Tuesday, March 10, 2020

BPJS dan SJSN

Mahkamah Agung (MA) mengabulkan judicial review Peraturan Presiden (Perpres) yang mengatur iuran BPJS Kesehatan. Dalam putusannya, MA membatalkan kenaikan iuran BPJS per 1 Januari 2020 yang sudah diteken Presiden Jokowi. Dengan dibatalkannya pasal di atas, maka iuran BPJS kembali ke iuran semula Rp 25.500 untuk kelas 3, Rp 51 ribu untuk kelas 2 dan Rp 80 ribu untuk kelas 1 Keputusan MA ini bermula saat Komunitas Pasien Cuci Darah (KPCDI) keberatan dengan kenaikan iuran itu. Mereka kemudian menggugat ke MA dan meminta kenaikan itu dibatalkan. Gayung bersambut. MA mengabulkan permohonan itu.

Persoalan BPJS tidak bisa dilepaskan dari adanya program JKN ( jaminan Kesehatan Nasional) yang tertuang dalam UU SJSN ( Sistem Jaminan Sosial Nasional ). Dalam UU No 40/2004 tentang SJSN prinsip gotong royong dijelaskan sebagai mekanisme saling membantu. Orang yang mampu membantu orang yang tidak mampu, orang yang sehat membantu orang yang sakit. Mekanisme ini diarahkan untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Membayar iuran JKN tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga melindungi orang lain. Nah tugas BPJS melaksanakan amanah dari UU SJSN ini, agar mekanisme gotong royong itu terlaksana.

Ini senafas dengan Pancasila sila kedua dan kelima, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab dan Keadilan sosial. Apa tujuan sebenarnya UU SJSN itu? mendudukkan hubungan konstitusional antara negara dengan warganegara. Artinya, Jaminan Kesehatan Nasional itu adalah tanggung jawab bersama antara Negara dan Warga negara ( yang mampu). Ini yang dimaksud keadilan sosial. Sementara Negara membantu mereka yang tidak mampu atau tidak punya akses kepada kesehatan, ini yang disebut dengan kemanusiaan yang adil dan beradab.

Apakah negara telah melaksanakan tanggung jawabnya? Sudah.  ada 96 juta rakyat yang tidak mampu mendapatkan gratis iuran atau disebut dengan peserta PBI atau penerima bantuan iuran.  Tahun 2019 saja negara keluar uang lewat APBN mencapai Rp. Rp 41 triliun. Tahun 2020 Rp 48,8 triliun. Ini bukan defisit BPJS , tetapi memang sumber pendapatan dari BPJS. Sisanya adalah warga negara yang mampu bayar. Namun dari mereka yang mampu bayar ini saja, BPJS masih defisit. Negara harus bailout. Apa artinya? peran serta warga negara yang mampu tidak sesuai dengan UU SJSN dan UU BPJS, apalagi dikaitkan dengan sila ke lima, keadilan sosial.

Menurut saya keputusan MK itu lebih karena adanya tumpang tindih antara UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN dan UU No.24 tahun 2011 tentang BPJS yang multi interpretasi. Kalau DPR tidak revisi UU tersebut dalam satu payung yang jelas, maka dalam jangka panjang program Jaminan Kesehatan Nasional akan gagal. Karena tidak mungkin tercapai financial sustainability, customer satisfaction dan Universal Health Coverage (UHC). Kalaupun dipaksakan, APBN bisa jebol. Kalau jebol , tidak ada lagi keadilan sosial. Karena kan engga lucu pembayar pajak harus ngalah dengan kebijakan negara memenggal anggaran infrastruktur ekonomi demi tanggung jawab sosialnya. 

Tinjaun UU SJSN.
Dalam UU No 40/2004 tentang SJSN prinsip gotong royong dijelaskan sebagai mekanisme saling membantu. Orang yang mampu membantu orang yang tidak mampu, orang yang sehat membantu orang yang sakit. Mekanisme ini diarahkan untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Membayar iuran JKN tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga melindungi orang lain.
Yang harus dipahami, keadilan sosial bukan berarti negara menjadi penjamin atau penanggung jawab secara financial masalah sosial rakyat. Negara kita bukan komunis yang menjamin semua kebutuhan sosial rakyat. Negara kita menerapkan keadilan sosial dalam arti keadilan yang proporsional. Apa itu proporsional? Hanya mereka yang tidak mampu yang ditanggung negara. Sementara yang mampu tidak di tanggung, bahkan mereka yang mampu harus ikut bertanggung jawab terhadap kewajiban negara bagi mereka yang tidak mampu. 

Mengapa ? kalau negara menanggung semua biaya sosial, maka struktur APBN kita juga berubah. Tidak lagi menggunakan sistem I tetapi T, yaitu neraca berimbang. Dengan sistem APBN berimbang, tidak mungkin lagi negara bisa mendapatkan sumber pembiayaan dari publik kecuali dari G2G. Karena mana ada publik mau beli SBN kalau APBN dibebani biaya sosial yang tinggi.  Nah kalau G2G, kita akan terjebak dalam pinjaman bersifat politik seperti era Orde Baru. Ini sangat rentan bagi negara kita terjebak dalam neokolonialis. Jadi, sistem keadilan sosial itu tak lain, adalah memastikan rakyat ambil bagian menjaga negara ini berdiri secara mandiri menyelesaikan masalah sosial tanpa harus melibatkan bantuan asing.

Juga harus dicatat bahwa 86 % sumber pendapatan negara berasal dari pajak orang kaya. Apa artinya? kewajiban ekonomi negara sangat besar kepada pembayar pajak yang jumlahnya berdasarkan NPWP dan SPT yang masuk sebanyak 7,6 juta, silahkan bandingkan dengan jumlah penduduk 260 juta. Apa kewajiban negara tersebut ? memberikan lingkunga kerja dan bisnis yang kondusif dengan menjamin rasa aman, dan nyaman lewat penyediaan infrastruktur ekonomi dan kepastian hukum.  Ini memakan ongkos yang mahal. Nah kalau uang pajak itu habis untuk kewajiban sosial negara terhadap mayoritas penduduk yang tidak bayar pajak, maka bisnis tidak tumbuh, dan pada gilirannya penerimaan pajak akan turun, dan pasti pemerintah akan gagal melaksanakan fungsi sosialnya. Negara bubar. 

Itulah pengertian dari keadilan sosial. Dimana negara menanggung rakyat yang tidak mampu namun pada waktu bersamaan negara juga mewajibkan mereka yang mampu ikut membiayai program Jaminan Kesehatan Nasional. Artinya tidak semua menjadi tanggung jawab negara lewat APBN, tetapi ada juga peran serta masyarakat di dalamnya dalam bentuk iuran.

