Sunday, February 20, 2022

Tuhan mendidik

 




Teman saya di China. Dia pengusaha besar. Satu saat dia datang ke saya. “ Saya stress dengan anak saya. Dia putra satu satunya saya. Usianya sudah diatas 30 tahun. Tetapi dia tidak pernah dewasa. Kerja sama saya engga mau. Maunya bisnis tetapi malah bangkrut. Tiap hari main aja kerjaannya. “ Katanya dengan nada galau. Saya tatap dia lama. “Bisa bantu advice saya”


“ Bro, kamu memberi segala galanya kepada putra kamu. Tetapi ada tiga hal yang tidak pernah kamu beri ke dia.” Kata saya.


“ Apa itu?


“ Direndahkan, kesepian, kehilangan harapan.” Kata saya tersenyum. Dia terkejut. “ Apa maksud kamu?


“ Apapun nasehat kamu, Tidak akan efektif. Karena tiga hal itu dia tidak pernah tahu. Tapi kalau dia pernah merasakan tiga hal itu, tidak perlu lama. Cukup tiga tahun. Dia akan berubah dan menjadi hebat “ Kata saya.


Tiga tahun kemudian , teman itu bicara secara pribadi dengan saya.  “ Tiga tahun lalu saya usir anak saya. Semua akses uang dan relasi saya tutup. Istri saya juga bersikap sama. Kami siap bertaruh kehilangan anak kami demi kebaikan dia. Selama tiga tahun dia keluar dari rumah. Saya sering mendengar berita buruk tentang dia. Dia pernah jualan bakpao di pinggir jalan. Pernah dengar dia diusir dari tempat tinggalnya oleh petugas ketertipan. Pernah di rawat di RS khusus gembel.


Akhirnya dia datang ke saya. Dia berlutut depan kami “ Pa, izinkan saya menikah dengan wanita pilihan saya. “ Katanya membawa wanita depan saya. Penampilan sangat kumuh. Juga wanita itu. Tetapi wajah mereka keliatan bercahaya. Ada semangat. Tidak lagi nampak wajah manja dan tak peduli seperti tiga tahun lalu. Mama nya terharu. Saya juga terharu. Saya terima maaf dia.


Saya minta dia kembali ke rumah. Tetapi dengan rendah hati, dia tolak tawaran saya untuk pulang. Dia hanya minta restu saya untuk menikahi wanita itu. Ya kami izinkan. Dia pun tidak minta kami meriahkan perkawinanya.” Kata teman.


Kemarin B…” teman saya berlinang air matanya. “ Kami makan malam di apartementnya yang sangat sederhana. Saya liat dia memaksa asisten saya ikut makan juga. Tidak terkesan dia membedakan orang. Dia benar benar berubah. Memang dia sedang merintis usaha. Tidak punya sumber daya keuangan. Saya yakin dia akan baik baik saja. Dia akan lebih hebat dari saya.


B, terimakasih, Kamu telah menyelamat anak saya. Menjadikan anak saya seperti saya mau.”


“ Bukan menjadi seperti kamu mau.Tetapi seperti Tuhan mau. Dan kamu telah berlaku bijak. Kamu tidak intervensi Tuhan yang sedang mendidik dia lewat perasaan direndahkan, kesepian, kehilangan harapan. “ Kata saya.


***

Pesan moral. Kalau anda merasa direndahkan. Itu biasa saja. Jangan panik dan marah. Tetap melangkah. Karena setelah itu anda akan menghadapi cobaan lebih berat. Yaitu kesepian. Tidak ada orang yang peduli dengan anda dan tidak ada tempat untuk kembali. Anda benar benar sendirian. Anggap biasa saja. Terus berjuang.. Karena masih ada cobaan lebih berat. Yaitu apapun jalan tertutup. Tak ada cahaya sedikitpun. Gelap. Saat itu anda akan merasakan kehilangan harapan kepada dunia.  Nah saat itulah, anda merasa sangat butuh Tuhan. Dan kalau anda bisa tabah tanpa pengharapan. Terus berjuang. Saat itulah Tuhan akan angkat derajat anda. Selanjutnya jadi mudah…


