Wednesday, May 15, 2019

Romantika politik Nusantara.

“ Jokowi bilang bahwa Indonesia memiliki peluang besar menjadi salah satu negara ekonomi terkuat ke-4 atau ke-5 di dunia pada tahun 2045. Apa kuncinya ? Jokowi yakin pengembangan ekonomi syariah akan membawa Indonesia menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terkuat di dunia.” Kata teman, yang mengutip pidato Jokowi dari media digital. Mengapa Jokowi cenderung ke Islam belakangan ini ? katanya. Saya katakan dari dulu pemimpin kita adalah pemeluk agama islam. Berkali kali terjadi chaos negeri ini namun selalu dapat diselesaikan dengan damai. Itu karena pemimpinnya menerapkan ajaran islam dengan benar.  
Perjuangan pergerakan kemerdekaan yang dimotori oleh kaum terpelajar Islam. Bukan hanya Kolonial Belanda yang di tentang mereka, termasuk mental feodal kaum bangsawan juga ditentang mereka. Tapi mengapa sekarang ini seakan Islam terbelah ? katanya. “ Islam itu satu dan tidak akan terbelah. Hanya mungkin terjadi perbedaan pandangan. Perbedaan metodelogi cara berjuang dalam politik. Maklum karena Islam tidak punya platform yang baku soal politik. Dalam hal idiologi, bisa saja Islam lebih banyak kesesuaian dengan sosialis, komunis , nasionalis, monarkhi seperti di Brunei atau di Arab. Tentu bukan berarti Islam sama dengan idiologi. Islam  adalah ajaran tentang tauhid dan akhlak. Islam tidak mengajarkan politik tetapi islam menanamkan akhlak yang baik untuk orang bisa berpolitik. Mengapa ?  Islam adalah sebuah kompleks luas tujuan bersama yang bergerak sepanjang masa, didorong oleh semangat meninggikan kalimat Allah untuk Kebaikan, Kebenaran dan Keadilan. Makanya diperlukan kecerdasasan politik untuk mencapai tujuan bersama itu. 

Kemerdekaan kita sekarang lahir dari tiga gerakan pemikiran yang hebat. Satu, gerakan Darul Islam oleh seorang Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Yang sampai sekarang basis pengikutnya masih kuat di Aceh, Sulawesi, Jawa Barat. Kedua, gerakan Komunis oleh pemikiran seorang Samaoen, Musso. Yang kini ajarannya dinyatakan terlarang oleh UU. Ketiga. Nasionalisme dari pemikiran seorang Soekarno. Tetapi ketiga gerakan ini ter-inspirasi dari gerakan Sarekat Islam dari seorang HOS Tjokroaminoto.  Sementara Tjokroaminoto sendiri terinspirasi oleh paham pembaharuan islam dari KH Ahmad Dahlan ( Pendiri Muhammadiah)  dan Kh Hashim Ashari ( pendiri NU). Bahwa Islam bukan hanya urusan ritual tapi juga harus bertanggung jawab melakukan perubahan politik untuk tegaknya kalimah Allah. 

Sejarah mencatat, jejak pemikiran sampai Indonesia merdeka itu lahir dari tokoh yang pernah tinggal dalam satu rumah. Disebuah rumah di kota Surabaya yang kini dikenal Jalan Peneleh VII No. 29, Kecamatan Genteng. Empat orang pria muda ngekos di rumah ini. Pemilik rumah bukan orang biasa. Ia dalah tokoh pergerakan yang paling populer di era Kolonial Belanda. Ia adalah intelektual Islam dan ketua Sarekat Islam yang beranggota 2,5 juta orang. Tokoh itu bernama Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto atau yang biasa disebut dengan Tjokroaminoto  Sementara pemuda yang ngekos itu bukan orang kaya. Mereka dari keluarga miskin. Mereka menempati bagian belakang rumah disekat menjadi 10 kamar kecil-kecil untuk tempat kos. Tjokroaminoto yang saat itu berusia 33 tahun tidak memiliki penghasilan lain, kecuali dari rumah kos yang dihuni 10 orang itu. Setiap orang membayar Rp 11. Istri Tjokro, Soeharsikin, yang mengurus keuangan mereka.