Keberadaan BPJS.
Untuk melaksanakan amanah UU SJSN itu maka dibentuklah UU BPJS. Tapi sayang sekali bahwa BPJS tidak bisa menterjemahkan amanah dari UU SJSN. Mengapa ? dalam UU BPJS tahun 2011 yang sudah revisi, ada pasal 4 hurup b, bahwa BPJS  menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional  berdasarkan prinsip “nirlaba”. Dengan prinsip ini memungkinkan BPJS menjadi beban negara dan tidak sesuai dengan UU SJSN.  Seharurnya prinsip “ nirlaba” itu tidak ada. Hubungan antara negara dengan BPJS sama seperti hubungan bisnis. Gimana ?

Baik saya analogikan sederhana. BPJS menghitung besaran premi yang harus dibayar oleh peserta berdasarkan prinsip bisnis asuransi dengan memperhatikan jenis asuransi, jangka waktu pertanggungan, usia dan kondisi kesehatan peserta dan jumlah pertanggungan. SOP ini harus dipatuhi. Katakanlah dari SOP ini keluar angka pertanggungan untuk kelas 1 Rp. 100.000. Kelas 2 50.000 dan kelas 3 25.000. Bagi yang tidak mampu membayar premi, negara tanggung lewat subsidi. Yang mampu, membayar. Untuk yang tidak mampu, BPJS tagih langsung ke pemerintah Daerah. Menteri keuangan salurkan subsidi itu lewat APBD. Sementara yang mampu, BPJS tagih langsung kepada peserta.

Apabila BPJS bekerja secara bisnis, maka siapapun rakyat, baik peserta bayar maupun tidak bayar, tetap berhak untuk mendapaktan layanan terbaik. Akuntabilitas lebih terjamin. Transfaransi lebih terjamin. RS juga harus melaksanakan program JKN itu secara bisnis. Tidak lagi terkesan seperti sekarang yang apa adanya. Ya sama seperti bisnis asuransi kesehatan pada umumnya. Kalau pelayangan RS buruk, BPJS bisa tuntut secara perdata. Tapi saya yakin RS juga akan enjoy karena SOP nya akan sama dengan SOP perusahaan asuransi pada umumnya.  Ya menguntungkan. Tentu mereka akan berusaha meningkatkan kualitas layanan agar mereka tidak delisting dari kemitraan dengan BPJS.

Gimana kalau BPJS untung? ya engga apa. Memang harus untung. Apakah keuntungan itu milik negara? tidak. Uang itu milik masyarakat  peserta yang dilindungi oleh UU BPJS. Itu merupakan kekayaan yang terpisah dari negara. Di semua negara yang menerapkan UU SJSN, semua penyelenggara BPJS nya untung besar, dan ini cara smart pooling fund sebagai bagian dari financial engineering  negara di luar APBN. Mengapa ? Laba itu bisa dikelola secara financial engineering untuk di leverage dalam berbagai portfolio secure investment, dan keuntungannya bisa digunakan untuk program pemberdayaan ekonomi rakyat seperti, program UKM, atau pembiayaan usaha mikro, pengadaan rumah murah, dan lain lain. 

Agar apa? dalam jangka panjang ekonomi ikut bergerak, dan orang miskin tertolong ekonominya secara langsung,  yang pada gilirannya bisa membayar sendiri iuran BPJS tanpa harus di subsidi  lagi oleh negara. Sementara akumulasi laba dari pendapatan premi tetap utuh atau tidak hilang. Ia akan menjadi jaringan pengaman sosial bagi rakyat dalam situasi andai terjadi krisis. Jadi makna gotong royong untuk kemandirian dapat terimplementasikan sesuai dengan amanah UU SJSN.

Kesimpulan.
Seyogianya Pemeritah dan DPR harus duduk bersama menyelesaikan masalah BPJS ini, dan engga bisa terus berlarut   larut defisit yang menimbulkan  polemik tak berujung. Padahal ini bukan masalah ruwet. Ini masalah sederhana dan terukur. Tinggal masalah inflementasinya. Mau engga ?

Wednesday, February 19, 2020

Agama pragmatis.


Di beranda fb saya berseliweran kampanye tentang “ Indonesia tanpa pacaran” itu satu paket dengan propaganda Poligami. Tentu ini berkaitan dengan komunitas Islam. Menurut saya, ini bukan dakwah tetapi sudah merupakan bagian dari gerakan politasasi Islam. Tujuannya melepaskan budaya dan mengentalkan politik identitas. Praktek pernikahan yang tanpa pacaran itu diterapkan penuh di wilayah taklukan ISIS di Suriah dan Irak. Wanita tidak boleh menolak ketika dijodohkan dengan pria. Siapapun itu. Tugas wanita adalah memfungsikan vaginanya untuk kepuasan pria dan sekaligus sebagai pintu gerbang lahirya bayi. Ya sebagai inang untuk sperma berbiak.

Mungkin yang dibayangkan mereka itu budaya pacaran yang free sex. Padahal budaya free sex itu bukanlah cermin dari budaya pacaran yang ada. Itu hanyalah penyimpangan. Samahalnya orang bercadar dan baju gamis tapi berzina. Apakah cadar dan pakaiannya salah. Kalau alasan adanya penyimpangan atas budaya pacaran, lantas membuat slogan Indonesia tanpa pacaran, maka itu cara berpikir mundur. Mundur karena yang jadi korban adalah wanita. Mengapa ? Pacaran itu sebagai bagian dari hak wanita untuk mengenal pasangannya dan memberikan hak dia menentukan sikap sebelum dia memutuskan menikah.

Cara berpikir pragmatis, “ tanpa pacaran “ itu juga diterapkan dalam propaganda poligami. Alasannya sama, karena banyak penyimpangan atau perzinahan terjadi karena pria tidak bisa menahan libidonya. Lagi lagi yang jadi korban wanita. Padahal anjuran poligami dalam islam, adalah anjuran impossible untuk diterapkan. Makanya itu menjadi anjuran alternatif bukan perintah seperti rukun Islam. Artinya anjuran ini membutuhkan akal manusia untuk bersikap, bukan taklik buta dengan dalil nafsu. Hal yang sama, cara berpikir pragmatis  juga berlaku bagi penggunaan cadar bagi wanita agar laki laki terhindar dari zina mata. lagi lagi kebebasan wanita jadi korban.


Kalau anda ingin menghapus cobaan; memastikan wanita tidak menjadi sumber kerusakan iman bagi pria, memastikan tempat ibadah agama lain tidak menjadi sumber kerusakan iman, memastikan simbol agama lain tidak merusak iman, memastikan orang tidak berpuasa tidak merusak iman, maka anda sedang berperang dengan Tuhan. Mengapa? Itu yang create Tuhan. Mengapa anda mau hapus? Pasti hasilnya paradox. Beragama tapi kelakuan setan. Contoh nya iSIS. Sudahilah mengangkangi Islam dengan kebodohan. Udahan ya. Perkuat sajalah keimanan itu dengan memerangi nafsu anda sendiri dan hadapi cobaan itu dengan rendah hati.