Salah berpikir

 





Kadang saya bertanya tanya. Mengapa kita selalu sulit bersikap sederhana atas masalah yang sebenarnya memang sederhana. Misal, kita engga bisa bedakan Alat tukar  dan Alat bayar dalam perdagangan. Akibatnya banyak diantara kita mengatakan emas itu alat bayar. Padahal emas bukan alat bayar, tetapi alat tukar. Mengapa? Karena emas itu dari dulu adalah komoditas atau barang. Lucunya, masalah emas itu dibahas panjang lebar. Tetapi tetap saja tidak bisa membedakan antara  alat bayar dan alat tukar. Akibatnya tulisan itu jadi bias. Kadang membingungkan.


Kita sulit sekali memahami perbedaan antara uang sebagai “ alat bayar”  dengan uang sebagai “ alat pembayaran”. Walau keliatan sederhana namun pengertiannya jauh sekali. Kalau uang sebagai alat bayar, itu ditentukan oleh pemerintah dengan sistem Fixed exchange rate. Itu bisa saja pemerintah melakukan cetak uang. Tetapi syaratnya uang harus diback up dengan collateral cukup. Mudah sekali terkoreksi ( devaluasi ) sehingga uang mudah jadi sampah. Itu terjadi di Venezuela dan Soeharto ( 1998).


Kalau uang sebagai “alat pembayaran”,  maka ia menggunakan sistem floating exchange rate. Karena floating sifatnya maka uang sudah jadi komoditi yang nilainya ditentukan pasar. Lucunya, karena tidak paham perbedaan ini, orang membuat narasi too good to be true tentang printing money. Dia bicara tentang uang sebagai alat pembayaran tetapi tesisnya uang sebagai alat bayar. Kacau kan. Anehnya banyak banget orang percaya dengan narasi ini.


Kita juga tidak bisa membedakan tekhnologi sebagai alat dengan tekhnologi sebagai bisnis. Misal IT. Ecommerce itu adalah platform IT untuk mendukung market place agar efisien dan efektif. Agar terjadi transformasi tata niaga bisnis. Tetapi lucunya. IT berkembang pesat. Sementara tata niaga distribusi barang dari pabrikan sampai ke pengecer tidak berubah. Tetap saja business process tidak efisien. Apa yang terjadi? hanya menjual platform IT untuk orang yang males gerak. Engga akan ada kemajuan. Tetap aja rente.


Orang tidak bisa membedakan agama dan Politik. Agama itu berkaitan dengan ajaran nilai. Sementara Politik berkaitan dengan metodelogi mendapatkan nilai. Analoginya,  Agama bicara tentang tujuan ke Bandung. Politik bicara tentang bagaimana mencapai tujuan ke Bandung. Kan bisa pakai mobil pribadi, jalan kaki. atau naik sepeda, atau kereta. Nah bayangkan,  agama bicara politik. Nyambung engga ? Pasti engga. Prinsipnya beda. Politik bicara agama. Pasti engga nyambung. Tapi karena engga bisa bedakan, ya  bicara politk bawa agama jadi bias. Sebaliknya bicara agama bawa politik sama saja. Bias juga.


Mungkin karena kelemahan kita dalam literasi sehingga membuat kita jadi masyarakat yang kacau berpikir. Apapun yang kita  tiru dari luar pasti salah jadinya. Bukan sumbernya salah, tetapi cara berpikir kita yang salah. Akibatnya mudah jadi korban provokasi apa 


Miskin literasi dan informasi.