Diantara pemuda yang ngekos itu adalah Sukarno, Alimin, Musso, Suherman Kartosuwiryo, dan Soemaoen. Yang paling beruntung Muso dan Alimin karena mereka datang lebih awal. Sehingga menempati kamar yang agak luas. Sementara Soekarno yang datang belakangan tinggal diatas loteng yang sempit tanpa cahaya. Selama ngekos itu mereka sering mendengar diskusi antara Tjokro dengan tokoh nasional seperti KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Ashari, KH Mas Mansyur. Dari diskusi ini para pemuda itu tahu bagaimana menggunakan  politik sebagai alat mencapai kesejahteraan rakyat. Mereka belajar tentang bentuk-bentuk modern pergerakan seperti pengorganisasian massa dan perlunya menulis di media. Mereka juga belajar bagaimana berorasi mempengaruhi massa dari atas panggung. Setiap hari diantara mereka sering terlibat diskusi cerdas. Tentu mereka terinspirasi dari keluasan berpikir seorang Cokroaminoto, dan para tokoh yang ada ketika itu.

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Semua pemuda yang ngekos itu mendapatkan posisi istimewa bagi Tjokro. Mereka pemuda Cerdas dan bersemanat. Namun masing masing pemuda itu berbeda potensinya. Tjokro tahu betul itu. Misal, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo muda mulai tertarik pada dunia pergerakan saat bersekolah di Nederlandsch Indische Artsen School atau biasa disebut Sekolah Dokter Jawa yang berlokasi di Surabaya pada 1923. Kartosoewirjo terjun ke politik, bergabung dengan Jong Java dan kemudian Jong Islamieten Bond. Walau basis gerakannya islam namun yang memotivasinya masuk dalam dunia politik adalah pamannya Marco Kartodikromo, yang beraliran kiri dan sosialisme. Kartosuwiryo jadikan asisten pribadi oleh Tjokro karena kecerdasannya.

Samaoen 
Ketika ngekos di rumah Tjokro usianya masih 14 tahun. Dia bekerja di perusahaan kereta Belanda. Dia terpengaruh dengan gerakan yang sedang di pimpin oleh Tjokro. Namun setahun tinggal di rumah Tjokro dia termotivasi oleh Henk Sneevliet tokoh komunis asal Belanda, membuat dia bergabung dengan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging, organisasi sosial demokrat Hindia Belanda (ISDV) cabang Surabaya. Karena sibuk dalam pergerakan, dia terpaksa berhenti kerja di perusahan kereta dan pindah ke Semarang. Tiga tahun di Semarang atau tahun 1918, dia menjadi anggota dewan pimpinan di Sarekat Islam (SI). 

Belakangan dia bersama-sama dengan Alimin, Darsono, Musso, mewujudkan cita-cita Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat gerakan komunis di Hindia Belanda. SI tidak mempermasalahkan paham komunis itu menjadi alat berpolitik mencapai tujuan. Namun belakangan hubungan mereka dengan SI jadi renggang. Karena perbedaan metodelogi mencapai tujuan. SI lebih memilih jalan intelektual karena begitu islam mengajarkan cara berjuang. Sementara Komunis memilih jalan revolusi dengan aksi perang kelas. Pada 23 Mei 1920, Semaoen bersama Musso mengganti ISDV menjadi Partai Komunis Hindia. Tujuh bulan kemudian, namanya diubah menjadi Partai Komunis Indonesia dan Semaoen sebagai ketuanya. Setelah Indonesi merdeka. PKI di pimpin oleh Musso.

Soekarno.
Sukarno dilahirkan pada 6 Juni 1901 di Surabaya, agama Islam bukan sudut pandang utamanya terhadap dunia. Karena,ayahnya Raden Sukemi Sastrodihardjo, seorang guru, bukan penganut agama yang taat. Ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai yang masuk Islam setelah menikah dengan Sukemi.Juga bukan penganut agama yang luas. Perkenalan Sukarno dengan Islam bermula setelah ia tamat dari sekolah Europese Lagera School di Mojokerto pada 1915. Ia kemudian memperoleh kesempatan melanjutkan studinya di Hogere Burger School (HBS) di Surabaya. Saat itu, Raden Soekemi menitipkan sang anak kepada kawannya Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto.