Menurut saya, dalil agama bersifat pragmatis, itu mencerminkan kekalahan iman sesungguhnya terhadap realitas yang memang penuh dengan cobaan. Mereka berusaha menghapus cobaan itu. Padahal Tuhan membentangkan kehidupan ini adalah sumber cobaan bagi orang beriman. Firman Allah: “ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (Alankabut :2 ). Artinya cobaan itu bukan dihindari tetapi dihadapi dengan iman. Disitulah nilai anda dalam beragama. Jangan cemeng. Jangan pragmatis.

***

Pernah teman saya ngomong dengan kesan becanda. “ Nanti di akhirat kalau saya masuk neraka, yang pertama protes adalah penghuni neraka.”

“ Kenapa ?

“ Seharusnya saya masuk Sorga. Kan saya selalu berbuat baik kepada wanita malam. Kan sebagai pengusaha saya tidak bisa menghindari dari kehidupan maksiat. Tetapi saya juga royal ngasih tip walau engga sentuh mereka. Beda dengan anggota DPR onoh, udah maksiat bayar kurang lagi, eh dihina lagi tuh wanita. Kalau dia masuk sorga, yang protes dulu penghuni neraka. Seharusnya dia masuk neraka tapi penghuni neraka ogah dengan dia " Katanya berdalih.

" Jadi anggota DPR itu pindahin ke sorga aja.”

" Lah Penghuni neraka aja ogah apalagi penghuni sorga.”

Saya hanya tersenyum.

Ulama besar Sumatera Barat, Syekh Maulana Jambek, berdakwah bukan hanya di Masjid tetapi dia juga berada di tengah tengah orang berbuat maksiat, seperti judi pasar malam. Dia juga berada di tengah tengah pelacur. Dia tidak melakukan maksiat tetapi dia menebarkan kebaikan ditempat itu tanpa merendahkan orang yang bermaksiat. Dia berdakwah dengan perbuatan. Maksiat dan cobaan iman tidak dia hindari tetapi dia hadapi dengan berani, dan istiqamah. Apa yang terjadi? kalau orang akhirnya insaf, itu bukan karena orang takut masuk neraka tetapi karena cinta yang dia tebarkan lewat keteladanan.

Nabi isya dalam sejarah pernah diminta oleh orang ramai agar merajam wanita pezina. Itu kayakinan agama ibrani. Tetapi Isya tidak ingin menjadi hakim terhadap wanita itu. Dia hanya berkata. “ Siapa yang tidak pernah berdosa, silahkan lempar batu kepada wanita pezina itu.” Para yahudi yang tadinya garang dan ingin jadi penegak sabda Tuhan, jadi mundur niat merajam wanita itu. Mengapa ? karena tidak ada manusia yang suci. Setelah orang ramai meninggalkan wanita itu dalam kesendiran dan malu. Isya berkata “ pulanglah dan jangan lakukan lagi.” kalimat singkat. Namun itu lebih mengena daripada dakwah diatas mimbar berjam jam.

Agama itu bukan apa yang anda katakan, tetapi apa yang anda lakukan. Orang mungkin tidak paham akan Kitab Suci, dan teologi Agama namun mereka sangat paham kalau anda itu orang baik , apabila menjaga perasaannya dan membantunya, memaafkannya. Darisanalah orang ingin tahu mengapa anda bersikap seperti itu. Kalau anda bicara tentang agama sebagai landasan anda bersikap, maka mereka akan mendengarnya dan mencoba untuk mengerti dan mengikutinya. Tetapi kalau anda berdakwah dengan aura kebencian, walau semua itu bersumber dari kitab suci, bagi orang lain anda tidak lebih provokator , pedagang ayat yang memuakkan. Hanya orang bigot yang tertarik tetapi orang bigot tidak akan membuat agama bersinar, justru tenggelam dan memalukan.

Tuesday, February 18, 2020

Belajar dari Tan Malaka


Tan Malaka bukan komunis seperti cara berpikir Mao atau Lenin yang bersandar kepada Marx. Tan Malaka membaca buku dari Friedrich Engels. Dia pelajari sepenuhnya jalan pikiran Marx tentang filsafat alam dan ontologi material. Setelah itu Tan Malaka dengan terpelajar mengkritik Engels dan tentu Marx. Itu pernah disampaikannya dalam forum resmi Komunis sedunia di Moscow semasa dia masih mahasiswa di Belanda. Kalau anda baca buku Madilog karya Tan Malaka, anda akan tahu bahwa Tan tidak setuju dengan pemikiran Marxisme-Leninisme yang senantiasa menuntut ketaatan mutlak terhadap Partai Komunis, alias pimpinannya. Madilog menolak segala bau ideologis, menolak jargon ortodoksi partai yang tahu segala-galanya. Madilog adalah imbauan seorang nasionalis sejati pada bangsanya untuk ke luar dari keterbelakangan dan ketertinggalan.

Ketidak setujuan Tan Malaka kepada politisasi Agama juga punya alasan sama dengan ketidak setujuan dia dengan komunisme Marx. Mengapa ? karena adanya ketaatan mutlak kepada khalifah dan ulama. Ini akar kemunduran yang jadi penyebab mundurnya peradaban islam. Juga kemunduran China. Bahwa kemunduran China dan akhirnya dikalahkan oleh pihak asing karena terbelenggu dalam keterbelakangan oleh "logika mistika”. Orang percaya kepada Tuhan yang gaip namun orang tidak percaya hukum ketetapan Tuhan, bahwa Tuhan tidak kirim makanan kesarang burung tetapi Tuhan menyediakan sayap agar burung bisa terbang mendapatkan makanan. Keimanan kepada Tuhan justru melumpuhkan logika yang sehingga hilangnya etos kerja dan semangat kemandirian sebagai makhluk sosial. Tan menolak ini dengan keras.

Setelah perjalanan panjang Tan di negeri orang, dia heran ketika kembali ke tanah air. Mengapa orang masih terjebak dengan pemikiran mistik itu?. Dia yakin seyakinnya bahwa kolonialisme di Indonesia lebih disebabkan kepada tumpulnya akal akibat pemahaman agama yang salah. Kelemahan itulah yang membuat Indonesia mudah dijajah. Membuat Indonesia merdeka tidak sulit tetapi membuat rakyat merdeka dalam berpikir itu tidak mudah selagi agama membelenggu otak mereka. Kalau kebebasan berpikir tidak ada maka sampai kapanpun kolonialisme itu tetap akan terjadi. Bukan hanya dari pihak asing dan kapitalisme tetapi juga bisa akibat politisasi agama atau idiologi yang tujuannya sama yaitu menindas rakyat. Nah solusi dari kebebasan berpikir namun tetap dalam kuridor agama dan budaya, Tan menawarkan pemikiran materail, dialektika dan logika atau disingkat Madilog. Mari kita perhatikan pemikiran Tan Malaka. Dari "logika mistika" lewat "filsafat" ke "ilmu pengetahuan" atau “sains”.