 





Kadang saya engga habis pikir. Mengapa orang kalau bicara selalu mengutip kata kata dalam buku dan tak lupa menyebut nama pengarangnya. Anehnya jarang yang menyebut nama pengarang Indonesia. Selalu berbau asing. Kalau tokoh sekular, ya referensinya bahasa inggris. Kalau agama, referensinya bahasa Arab. Dan lebih aneh lagi, yang dengar semakin percaya kalau disebut referensinya. Padahal referensi itu belum tentu benar. Bisa saja itu hanya opini pada situasi dan kondisi ideal. Yang pasti, anda tidak akan dapat apa apa. Hanya memuaskan rasa kedunguan anda saja.


Akibatnya kita mudah sekali jadi korban hoax dan provokasi. Padahal di era internet ini, tidak ada informasi yang sulit diverifikasi. Kemarin ada kasus Wadas. Opini sangat seram. Negara represip dengan rakyat yang menolak lahannya dibebaskan untuk tambang batu Adesit. Padahal tidak ada satupun peluru keluar. Sikap tegas aparat ditengah kerumunan itu sudah standar dimanapun, negara manapun. Biasa Saja. Kecuali ada yang mati karena peluru tajam. Nah itu ceritanya lain.


Ada pengamat ekonom bicara tentang IKN itu sebagai jalan asing untuk kuasai indonesia. Dia gunakan teori konspirasi yang bernama oligarki bisnis. Tak lupa dia pakai berbagai macan referensi untuk menguatkan opininya. Orang ramai percaya. Lucunya esensi dari adanya IKN itu jadi bias. Framing media massa sengaja mengubah sudut pandang orang terhadap tujuan ideal dari IKN itu.


“ Di Indonesia itu, hal yang sederhana saja akan menjadi sulit dipahami orang. Hanya karena influencer bicara.” Padahal ada istilah berinvestasi “ Jangan pernah percaya kepada infuencer” Mengapa? karena dia bicara bukan untuk anda, tetapi untuk kepentingan dia. Setidaknya menaikan rating dia. Setelah itu uang akan mengalir ke dia dalam bentuk apa saja.


Mendengar dan membaca itu bagus saja. Tetapi jangan membuat anda bigot. Cukup jadikan itu sebagai pengatahuan, yang tidak perlu membuat anda jadi follower. Gunakan juga akal dan referensi lain. Setidaknya baca dan dengar juga dari sumber lain. Di situ anda bisa bersikap. Tetapi dalam bersikap. Tetap jadikan akal sebagai raja dan nurani sebagai hakim. Anda akan tercerahkan. Untuk anda saja. Setidaknya anda tidak jadi korban influencer dan media.


***


Kemarin malam sebelum tidur Oma tanya” Pah, di TV sering dengar ada kasus soal afiliator main .Apa sih itu pah.?


Saya terdiam. Mikir gimana jelasin ke Oma dengan bahasa sederhana. “ Ma, papa mau cerita. Ini kisah nyata. Kejadiannya tahun 2019. Mau dengar engga?


“ Mama tanya, papa malah mau cerita. Udah ngantuk pah.”


“ Cerita ini ada hubungannya dengan pertanyaan mama. Mau engga ?


“ ya mau”


“ Ada orang kaya. Namanya Jhon. Dia melihat tukang parkir yang sedang asik main sosmed. Dia dekati pria tukang parkir itu. Nama tukang parkir itu Sam. Saya akan beri kamu uang USD 1 juta. Datanglah ke apartement saya, kata John sambil memberikan kartu namanya. Malamnya Sam datang ke rumah Jhon. Benar. Dia dapat uang USD 1 juta kontan di tas koper. Apa syaratnya? tanya Pria itu. John engga bilang apa apa. Dia hanya bilang, ambilah.” Kata saya.


“ Wah malaikat ya Jhone itu. Pasti Allah kirim malaikat untuk Sam yang sholeh” Kata Oma.


“ Mama tahu apa yang terjadi setelah dapat uang?


“ Apa?


“ Tukang parkir itu berhenti kerja. Dia bergaya seperti orang kaya. Dia beli baju, sepatu, dan kendaraannya, memang milik dia. Itu semua di photo dan upload ke Istagram. “


“ Kok engga buat usaha uang segitu?


