apa apa nak? tanya saya.


Dia menatap saya sebentar. “ Engga apa apa pak. “ Saya bantu dirikan sepedanya. Air dalam termos tumpah. Termos juga rusak. Setelah dagangannya yang jatuh saya bereskan. Saya pinggirkan sepedanya.


Dia nampak menangis. “ Ada apa nak? tegur saya menepuk bahunya. “ Saya barus seminggu dagang. Modal beli termos belum balik. Setiap hari saya hanya dapat uang Rp. 20.000. Yang dagang udah rame di sini.” Katanya. Saya menyimak.


“ Saya engga tahu lagi gimana dapatkan uang. Rumah kontrakan udah harus bayar hari ini. Anak saya sudah setahun engga sekolah.“ Katanya mengusap air mata.


“ Tadi kamu kerja?


“ Ya saya kuli bangunan. Tapi sekarang sulit dapat kerjaan.”


“ Kenapa engga pulang kampung aja”


“ Di kampung juga saya kuli sawah. “


“ Kamu harus sabar. Tuhan tidak akan aniaya nak. Engga apa apa. semua orang melewati kesulitan. Sabar ya “ Kata saya. Saya buka tas selempang saya. Saya beri uang. “ Ini uang pakai untuk beli termos. Jangan kecil hati dengan hidup kamu ya Nak.” lanjut saya.

Dia terkejut waktu saya serahkan uang ke tangannya. “ Pak ini terlalu banyak. Harga termos hanya Rp. 400.000. “ Katanya seraya dia serahkan sebagian uang yang saya beri.


Saya tahan tangannya. “ Ambilah Nak. Anggap saya bapak kamu. Terima ya.” Kata saya tersenyum.


Dia peluk saya. Saya balas dengan dekapan erat. Saat itu saya malah ikut terharu. “ Tuhan, hanya sejuta saya beri, Tetapi begitu berartinya bagi dia. Sementara saya bayar bill makan bisa diatas Rp. 1 juta. Sekali makan saja. Tetapi bagi orang miskin, sejuta itu adalah hope bagi mereka untuk bertahan  di tengah hidup yang tidak ramah…Ampuni aku ya Tuhan..” Kata saya dalam hati. Saya melangkah pergi.


Sore hari saya pulang, Di lobi PI ada taksi Ekspress.  Kendaraanya sudah tua. Supirnya etnis China. Usianya sama dengan saya. Dengan tersenyum cerah dia memanggil saya. “ Pak Haji..mari pak. 


“ Serunya. Saya tahu sebelum jam 8 malam dia pasti mampir ke Plaza Indonesia, Berharap dapat bertemu saya. Itu dia lakukan setiap hari. Kalau kebetulan saya ada, itu rezeki dia. Karena saya selalu beri tips dengan menyebut “ Ini uang taksi dan ini uang untuk istri dan anak bapak.”


Saya bukan terlahir kaya dan bukan orang kaya sekelas konglomerat. Saya disleksia.  Dalam bisnis saya tergantung mitra. Bahkan nyetir saja tidak bisa. Tapi hidup berbagi pada setiap moment itu setidaknya mengurangi rasa bersalah saya atas rezeki yang Tuhan beri. Itu aja


HAK istri.

  Ada   ponakan yang islamnya “agak laen” dengan saya. Dia datang ke saya minta advice menceraikan istrinya ? Apakah istri kamu selingkuh da...