Materialisme.
Orang Indonesia itu sangat suka melihat segala peristiwa di alam ini dengan pemikiran cocok logi, yang berbau takhyul. Bencana alam dianggap sebagai kutukan Tuhan. Padahal itu peristiwa alam sebagai hukum alam. Kita tidak terbiasa melihat persoalan dengan akal yang mengundang kita untuk mencari tahu mengapa terjadi. Kita tidak terbiasa mempelajari sesuatu yang realitas dengan dasar keilmuan. Konsepsi Tan sederhana saja, daripada mencari dalil sorga dan neraka, carilah penyebah terhadap realita yang ada pada diri sendiri. Daripada menganggap miskin dekat dengan sorga, mengapa tidak mencari sebab kemiskinan itu terjadi pada diri sendiri. Selidikilah realitas material dan itu berarti: pakailah ilmu pengetahuan! Jangan bego!

Dialektika 
Dunia ini berubah dan satu satunya yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Mengapa ? dengan rendah hati Tan Malaka menyatakan bahwa dialektika berarti bahwa realitas tidak dilihat sebagai sejumlah unsur terisolasi yang sekali jadi lalu tak pernah berubah. Dialektika mengatakan bahwa segala sesuatu bergerak maju melalui langkah-langkah yang saling bertentangan. Khususnya ia menyebutkan dua "hukum" dialektika: "hukum penyangkalan dari penyangkalan" dan "hukum peralihan dari pertambahan kuantitatif ke perubahan kualitatif”. Jadi melarang kebebasan berpikir dan memaksakan persepsi kebenaran terhadap orang lain adalah cacat akal. Makanya paham HT yang menjadikan khilafah sebagai kewajiban beragama diaggap itu cacat akal , tak ubahnya dengan Komunis.

Logika 
Tan malaka menegaskan bahwa logika tidak dibatalkan oleh dialektika, melainkan tetap berlaku dalam dimensi mikro. Tan Malaka justru menunjukkan bahwa pemikiran logis, dengan paham dasar dialektis, membebaskan ilmu pengetahuan untuk mencapai potensialitas yang sebenarnya. Logika gaib seharusnya dilawan dengan logika yang sebenarnya dan karena itu perubahan terjadi, keberadaan Tuhan diagungkan. Agama bukan tujuan tetapi hanya metodelogi mencapai Tuhan. Samahalnya, Komunis seharusnya bukan melaksanakan pemikiran Marx tetapi hanya sebagai metodelogi mencapai tujuan.

Walau Tan Malaka tidak pernah membahas tentang adat dan budaya bangsa Indonesia namun dia mengajak orang untuk tidak perlu memilih pemimpin karena faktor keturunan dan dengan embel embel dia titisan dewa ( atau penerus Rasul ). Ada faktor-faktor yang lebih penting memilih seorang jadi pemimpin yaitu seperti sumbangsih pemikiran dan kepeduliannya, kepintaran dan intelektualitas. Tan Malaka ingin mengajak orang agar lebih partisipatif dan meninggalkan segala hal berbau irasionalitas dan budaya primordial yang marak terjadi di Indonesia baik dalam politik, budaya maupun ekonomi.

" Bagaimana keluarga bisa melahirkan putra sehebat itu? tanya teman dari China. 
Dengan tersenyum saya katakan " Tan lahir dari keluarga muslim yang taat. Dalam usia belia sudah hafal Al Quran. Namun dia berkembang dari pemikiran islam moderat, bukan islam puritan pakai baju gamis dan celana cingkrang. Pasih dalam 6 bahasa dan terpelajar, jago berdebat namun tetap tidak merendahkan orang lain. Itu budaya kami dan begitu agama mendidik kami. Tan pernah berkata " Ketika saya berdiri di depan Tuhan saya adalah seorang Muslim, tapi ketika saya berdiri di depan banyak orang saya bukan seorang Muslim, karena Tuhan mengatakan bahwa banyak iblis di antara banyak manusia! "
" Tapi mengapa Indonesia tidak belajar dari Tan ?
" Kami belajar dan di era Jokowi kami terapkan itu."
" Ya saya melihat itu ketika Jokowi berkunjung ke China. Dia pernah bilang, kami bisa melebih china dan itu tidak perlu lama dan tidak perlu ada revolusi kebudayaan..Caranya ? revolusi mental!

***
Teman aktifis islam  bertanya kepada saya "Sepertinya anda marhaen".
Dengan tersenyum saya menanggapinya tanpa berkata. Wajahnya nampak tidak suka. 

' Marhaen, itu kakak adik dengan komunis " katanya lagi.

Saya kembali tersenyum 

" Komunis anti Tuhan, betul, kan" Katanya 

"Komunis tidak anti Tuhan tapi memang melarang agama terlibat dalam politik.Tidak ubahnya dengan paham sekular lainnya seperti kapitalisme, liberalisme,sosialisme, pancasila. " kata saya dengan rendah hati.

" Anda juga pendukung semua paham sekular seperti demokrasi, kapitalisme, liberalisme. Padahal anda beragama islam.”

Saya tersenyum.

" Apa sebetulnya sikap anda"kejarnya dengan wajah tidak suka.

" Apapun sikap saya karena dasarnya agama yang saya yakini ya Islam. Semua orang suka demokrasi, utamanya yang berlaku untuk sistem yang modern. Tetapi islam bukanlah lawan dari demokrasi. Islam bukanlah lawan dari kristen atau-pun yudaisme. Dipandang secara ketat sebagai sebuah sistem keyakinan keagamaan, Islam memiliki lebih banyak wilayah persetujuan daripada perselisihan dengan agama kristen dan bahkan lebih lagi dengan yudaisme. Akan tetapi tentu saja menyesatkan untuk menganggap islam sebagai satu anggota dalam sebuah kelas yang anggota lainnya adalah Yudio-Kristen, Hindu, Budha, dll. Tidak akurat, tentu saja. Islam adalah sebuah agama , seperti yang lainnya,sehimpunan kepercayaan dan amalan berbeda, yang berkaitan dengan etika, moral, Tuhan, kosmos, dan kefanaan.