“ Sam itu mental miskin ma. Semangat juang rendah tapi selalu bermimpi jadi orang kaya. Setiap hari ada saja photo dia upload. Itu cara dia menutupi kelemahannya. Semua photo itu menunjukan Sam orang kaya. Tapi lama lama uang habis. Jhon tawarkan uang lagi. USD 1 juta lengkap dengan fasilitas liburan di villa di kepulauan pasifik dengan jet pribadi. Semua kemewahan itu tentu dia tampilkan di istagram. Bahkan video kemewahan itu dia upload ke Youtube. “


” Wah keren”


“ Orang terkesima. Lama lama follower nya di istagram dan Youtube makin banyak. Jutaan dah. Lama lama orang mulai kepo. Apa sih kerjaan Sam. “


“ Nah loh. Apa kata dia.”


“ ya dia jujur aja, bahwa dia dapat uang dari seseorang. Tapi orang banyak tidak percaya. Mana ada zaman sekraang orang mau beri uang untuk kemewahannya. Rasa kepo ini, mendorong rasa ingin tahu wartawan. Diam diam wartawan ikuti kemana Sam pergi. Satu saat Sam habis uang. Dia pergi ke apartement John. Seperti biasa, dia pulang dapat uang satu koper. Wartawan tanya. Apa isi tas itu. Sam bilang uang. Dia perlihatkan uang itu ke wartawan. Wartawan tidak tanya lagi.


“ Terus..”


“ Wartawan mulai selidiki siapa john itu. Oh ternyata John itu pemain di wallstreet. Besoknya wartawan buat cerita. Bahwa kekayaan Sam karena dekat dengan fund manager di Wallstreet. Namanya John. Sebulan kemudian John, buat program investas lewat internet. Bahasanya terkesan keren tetapi tetap saja itu money game. Orang ramai tertarik ikut dalam program itu. Mereka semua bermimpi ingin kaya mudah seperti Sam dan Afiliator itu. Kalau persepsi orang sudah terbentuk.  Apa itu program investasi.? Tidak penting lagi.  Tai kucing aja tetap dipercaya. Apalagi ada bumbu trading canggih. Makin hot.


Tapi Jon tidak meladeni. Dia hanya memberikan kesempatan kepada investor terbatas. Akhirnya datanglah 4 investor terbatas. Mereka tidak ada uang. Mereka buat sistem afiliator untuk menarik uang dari masyarakat yang ingin kaya seperti Sam. Setelah uang terkumpul mereka berinvestasi pada John. Kontrak semua legal. Akhir cerita. Uang investor semua habis. Alasan kalah atau rugi. Engga bisa dituntut. Karena akadnya bukan hutang tetapi investasi. Dah gitu aja.” Kata saya.


Oma terdiam cukup lama. Akhirnya Oma ngomong. “ Jadi hanya karena Sam, orang banyak ingin semua jadi kaya seperti Sam. Orang berprasangka sangat baik kepada John karena media massa. Dan Jon dapat uang banyak karena afiliator. Dan afiliator itu yang rajin bercerita tentang kemewahan hidup Sam dan termasuk dirinya sendiri. Semua berkat Jon. Sementara Jon diam saja.  Mungkin dia ketawa ngakak melihat kebodohan berjamaah.


“ Ya itu akibat kepoan. Lupa mengukur diri. Orang kaya seperti Jon itu jangankan uang, dosapun kita pinjam dia engga mau. Jadi kalau dia beri uang , itu pasti ada agendanya. Engga gratis. Hanya orang bego dan rakus yang percaya.” kata saya. Oma tersenyum  dan dia tertidur. Duh tangan saya jadi bantal lagi. Bakalan semutan bangun pagi.

Salah niat.