Kendati berteman dekat, Tjokroaminoto dan ayah Sukarno, Raden Soekemi Sosrodihardjo sedianya memiliki perbedaan strata sosial. Soekemi tetap memercayakan anaknya mengingat ketokohan Tjokro yang saat itu ternama sebagai orator ulung dan pemimpin Sarekat Islam (SI).Di Surabaya, Sukarno mulai ikut dalam pergerakan Islam dan lebih mengenal Islam melalui ceramah-ceramah pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Perkenalannya dengan KH Ahmad Dahlan ketika yang bersangkutan berceramah di dekat rumah Tjokroaminoto. Sukarno menuturkan, ia saat itu sedemikian terpukau dengan ceramah-ceramah KH Ahmad Dahlan. Setelah itu, setiap Dahlan berceramah, ia selalu ikut.

Bung Karno juga mengagumi kemampuan politik praktis dari Tjokroaminoto. Tjokro memang dikenal dengan kemampuannya berpidato, menulis, dan menggerakkan massa. Sebaliknya, Tjokoaminoto juga menyadari jiwa kepemimpinan Sukarno. Ia bahkan berani menaruh harapan terhadap Bung Karno untuk melanjutkan kepemimpinannya di SI. Tjokro juga mengizinkan Sukarno menikahi putrinya, Utari. Dari rumah di Gang Peneleh itu, Sukarno kemudian mengenal sejumlah tokoh SI, seperti Abdul Muis dan Haji Agus Salim. Dari Agus Salim, yang memang memiliki penguasaan Bahasa Arab, Sukarno juga mendalami Islam. Pembelajarannya terhadap Islam juga ditunjang diskusi dan bacaan.

Sukarno pun berkawan akrab dengan pelajar seumurannya, di antaranya Semaun, Kartosuwiryo, Alimin, Darsono dan Musso yang juga tinggal di rumah Tjokroaminoto. Selama tinggal di Gang Peneleh, para pelajar muda itu belajar tentang organisasi, politik, pidato, orasi, hingga pendalaman berbagai pemikiran, baik Islam maupun bukan Islam. Kesadarannya Sukarno tentang Islam kemudian berkembang sejalan dengan kesadaran terhadap sikap antikolonialisme. "Peran Tjokroaminoto dalam kesadaran ini jelas, yakni mengader para pelajar cerdas sebagai calon pemimpin masa depan. Dalam mengader, Tjokroaminoto tetap mengutamakan sentuhan Islam sebagaimana perannya sebagai tokoh SI.

Saat itu, SI terbilang sebagai organisasi yang paling tegas menyuarakan antipenjajahan. Sebelum berganti nama menjadi SI pada 1911, organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada 1905. SDI adalah organisasi massa pertama Indonesia yang didirikan pada zaman kolonial. Salah satu tujuan pendiriannya, yakni melawan politik Belanda yang memberi keleluasaan terhadap pedagang asing. Hal ini memengaruhi semangat Islam yang menurut Sukarno sebagai sikap yang antikolonialisme dan penindasan. Sukarno dan rekan-rekannya saat itu telah bergabung sebagai kader muda SI. Di organisasi berbasis massa tersebut, Sukarno mengasah kemampuan berpolitik. Selama masa dewasa awal inilah, jiwa nasionalismenya semakin terbentuk.

Selain bergabung di SI, Sukarno muda juga tercatat aktif menulis di harian Oetoesan Hindia yang dikelola Tjokroaminoto. Kedekatannya dengan tokoh SI kembali terjalin ketika dia melanjutkan pendidikan di Technische Hoogeschool (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada 1921. Semasa tinggal di rumah Tjokroaminoto, Sukarno muda bersentuhan pula dengan teori Marxisme di HBS Surabaya melalui gurunya C Hartogh. Sukarno juga aktif mengunjungi perpustakaan Freemason, tempat ayahnya berorganisasi. Di perpustakaan itu, Sukarno banyak  membaca buku filosofi, nasionalisme, Marxisme, dan Leninisme. Sukarno yang tergerak oleh Marxisme sempat mendaftarkan diri ke Indische Social-Democratische Vereeninging (ISDV) yang didirikan pada 1914. Semaun, rekan satu kos Sukarno yang kemudian dikenal sebagai pendiri Partai Komunis Indonesia (PKI) setelah Serikat Islam pecah, juga anggota ISDV.