Tetapi islam bisa secara syah dianggap sebagai satu anggota dalam sebuah kelas yang anggota lainnya meliputi komunisme, demokrasi parlementer / presidentil, fasisme dan sejenisnya, Karena Islam adalah sebuah proyek sosial seperti yang lain itu, sebuah ide tentang bagaimana politik dan ekonomi harus dikelola, sebuah sistem lengkap hukum perdata dan pidana. Islam sebagai satu anggota dalam sebuah kelas yang anggota lainnya mencakup peradaban China, peradaban India, Peradaban Barat, Peradaban Indonesia dan seterusnya, karena ada semesta artefak budaya dari seni hingga filsafat hingga arsitektur hingga kerajinan hingga hampir setiap bidang usaha budaya manusia yang bisa dengan tepat disebut Islami.

"Mengapa anda bersikap seperti itu ?

"Ya karena Islam adalah narasi besar yang bergerak melintasi waktu, berlabuh dengan kelahiran komunitas itu di mekah dan Madinah empat belas Abad yang lalu. Jika kita melihat terbentangnya sejarah kemajuan peradaban dari masa kemasa maka tahulah kita bahwa Islam adalah sebuah kompleks luas tujuan bersama yang bergerak sepanjang masa, didorong oleh semangat meninggikan kalimat Allah untuk kebaikan, kebenaran dan keadilan.Mungkin saatnya esensi Islam itu harus di definiskan dalam bersyariat agar tidak ada komplik internal dengan asumsi yang berbeda beda. Sehingga terbentuk barisan yang kuat untuk sebuah projek social yang menentramkan bagi agama lain , budaya apapun , idiologi manapun , ya sebuah makna tentang rahmatan lilalamin…"


Dia terdiam...dan berlalu. 

***
13 Mei 1968, Revolusi Kebudayaan China, mereka menangkap Zhou dan membunuhnya. Tubuhnya dipotong potong. Jantungnya dimakan mentah mentah. Kaki dan kepalanya digantung di depan pasar kota, Wuhuan. Beribu ribu orang menontonnya. Janda, Zhou pun diseret kesana untuk melihat. Perempuan yang sedang hamil tujuh bulan itu diperintahkan untuk membuka bajunya. Ia menolak. Tapi seorang pemuda revolusioner, memaksa merenggut bajunya dari belakang. ” Terlalu kurus untuk dimakan ” kata pemuda itu setelah melihat tubuh kerempeng wanita itu dalam keadaan telanjang. Dalam ketakutan teramat sangat wanita itu melihat para pemuda revolusioner sedang memakan jantung suaminya dan sebagian ada pula yang sedang memakan kemaluan suaminya. Ini kanibalisme. Budaya binatang.

Dengan wajah dan mulut berlumuran darah , para pemuda itu berkata ” Ini suami mu ?
” Ya. ..” jawab wanita itu dengan rasa takut.
‘ Dia kapitalis penghisap darah rakyat. Benarkah ?
‘ Ya, Benar ‘ Suara wanita itu ketakutan, Dia sadar bahwa berkata “ tidak” adalah mengundang kematian.

Itulah gambaran sekilas tentang yang terjadi ketika Revolusi Kebudayaan yang menguncang China di paruh kedua tahun 1960 an sampai dengan tahun 1975 memang ganas. Yang paling buruk dari komunis adalah kebencian luar biasa kepada lawan politiknya. Berawal kepada kebencian karena perbedaan politik kemudian dengan seni propaganda yang diserang adalah pribadi lawan politik. Apapun dapat dijadikan alasan merusak reputasi lawan. Karena landasan moralnya bukan agama tapi politik maka mereka tidak merasa berdosa untuk memfitnah lawan politiknya dengan cara cara sistematis untuk menanamkan mindset kepada pengikutnya untuk terus menghidupkan kebencian dan amarah kepada lawan politiknya. Dan bila mereka menang maka hukum rimba dibenarkan akibat konsekwensi dari propaganda

Hal yang indentik dengan politik komunis soal kekerasan secara personal kepada lawan politik hanya sebanding dengan Islam radikal. Dimana agama dijadikan dokrin politik dengan pijakan tafsir Al Quran dan hadith yang dipolitisir. Targetnya adalah menggiring kaum BOTOL menjadi budak dan mesin perusak cinta dan kasih sayang. Tujuan utopia yang berlabelkan syariah islam menjadi pembenaran untuk meng-halalkan darah lawan politiknya atau siapa saja yang berbeda paham dengan mereka. Ada ulama yang mengeluarkan fatwa soal itu dan mereka siap bertarung bela ulama.

Makanya kini jangan terkejut bila cara mereka mengfitnah Jokowi sampai kepada masalah personal seperti meragukan ibu kandungnya, merusak rasa hormat seorang ayah yang menikahkan putrinya. Orang bermoral tahu bahwa issue ini jelas sangat menghina, apalagi adat orang timur dimana ibu sangat dihormati. Sangat memuliakan putrinya. Tapi mereka tidak peduli. Andaikan ada kesempatan mereka bisa membunuh Jokowi dan memakan daging jokowi seperti kasus Zhou di China ketika revolusi kebudayaan, pasti akan mereka lakukan. Saya pribadi pernah dikirim screenshot oleh nitizen yang memuat daftar orang yang jadi "target "kalau Jokowi jatuh dan kelompok mereka menang.

Mengenang ”Revolusi Kebudayaan ” , bagi china adalah mengenang sisi gelap. Tidak ada satupun warga China yang menginginkan jam berdetak mundur kemasa gelap itu. Kemajuan yang begitu pesat disegala sektor paska revolusi kebudayaan telah membuat mereka gamang dengan segala impikasi buruk seperti masa lalu. Koreksi demi koreksi adalah ujud dari ketakutan masa lalu yang gelap. Dari sinilah mereka belajar dari sejarah untuk hari esok yang lebih baik. Namun tetap saja Partai Komunis China exist hanya sebagai alat persatuan. Namun setidaknya mereka tidak lagi menyelesaikan perbedaan politik dengan hukum rimba tapi dengan pedang hukum. Tidak ada lagi politik personal tapi komunal dengat semangat gotong royong.

China sadar bahwa musuh utama China adalah politisasi agama, bukan berpolitik dengan moral agama. Musuh utama china adalah politisasi komunis , bukan berpolitik dengan moral komunis. China tidak menghapus komunis dan tentu tidak pula memusuhi agama tapi meluruskannya untuk peradaban yang lebih baik untuk china yang bersatu dan bermartabat.


Saturday, February 15, 2020

Anak yang sholeha.

“ Tadi pagi dia masih sehat. Tak kurang apapun. Tapi kini dia telah tiada. “ Kata anggota keluarganya ketika aku datang menjenguk di rumah duka. Memang sangat mengejutkan. Semua Para sesepuh adat, alim ulama, dan karib kerabat yang berdatangan, semua terkejut. Mereka memasang wajah duka. Merekalah tadinya yang ketiban rezeki melimpah ketika Pilkada, dan memenangkan Rahmat dalam Plkada. Itu karena pak Rahmat sangat peduli dengan para tokoh itu. Memberi mereka uang dan hadiah. 