 





Selama ini orang beragama. Beranggapan bahwa kalau rajin sembahyang dan berada tempat ibadah. Itu dekat kepada Tuhan. Sorga gampang saja. Padahal dekat kepada Tuhan itu bukan di tempat ibadah, bukan sembahyang. Tetapi disaat anda di tempat orang lapar dan terzolimi dan membantu mereka. Melapangkan mereka. Mengapa? di tempat ibadah itu hanya kumpul sesama mereka yang lapang. Mendengar kotbah kehebatan Rasul dan Tuhan. Sampai kapanpun anda tidak akan menyerupai Rasul dan apalagi Tuhan. Jadi itu sama saja wasting time atau onani beragama.


Selama ini orang beranggapan percaya kepada Tuhan, tetapi meragukan hukum ketetapan Tuhan. Engga percaya? Kalau mereka susah. mereka minta tolong kepada Tuhan. Padahal dia susah akibat hukum ketatapan Tuhan. Tahu artinya apa? itu sama saja dia melecehkan Tuhan yang membuat hukum alam. Benar Tuhan menjamin reseki setiap makhluk. Tetapi Tuhan tidak pernah kirim makanan ke sarang burung. Benar, bahwa ustad atau pendeta itu penyampai pesan Tuhan. Tetapi dia terima uang via ATM. 


Selama ini orang beranggapan bahwa HAM itu apabila aparat represif kepada rakyat yang protes. Padahal apabla negara membiarkan orang protes sehingga menimbulkan kerugian bagi yang tidak protes, itu juga pelanggaran HAM. Jadi, bersikap tegas kepada yang protes itu juga bagian dari menjaga HAM. Protes atas dasar demokrasi itu dibenarkan. Tidak dilarang selagi sesuai syarat dan ketentuan berlaku. Harus berdasarkan informasi dan fakta yang valid. Kalau tidak valid, maka itu kejahatan terhadap demokrasi.


Karena alasan demokrasi, orang selalu menjadikan Presiden tempat salah. Mereka tidak paham sistem distribusi kekuasaan. Presiden yang kita pilih ini. Tidak berhak angkat Dubes, Panglima TNI/POLRI, MA. MK, BPK, KPK tanpa persetujuan DPR. Tidak berhak tentukan APBN tanpa persetujuan DPR. Tidak berhak buat UU tanpa persetujuan DPR. Tidak berhak menentukan gubernur/Bupati. Bahkan untuk jabatan menteri, walau punya hak prerogatif, masih harus kompromi dengan Partai. Lucu kan. BIcara atas nama demokrasi tapi tidak paham demokrasi.


Kenapa sampai salah kaprah itu. Apakah begitu sulit dipahami. Tidak. Itu semua tahu. Yang salah itu adalah niat. Beragama seharusnya lebih humanis tetapi digunakan untuk tujuan politik dan kekayaan. Beragama tetapi rakus, Tuhan dirongrong terus.  Padahal hukum ketetapan Tuhan itu adalah kerja keras dan cerdas  untuk dapatkan makan. Percaya kepada Tuhan harus juga percaya hukum ketetapan Tuhan. Harus keras kepada diri sendiri kalau ingin dapatkan rezeki Tuhan..


Yang salah itu niat berdemokrasi. Demokrasi dipakai untuk tujuan mendapatkan kekuasaan, bukan meningkatkan kecerdasan rakyat akan hak hak politiknya. Jadi kekacauan semua hal itu, karena niat doang salah. Indonesia punya sumber daya melimpah, yang langka hanya niat baik


Hukum ketetapan Tuhan.