Kian kemari, Sukarno sempat makin kuat kecenderungan komunis dan sosialisnya. Ia dirayu merengkuh internasionalisme yang dikampanyekan tokoh sosialis A Baars. Beruntung saat itu, Sukarno disadarkan tokoh SI, Abdul Muis, untuk kembali meyakini nasionalisme. Nasib Republik Indonesia bisa sangat berbeda bila Sukarno kebablasan meyakini internasionalisme saat itu. Kedekatannya dengan tokoh SI kembali terjalin ketika dia melanjutkan pendidikan di Technische Hoogeschool (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada 1921. Di Bandung, Sukarno tinggal di rumah Haji Sanusi yang merupakan pengurus SI Bandung. Selama kuliah teknik sipil, dia mengenal tokoh lain, seperti dr Tjiptomangunkusumo, Douwes Dekker, Muhammad Natsir, dan Ahmad Hassan.  Dua nama terakhir merupakan tokoh Islam yang sering berseberangan ide dengan Sukarno.

Baik Hassan maupun Natsir sama-sama bercita-cita mendirikan negara Indonesia yang berdasarkan syariat Islam. Sementara itu, bagi Sukarno perihal agama dan negara sebaiknya dipisahkan. Pemikiran Sukarno ini terpengaruh ide modernisme Turki oleh Mustafa Kemal Pasha. Pandangan ini kemudian membuat Sukarno disebut sebagai kalangan Islam nasionalis. Bisa dikatakan juga pemikirannya lebih sekuler. Meskipun sering berseberangan pandangan dengan para ulama, hubungan Sukarno dengan mereka tetap baik. Salah satu contoh adalah hubungannya dengan HAMKA.

Bagaimanapun, sejarah mencatat masa-masa perkenalan Sukarno dengan SI dan Islam adalah masa-masa krusial yang membentuk cara pikir Sukarno. Ia menguatkan tekad sang proklamator soal nasionalisme Indonesia. Tekad yang digenggam erat Sukarno sepanjang hidupnya, tekad yang pada akhirnya berujung kemerdekaan. Dari Tjokro lah Soekarno memahami hakikat islam. Bahwa agama Islam adalah agama yang mengajarkan ide demokrasi, agama Islam merupakan dasar pokok bagi pendidikan moral dan intelektual, pemerintahan Hindia-Belanda tidak perlu campur tangan dalam bidang agama dan hendaknya tidak membuat diskriminasi antara agama-agama, serta rakyat perlu diberi kesempatan berpartisipasi dalam politik.  Ide kemerdekaan dan keislaman tersebut disampaikan persis saat Sukarno mula-mula berkenalan dengan Tjokro.  Di Peneleh, pada malam hari, Sukarno dan anak-anak muda yang menumpang berdebat dengan Tjokro soal politik dan perjuangan bangsa melawan penjajahan Belanda. Cara berpikir Tjokro itulah yang membuat anak murid nya punya pandangan berbeda cara mencapai kemerdekaan. Namun hakikatnya sama , yaitu melawan kezoliman kolonial Belanda

***

Perjuangan mengusir penjajah sudah berlangsung ratusan tahun namun selalu gagal menghadapi Belanda yang luasnya ba’ negeri liliput disembarang Benua bila di bandingkan luasnya Indonesia. Mengapa ? Karena perlawanan dengan phisik bukan dengan pikiran. Barulah setelah muncul Sarekat Islam, metodologi perjuangan tidak lagi kepentingan wilayah, agama, ras tetapi lebih universal. Apa itu? kebaikan, kebanaran dan keadilan. Lahirnya sarekat Islam terinspirasi oleh pemuda pelajar yang sekolah ke Makkah. Ia adalah KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah dan KH Hashim Ashary, pendiri NU. Kedua tokoh ini kebetulan berguru kepada orang yang sama yaitu Syaikh Ahmad Khathib Al-Minangkabawi Rahimahullah. Ia adalah seorang ulama Indonesia asal Minangkabau. Ia lahir di Koto Tuo, Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, yang ketika itu menjadi imam besar di Arab.