“ Kamu udah tahu? kata teman berbisik kepadaku. 
“ Apaan ? 
“ Pak Rahmat meninggal di hotel. Padahal sejam sebelumnya dia meresmikan peletakan batu pertama proyek pembangunan masjid. Itu sesuai janjinya waktu pilkada. “
“ Ngapain dia di hotel ? 
“ Engga tahulah aku. Yang jelas , jasadnya ditemui dalam keadaan mengenaskan. Lidah terjulur hingga dagu dan mata terbelalak serupa orang mati setelah gantung diri. “
“ Kata dokter apa penyebabnya ?
“ Tak tahu aku. Mungkin narkoba ya. Overdosis.”
“ Ah jangan pula kau berprasangka buruk. Dia itu orang sholeh”
“ Ya maafkan aku. Bisa jadi jantung ya.”
“ Ah sudahlah. Engga usah berprasangka macam macam. Nanti terdengar pula sama anggota keluarganya. Jadi ribut. Kita doakan saja semoga arwah beliau diterima di sisi Tuhan.” 

Mata orang banyak tertuju kepada wanita yang baru turun dari taksi. Itu putri Pak Bupati. Namanya Arum. Waktu dia datang, Jenazah ayahnya sudah rampung dikafani, tak lama lagi akan segera disembahyangkan, sebelum diusung ke pemakaman. Raut muka perempuan itu tampak murung dan kecewa. Sebab, sudah tak mungkin lagi ia melepaskan tali pengebat kain kafan sekadar memberi kecupan di kening ayahnya, sebagai ciuman yang terakhir sebelum jenazah itu dikuburkan.

“Jadi pejabat ndak usah terlalu jujur,!” begitu kelakar almarhum ayahnya dua tahun lalu. Saat aku sedang di rumah Pak Bupati untuk urusan Pilkada. Sesaat sebelum Arum berangkat ke Mellbourne, menyelesaikan program doktor, bidang ilmu politik.

“Maksud ayah ?”

“Lihatlah jalan umum kampung kita! Persis seperti kubangan kerbau. Rusak parah dan sudah tak layak tempuh.”

“  Nah, mumpung ayah sedang memegang jabatan bupati, ndak ada salahnya ayah membuat proyek pelebaran jalan. Bila perlu diaspal beton sekalian!” jelas Arum, “Hitung-hitung proyek itu dapat menunjukkan rasa terima kasih ayah pada rakyat yang memiliih”

“ Waktu pilkada memang Ayah butuh rakyat. Mereka butuh janji. Tetapi setelah menjabat Ayah butuh DPRD. Mereka engga butuh janji tertunaikan. Mereka hanya ingin berbagi uang APBD. Apapun proyek, yang utama berbagi dulu. Sisanya baru untuk proyek.”

“Ah Ayah. Tak ada salahnya utamakan rakyat. Perbaiki insfrastruktur jalan,  perbaiki pasar rakyat.  Kalau itu dibangun, ekonomi juga akan tumbuh cepat, ayah. Pajak akan bertambah, uang APBD akan meningkat. Pada akhirnya semua happy.”

“Itu hanya ada di bangku kuliah kamu.  Dalam politik kadang kita perlu keadaan kumuh dan miskin. Agar rakyat semakin tergatung kepada pemerintah dan partai. Nanti waktu Pilkada mudah dibohongi. Kalau mereka makmur, mereka pasti pintar. Tak bisa lagi dibohongi. Engga mudah lagi dapatkan korsi anggota dewan dan Bupati.” Kata Pak Rahmat sambil melirik kearahku dengan tersenyum.

“ Tapi jabatan itu adalah amanah Tuhan, Ayah. “

“ Dalam kehidupan nyata engga begitu sayang. Kalau itu yang ayah lakukan, semua anggota DPRD akan memusuhi ayah, termasuk para ulama, ketua adat dan lainnya. Lihat contoh Guberur DKI si kafir itu. Dia jujur, tetapi dijatuhkan, didemo jutaan orang. Amanah itu bukan kepada rakyat tetapi kepada mereka yang bantu ayah jadi bupati, paham kamu.” 

“ Kalau tidak ada kinerja yang berarti selama ayah jadi bupati. Lantas ayah mau dikenang sebagai apa setelah mati?. Kata Arum. Menurutku itu kata kata yang sangat bijak bagi orang terpelajar dan anak yang sholeh. Tetapi tidak ditanggapi serius oleh Rahmad

Pak Rahmat berpendidikan tinggi. Namun prestasinya tidak ada yang bisa dibanggakan sebelum dia jadi Bupati. BIasa saja. Tetapi dia memang pandai bicara. Para ulama dan tokoh masyarakat dia dekati dengan janji macam macam. Jaringannya luas. Mungkin waktunya lebih banyak sibuk diluar kerjaannya sebagai pejabat kota. Tapi sayang dia bukan orang partai. Aku mendekatinya untuk dicalonkan sebagai Bupati. Waktu itu dia sangat antusias. 

“ Kalau kau bisa sediakan uang mahar ke partai, sekian miliar. BIsa kasih uang sekian miliar untuk tokoh agama dan adat. BIsa kasih uang sekian miliar untuk tokoh pemuda dan buruh. Aku pastikan kita bisa menang mudah. “ Kata Pak Rahmat. Memang uang sebanyak itu tidak ada arti kalau memang dia bisa menang dan meloloskan rencana boss ku di jakarta dapatkan konsesi alih fungsi  hutan lindung untuk tambang emas. Aku percaya akses jaringan primordial Rahmat. Semua mengenal dia.

Ketika aku mendatangi Partai agar mengusung Rahmat, mereka senang dengan uang yang aku janjikan. Soal mahar engga ada masalah. Tetapi partai tetap ingin kepastian memang Rahmat punya elektabilitas tinggi. Karena partai tidak mau mengusung untuk kalah. Itu bukan masalah. Konsultan survey untuk menentukan rating elektabilitas bisa dibayar. Hasil survey memang memuaskan partai untuk mengusung Rahmat. Maka resmilah Rahmat sebagai Calon Bupati. Aku menyerahkan  uang sekaligus. Tentu tidak dengan transfer tetapi dengan uang tunai, dalam mata uang dollar. 

Tetapi setelah Rahmat memenangkan Pilkada, dia selalu berkilah untuk menepati janjinya. “ Kita harus pastikan tidak melanggar AMDAL. Kita harus pastikan tidak ada pelanggaran hukum baik tingkat Provinsi maupun Pusat.  Sebelum itu ada kepastian, saya tidak bisa mengeluarkan rekomendasi konsesi alih fungsi lahan hutan lindung.” Bah, dasar politisi. Engga bisa dipegang omongannya. Rasanya aku ingin pukul jidatnya dengan botol. Tetapi aku berusaha bersabar. Uang yang dia terima dan jabatan yang dia dapat  tidak membuat dia bisa dibeli. Dia terlalu cinta dengan jabatan dan reputasinya.