 





Semua agama tahu tetang hukum alam atau bahasa mesranya disebut sunnatullah. Apa itu? Hukum keseimbangan. Ada malam, ada siang. Hujan, dan panas. Api, dan air atau angin. Pria dan wanita. Bahkan dalam alam mikro kosmos juga begitu. Atom itu berpasangan antara positif dan negatif, besar dan kecil suatu massa, dan dekat jauhnya jarak ke inti atom, meliputi positron yang anti partikelnya dari elektron dan anti proton, materi dan anti materi, dan partikel dengan anti partikel.Maka sudah jelas bahwa susunan dari atom berpasangan dan atom juga berpasangan. Semesta ini tercipta hanya karena hukum grafitasi


Apa yang menyebabkan dia seimbang? Tuhan itu maha cerdas. Dia beri lagi hukum sebab akibat. Tidak akan ada malam tanpa siang. Penyebabnya bumi berputar. Tidak akan ada pria kalau tidak ada wanita. Penyebabnya proses genetika. Tidak akan ada api kalau tidak ada air dan angin. Penyebabnya adalah proses fisika. Hebatnya lagi, hukum sebab akibat atau hukum kausalitas itu dikunci dalam sebuah sistem yang saling terkait. Benar benar solid. Itu berlaku pada apa saja dalam konteks apa saja. Sehingga memudahkan ilmuwan menemukan rahasia alam agar peradaban maju.


Dalam konteks kehidupan. Semua manusia tidak ada yang bisa lari atau lepas dari hukum ketetapan Tuhan ini. Hukum sebab akibat itu benar benar solid. Mengapa ? dalam diri manusia itu ada nafsu dan akal. Akal dan nafsu saling bertolak belakang. Nafsu doyan kepada kesenangan dalam bentuk nyata atau fantasi. Doyan kerja keras dan santai. Akal menterjemahkan sifat nafsu itu. Tapi kita  terisolasi oleh nafsu dan akal. Makanya ilmu hikmah itu mahal sekali. Kita dibenturkan dengan keras kalau nabrak keseimbangan akal dan nafsu. Hasilnya:  Jahat dan baik. Beruntung dan tekor. Berharap itu jadi hikmah. Akal kita melek.


Upaya keras manusia mendapatkan sesuatu akan otomatis membuahkan hasil. Apa saja itu. Itu bukan karena dia beruntung dibandingkan orang lain. Tetapi karena dia mengikuti hukum ketetapan Tuhan. Dia keras sekali dengan dirinya untuk patuh kepada hukum ketatapan Tuhan. Burung pasti akan dapatkan makanan, karena dia melintasi pulau dan benua untuk dapatkan makan. Ikan beremigrasi dari satu samudera ke samudera lain karena alasan yang sama.


Di China saya beri uang tip HKD 10,000 kepada room service yang bersihkan kamar hotel saya. Dia menolak. Orang China percaya kepada hukum ketetapan Tuhan.Hukum keseimbangan “ Kalau anda memberi saya tip sebesar itu, anda meracuni saya.” Katanya. Mereka percaya hukum kausalitas. Walau nafsunya sangat ingin menerima uang tip itu, tetapi akalnya menolak. Siapa saya.? sehingga pantas dapatkan upah diatas wajar. Tetapi kalau mereka yakin dengan rencana dan idenya sangat hebat, dia tidak peduli siapa dia, kepada siapa dia harus deal. Dia tidak merasa rendah. “ Saya pantas dapatkan itu.”


Masalan bagi orang beragama dan terisolasi agama. Mereka percaya kepada Tuhan, tetapi mereka meragukan ketetapan Tuhan. “ Ah rezeki Tuhan yang atur. Kaya miskin tidak penting. Yang penting banyak ibadah. “ Tetapi yang paling banyak mengeluh justru orang beragama. Lucunya keluhan itu mereka sampaikan kepada Tuhan lewat doa “ Tuhan, hancurkan kezoliman. Hancurkan orang kafir. Menangkan kami. Kalau engga siapa lagi yang akan menyembah Mu.” Saya yakin Tuhan akan ketawa mendengar itu. “ Kamu percaya kepadaKu tetapi kamu tidak percaya hukum ketetapanku.” ya bahlul jadinya.