Setelah dua tahun menanti sabar. akhirnya aku menyerah. Udah engga tahan ditekan oleh boss di Jakarta.  Apalagi semua network  politik ku di partai dan DPRD kandas. Semua berpihak kepada Rahmat.
“ Maaf boss. Saya gagal “ Kataku dengan wajah murung.
“ Ah santai saja. Engga usah terlalu kawatir. Sekarang kamu cari kelemahan dia.’
“ Engga ada kelemahan dia. Uang dan jabatan tidak bisa membeli dia.”
“ Kalau gitu kasih dia  perempuan.”
“ Dia orang sholeh. “
“ Justru karena itu kasih dia wanita sholeh”
“ Istrinya lebih sholeh.”
“ Cantik ?
“ Engga juga.”
“ Kalau gitu, kasih dia yang sholeh dan cantik.”
“ Oh baru kepikiran boss. Benar juga.”
“ Lakukan itu. Soal uang engga ada masalah “ 

Pada satu kesempatan , Rahmat ada tugas ke jakarta. Aku mendampinginya. AKu sudah atur pertemuan dia dengan wanita yang akan jadi umpan.  Benarlah. Umpan itu dimakan begitu saja. Setelah itu hubungan mereka semakin dekat. Rahmat semakin kasmaran dengan wanita itu.  Tiga bulan kemudian, mereka menikah sirih di Jakarta. Aku belikan apartement untuk wanita itu. Selanjutnya tugasku adalah memaksa wanita itu membujuk Rahmat agar meloloskan keinginanku mendapatkan rekomendasi lahan. Tetapi tetap saja ada alasan Rahmat untuk menolak. Aku engga menyerah. Wanita itu aku jejali terus dengan uang dan perhiasan. Agar dia merasa berhutang. 

Rahmat akhirnya luluh dan setuju memberikan rekomendasi setelah aku setuju mengeluarkan donasi membangun masjid. Rencananya keesokannya setelah peletakan batu pertama pembangunan masjid , rahmat akan menyerahkan surat rekomendasi kepadaku. Kami janjian di hotel yang sudah aku siapkan untuk istri sirihnya yang khusus datang dari Jakarta. Tetapi sejam setelah rahmat di kamar, istri sirih nya dengan wajah pucat menemuiku di lobi hotel. “ Bang, bapak meninggal “  Kata istri sirihnya dengan wajah pucat. Itu membuat aku terkejut. 
“ Tapi surat nya sudah kamu terima.” Kataku cepat. Itu yang penting bagi ku. Soal Rahmat mati engga penting amat.
“ Udah. Ini suratnya Dia teken dua hari lalu.Jadi giman bang. Aku takut” Kata istri sirihnya seraya menyerahkan surat itu. Aku langsung masukan kedalam tas.
“ Tenang saja. Kamu pergi saja ke bandara. Langsung pulang ke Jakarta, selanjutnya urusanku.”
“ Makasih Bang. “ Kata istri sirihnya bergegas pergi.

Aku telp Polisi untuk evakuasi Jasad Rahmad. Hasik pemeriksaan dokter Rahmat meninggal karena overdosis obat kuat. Di meja baca, ada jamu khusus obat jantung. Ternyata Rahmad mengidap penyakit jantung udah lama. Namun dia tidak pernah periksa ke dokter. Polisi bisa aku ajak damai. Sehingga rahasia istri sirih Rahmat tidak sampai muncul di publik. Kehormatannya di depan keluarga tetap bagus. Keluargapun dapat menerima kematian Rahmad. Tapi yang sangat berduka adalah Arum. ingat kata kata Arum dulu, “  Kalau tidak ada kinerja yang berarti selama ayah jadi bupati. Lantas ayah mau dikenang sebagai apa setelah mati?. Yang jelas setelah setahun Rahmat meninggal, hutan lindung sudah berubah fungsi untuk tambang emas. Hutan hancur dan lingkungan rusak. Rakyat tetap miskin.

Ternyata cinta itu berbalas...



“ Jangan sampai engga datang ya. “ Kata teman SMA ku waktu di kampung. Pesan itu disampaikan via BBM. Ketika itu aku sedang di luar negeri. Sebetulnya aku malas untuk reunian. Semua teman SMA ku melanjutkan pendidikan sampai Universitas. Sementara aku tidak. Pasti mereka akan bertanya” Kuliah di mana ? Sudah S2?  Dimana S2 nya.? Kalau itu ditanya, aku harus bilang apa. Toh dari sejak SMA aku memang bukan anak yang masuk hitungan mereka. Aku dari keluarga miskin dan otak pas pasan. Sudah pasti mereka tahu aku, keadaanku, dan pertanyaan itu seakan hanya ingin mempertegas bahwa aku berbeda dengan mereka. Aku bukan generasi first class. 

Tapi entah mengapa aku sempatkan juga datang. Itu karena dalam pesan singkat tertera “ Bunga, datang loh dari Palembang. Dia kangen kamu katanya “ Benarkah? apakah ini hanya dagelan saja. Aku yakin tidak ada yang tahu kalau dulu waktu SMA aku sering mencuri pandang kepada Bunga. Aku menaruh hati dan cukup puas sampai pada perasaan. Tanpa ada keberanian untuk menyampaikan perasaanku. Rahasia perasaanku tersimpan rapat. Tak ada yang tahu. Mengapa sampai ada pesan seperti itu. Menyebut nama Bunga? Ah mungkin kebetulan saja. Tapi ini mendorongku untuk datang reunian. 

Sampai di Jakarta, aku langsung terbang ke kotaku tempat reunian. Aku sempat telp sahabat SMA ku untuk memastikan aku sudah di Bandara menuju Kotaku. Dia senang sekali. Setiba aku di kotaku, aku sengaja tidak memberi tahu orang tuaku. Aku memilih tinggal di Hotel. Rencana keesokan harinya aku kembali ke Jakarta. Keluar dari gate bandara, seseorang berjalan menghampiriku. Wajanya berbalut senyum. Wanita berkerudung. Aku membalas senyum seadanya. 

“ Bimo ya? Katanya bertanya kearahku. 
“ Ya..” aku masih bingung. Siapa wanita ini.
“ Duh lupa ya. Aku Bunga.” Katanya. Itu seperti geledek di siang bolong. Benarkah ini Bunga. Mengapa sekarang dia berbeda?. Oh ya , dia pakai jilbab. Muslimah kah dia? 
“ Keren kamu Bimo” katanya membuyarkan lamunanku. “ Makin gagah dibandingkan waktu SMA. Aku yakin kamu pria terkeren di reunian nanti” Katanya
“ Ah engga juga. Ini kebetulan aja aku pakai jas. Maklum aku dari luar negeri langsung ke mari. Aku tetap seperti dulu yang kamu kenal” 
“ Engga. Kamu berubah total. Benar benar berubah. Kulit kamu engga lagi keling. Udah putihan. Kaya china kamu”
“ Bisa aja kamu.”
“ Eh benar. Kokoh ku mungkin lebih gelap dari kulit kamu”
“ Loh katanya kamu di Palembang.” 
“ Ya. Tadi pagi datang. Aku sengaja jemput kamu. Aku kangen kamu Bimo. Kamu engga kangen? “ Katanya yang membuat aku terkejut. Mengapa dia berbeda sekarang. Dulu dia sangat berjarak dengan aku.
“ 20 tahun kita engga bertemu. Kamu sudah punya anak berapa ? kataku mengalihkan pembicaraan. Dia terdiam lama.  Ada mendung di wajahnya.
“ Aku tidak pernah menikah, dan tidak pernah punya pacar.”
“ Kenapa ? Kataku terkejut.
“ ya engga ada jodoh. Mau gimana lagi.”
“ Jangan begitulah. Kamu itu cantik. Pintar dan keluargamu orang kaya. Engga mungkin engga ada pria yang mendekati kamu.”
“ Faktanya ya aku sampai sekarang masih jomblo. Udah ah bicara soal keluarga. Kan ini acara reunian. Engga ada hubungan dengan keluarga. Kita bertemu tentang kita yang remaja dulu pernah bersama sama. Ya kan.”  Katanya. Aku mengangguk.

***
Setelah reunian itu, tiga bulan kemudian aku dapat telp dari Bunga. Bahwa dia sudah pindah di Jakarta. Perusahaannya memindahkan dia ke Kantor Pusat. Berharap bertemu denganku. Kami bertemu disebuah cafe pada sore hari. 

“ Aku punya rahasia yang harus aku sampaikan. Mohon aku dimaafkan.” katanya.
“ Rahasia apa sih. Ngomong apa Dan lagi emang kamu pernah ada salah denganku. “ Kataku tersenyum.
“Ingat engga waktu SMA kamu menulis cerpen untuk lomba tingkat sekolah. “
“ Ya ya aku ingat. Tapi engga jadi aku ikut lomba. Cerpenku ditolak oleh guru bahasa. Kalau engga salah, ibu guru bilang tuisanku tata bahasanya banyak salah. Juga penulisan kalimat kata penghubung dan kata keterangan, salah semua. Terus gimana kamu bisa tahu cerpe aku itu ?
“ Rudi yang kasih ke aku sambil mengolok ngolok kamu. Katanya dia dapat dari kamu.”
“ Entah aku lupa.”
“ Tetapi setelah aku baca, tulisan itu bagus sekali. Makanya aku kirim cerpen kamu ke majalah remaja untuk lomba menulis. Itu bukan karena aku plagiat tetapi aku engga terima kamu diolok olok oleh teman. Aku ingin buktikan tulisan kamu bagus. Soal tata bahasa aku perbaiki sendiri. Terbukti kemudian cerpen kamu dapat penghargaan dari majalah sebagai cerpen remaja terbaik tentang spiritual.”
“ Oya aku ingat. Pernah ditempel di majalah dinding sekolah. Penghargaan itu atas nama kamu.”
“ Terus kenapa kamu engga protes?
“ Aku malah senang. Karena aku lihat kamu bahagia sekali dengan ucapan selamat dari teman teman.
“ Begitu? mengapa ?
“ Aku naksir berat sama kamu. Tetapi itu dulu. Aku malu untuk menyampaikannya. Aku sadar diri. Aku dari keluarga miskin, dan kamu orang kaya”
“ Ih segitunya pikiran kamu.” 
“ Faktanya memang begitu.”
 " Sekarang here i am" katanya. Dia tersenyum dengan wajah merona
" Sekarang semakin jauh untuk kugapai. You are too perfect. " 
" So...." 
“ Jadi engga perlu minta maaf soal cerpen itu. Justru itu kenangan terindah bagiku. pernah membuat orang yang aku cintai bahagia.”

Setelah itu apabila aku sedang di Jakarta, aku menyempatkan untuk bertemu dengannya. Dia teman ngobrol yang sangat mengasyikan. Entah mengapa kadang kalau sedang gundah karena masalah bisnis, ,aku telp dia. Dengan sabar dia menerima telpku. Kadang tengah malam, dia tidak merasa terganggu menerima telpku.

Begitu besar perhatiannya kepadaku namun aku tetap mengganggap dia ayam merak yang engga mungkin berdekat dengaku yang ayam kampung. Hubunganku dengan dia tetaplah sebagai sebuah persahabatan. Tetapi bagiku indah sekali. Kadang, ada keraguan untuk telp dia bila aku sedang di luar negeri. Namun entah mengapa seketika ada SMS masuk dari dia. Selalu mengingatkan aku untuk menjaga kesehatan. Cukup tidur dan istirahat.

Suatu waktu ketika aku di kantor di Luar negeri,  aku dapat telp dari dia. Kami bicara sekitar 15 menit. Aku terpaksa sudahi telp karena ada jadwal meeting. Berjanji akan telp kembali. “ Engga usah, Bimo. Utamakan kerjaan kamu. Yang penting jangan lupa  istirahat. Ya.” Katanya. Sejam setelah aku keluar dari kantor, aku dapat telp dari seseorang. “ Nak Bimo, Bunga dipanggil Tuhan.” terdengar suara wanita menahan tangis.
“ Ah yang benar, bu. Baru sejam lalu dia telp saya.”
“ Ya itu kami tahu. Kami semua mendengar dia telp Nak Bimo.”
“ Maaf, anda siapa ?
“ Saya mamanya.” 
Aku terduduk lemas di kantor. Segera aku berangkat ke Airport untuk terbang ke Jakarta. Dari keluarganya aku tahu ternyata Bunga mengidap kanker sudah 3 tahun. Mengapa dia tidak pernah cerita bahwa dia sedang sekarat. Mengapa?  

Keluarganya memberikan surat kepadaku.  “ Bunga, titip surat ini untuk kamu “ kata mamanya.
Aku segera membuka surat itu. Airmataku jatuh. Dalam surat itu dia menulis singkat sekali. “ Aku berdoa kepada Tuhan agar jemputlah aku pulang setelah aku bertemu dengan cintaku. Cinta pertamaku.  Aku tahu Tuhan tidak pernah salah menitipkan perasaan cinta kepada manusia. I do love you, Bimo. You take care my dear..” 

Akhlak atau spiritual

  Apa pendapat bapak soal kenaikan pajak PPN 12 % “ tanya Lina. Peningkatan tarif PPN tujuannya tentu untuk meningkatkan penerimaan negara d...