Tuesday, January 25, 2022

Sabar

 






Ada orang terpelajar dari kota. Dia datang ke Desa. Dia lihat tanah  terhampar setelah panen padi. Dia duduk termenung melihat hamparan tanah. Dia berpikir dengan recanana di kapalanya.  Tanah ini, pikirnya akan lebih baik di tanam Cabai. Cabai sekilo sama dengan 3 KG beras. Mengapa harus tanam berai yang ongkos produksinya lebih mahal. Ah Tapi kan cabai cepat busuk, cepat jatuh harganya kalau panen. Jangan cabai. Tanam singkong. Satu hektar panennya bisa 20 kali panen padi. Harga padi sekilo sama dengan 10 Kg singkong. Ah bego. Jangan singkong. Lebih baik bangun property. Tetapi siapa yang akan beli rumah di desa ini. Ah apa ya.


Kemudian dia liat petani datang  ke lahan itu. Petani itu tidak berpikir banyak. Seperti biasanya,  dia langsung masuk ke lahan. Di ayunkan cangkulnya memperbaiki pematang. Dengan kerbaunya petani itu mulai menggemburkan tanah. “ Ah bodoh sekali petani itu. Mengapa dia tidak gunakan traktor? kan lebih cepat dan efisien. Dasar orang kampung. Engga bisa maju.” Guman orang terpelajar. Petani itu terus kerja. Berlalunya waktu, tanah di tanam padi, dan menguning, Petani menanti panen sambil mengawasi sawahnya dari kemungkin hama. Sementara orang terpelajar terus berpikir dan berencana.


Saat lapar, orang terpelajar bingung dapatkan beras. Ia mulai mengeluh menyalahkan pemerintah yang tidak adil. Menyalahkan keluarga tidak mendukung rencananya. Menyalahkan temannya yang tidak mendengarnya. Menyalahkan semua. Sementara petani yang tidak terpelajar, tetap menjalani hidupnya dalam kesehajaan dan tanpa keluhan.  Memang petani tidak sehebat orang terpelajar otaknya. Tetapi karena produksinya orang bisa makan dan kehidupan tetap berlangsung. Sementara orang terpelajar, menyusahkan kedamaian.


Lebih setengah abad kita merdeka. 6 presiden berganti. Istana negara tidak pernah ada. Bayangkan negara merdeka dari kolonial, istananya masih bekas rumah kurcaci ratu Belanda. Bagaimana secara emosional kita bisa duduk sejajar dengan negara lain, bila secara simbolik presiden kita tinggal di rumah kurcaci Belanda. Semua presiden punya rencana. Punya obsesi. Tetapi istana tidak terbangun. Tetapi Jokowi, ada atau tidak ada uang, apapun hambatan dia ignore. Dia tuntaskan secara politk UU IKN. Tekad sederhana digelar. Proses kerja dimulai. Orang terpelajar masih saja berdebat. 


Banyak orang terpelajar tetapi tetapi tidak terdidik baik melewati hidup. Banyak orang tidak terpelajar tetapi terdidik baik menjalani hidup. Sikap sabar itu mutlak. Sabar  bukan menanti sesuatu tanpa berbuat. Sabar, berarti berproses dengan apa adanya. Tidak berpikir banyak. Paham sebuah proses harus dilalui. Apapun itu , bahkan yang sangat sederhana meminta sesuatu kepada orang lain.


Jadilah orang terdidik, jadikan kehidupan ini sebagai universitas kehidupan untuk proses perubahan yangi lebih baik.  Saya pernah jadi babu nyuci dan bersihkan kebun selir pejabat, hanya berharap dia mau rekomendasikan bisnis saya kepada jenderal. Saya harus mimisan belajar financial engineering. Karena selama 1 bulan tidur hanya 2 jam. Hanya untuk dapatkan ilmu, yang bisa menuntun saya ke mata air. Berproseslah dan lalui dengan sabar. Pada akirnya akan indah dan kita tahu arti mencintai Tuhan.

Friday, January 21, 2022

Poligami

 




Ada teman memprovokasi saya untuk poligami. “ Daripada melacur, kan lebih baik poligami. Apalagi kalau istri tidak bisa lagi memuaskan. Al Quran memberikan ruang untuk boleh poligami. Itu kalau ALlah sudah bolehkan, tentu Allah sudah siapkan pertolongan. “ Katanya. Saya senyum saja. Saya melihat di sosmed sering betul seminar tentang poligami. Ongkos seminar engga murah. Pasti peminatnya banyak. 


Dalam satu hal keliatannya anjuran poligami itu human being. Siapa sih mau terpasung sex nya dalam hidup ini. Apalagi hidup itu singkat. Sayang kalau harus dilalui dengan kekangan sex akibat pasangan tidak bisa lagi memuaskan. 


“ Apakah kamu pernah ngobrol lebih dari sejam di tempat tidur bersama istri” Tanya saya kepada teman yang melakukan poligami. 


“ Engga lah. Kalau ngobrol ya di meja. Ngapain di tempat tidur. Di tempat tidur itu sunah rasul. Salurkan nafsu” Katanya. Dari ungkapanya saya tahu. Dia menjadikan tempat tidur hanya tempat bersenggama. Maka dihadapannya istri memang pemuas nafsu dia saja. Jadi wajar saja kalau dia melakukan poligami. 


Berbeda dengan saya. Kami justru ngobrol banyak hal di tempat tidur. Setiap pembicaraan itu terjadi sentuhan, kadang tertawa bersama. Itu sangat cair. Tidak ada batas. Walau usia menua stamina tidak seperti muda. Kehangatan di tempat tidur itu tidak pernah lekang. 


Kalau ada godaan datang ya human being.  Kadang terpikir juga mau poligami. Tetapi saya berpikir sendiri ” Apa mungkin saya dapatkan kehangatan di tempat tidur seperti yang saya rasakan dengan istri sekarang? Kehangatan itu tidak datang mendadak. Tetapi proses waktu yang panjang. Dan semakin lama semakin kami saling mengenal dan tentu pembicaraan diantara kami semakin nyaman. Sentuhan, tidak penting lagi. Kebersamaan itu yang tak ternilai nikmatnya. Lebih dari sex. Itulah bedanya manusia makhuk spiritual dengan hewan dalam hal hukum kausalitas


Perbedaan persepsi tentang poligami lebih kepada perbedaan terhadap kesetaraan gender. “ Saat ayat poligami turun, tujuannya untuk membatasi istri hanya empat, karena umum laki-laki di jazirah Arab waktu itu istri belasan. Seiring berjalannya waktu, saat risalah itu diterapkan di negara dengan kultur berbeda, aturan yang tadinya membatasi dianggap anjuran untuk menambah. Nah sampai di sini sudah menjadi terbalik-balik. “ Kata nitizen.


“ Kalau itu asbabunuzul nya, itu artinya islam tidak mengakui kesetaraan gender. Itu artinya tidak ada perubahan masuknya islam dengan era jahiliah. Padahal islam itu tujuannya adalah memperbaiki akhlak. Kalau perhatikan An-Nisa ayat 3, jelas islam mengakui kesetaraan gender. Karena kalimat terakhir ada "Tapi jika kamu tidak bisa berlaku adil, pilih satu saja". Itu kan bermakna kesetaraan gender. Kesetaraan kan bermakna keadilan. Mana ada pria bisa berlaku adil dan winta merasakan keadilan bila di poligami" Kata saya.


“ Kalau karena agama memaksa saya harus mengizinkan suami saya poligami, lebih baik saya tidak beragama. Lebih baik saya masuk neraka. Untuk apa masuk sorga, kalau Tuhannya sendiri tidak adil kepada mahluk ciptaannya. Itu pasti bukan Tuhan yang saya imanin. “ Kata Istri.

Akhlak atau spiritual

  Apa pendapat bapak soal kenaikan pajak PPN 12 % “ tanya Lina. Peningkatan tarif PPN tujuannya tentu untuk meningkatkan penerimaan negara d...