Walau kedua tokoh KH Ahmad Dahlan dan KH Hashim Ashary tidak terlibat langsung dalam politik menentang kolonial namun pemikiran mereka membuka cakrawala baru bagi kaum pergerakan Islam. Islam harus tampil bukan untuk merebut kekuasan mendirikan kerajaan seperti kesultan yang sudah ada di nusantara tetapi menegakan keadilan, kebanaran dan kebaikan. Politik hanya alat untuk mencapai itu. Dari cakrawala ini lahirlah semangat meninggikan kalimah Allah. Munculnya paham sosialis, komunis , nasionalis dikalangan kaum terpelajar Islam dalam Sarekat Islam, tidak dianggap sebagai melanggar aqidah. Karena itu hanya metodeloginya mencapai tujuan politik.

Makanya engga aneh bila HOS Tjokroaminoto bisa punya murid dibawah Sarekat Islam yang punya pandangan berbeda mencapai tujuannya. Soekarno memilih paham nasionalis. Karto Suwiryo memilih Negara Islam. Samaoen dan Musso memilih komunis. Padahal guru politik mereka sama. Ketika membentuk Dasar negera , KH Hasyim Ashari tampil menjadi katalisator semua golongan dan pandangan dengan memberikan dukungan kepada Soekarno tentang ide Pancasila. Dimana negara Indonesia itu diawali oleh Tuhan dengan tujuan akhirnya adalah keadilan sosial. Indonesia bukan komunis, bukan sosialis, bukan nasionalis, bukan kapitalis tapi bisa saja semuanya asalkan tidak bertentangan dengan nilai nilai agama. Nah namanya adalah Pancasila. Ia adalah hakikat Tuhan, dimana semua agama punya pandangan sama. Bagi Islam Pancasila adalah alat untuk tercapainya tujuan meninggikan kalimah Allah untuk kebaikan, kebenaran dan keadilan.

Namun setelah Indonesia merdeka, Kartosuwiryo dan musso menolak konsep Pancasila itu dengan melakukan pemberontakan. Kartosuwiryo membentuk apa yang disebut dengan DII/TII dan Musso bersama PKI melakukan pemberontakan di Madiun. Dan oleh Soekarno dihadapi dengan keras. Kedua sahabatnya yang pernah ngekos di rumah guru mereka akhirnya di hukum mati. Saya bisa merasakan suasan batin Soekarno ketika memerintahkan pasukan Siliwangi menangkap Kartosuwiryo dan memerintahkan Sudirman melumpuhkan pemberontakan PKI dibawah pimpinan Musso tahun 1948. Namun Soekarno harus menerima kenyataan bahwa amanah Pancasila harus dijaga, karena itu konsesus yang direstui kaum ulama yang tidak berpolitik. 

Ini juga pelajaran bahwa Kartosuwiryo ingin keluar dari Pancasila dengan mendirikan negera Islam di Aceh, Jawa barat dan Sulawesi. Ini paradox dengan fitrah Indonesia dan eksistensi Islam. Muso ingin keluar dari Pancasila dengan PKI nya. Kedua nya berhasil dibungkam oleh Soekarno. Kemudian Soekarno mencoba membangun front nasional yaitu nasakom. Nasionalis-agama- komunis. Ini juga paradox dengan Indonesia yang pluralis. Kartosuwiryo kalah karena Paradox dalam berjuang, Musso juga dan kesalahan ini di tiru juga oleh Soekarno dengan membentuk Nasakom. Padahal Pancasila itu menghilangkan Sekat idiologi dan agama, satu untuk semua. Dan Pancasila itu sebetulnya paswords : rahmatan lilalamin. Rahmat bagi semua. Itu pesan Tuhan. Apa ada yang sehebat Tuhan YME? Dan akhirnya Soekarno di jatuhkan oleh Soeharto. Belakangan Soeharto menjadikan Pancasila sebagai alat membungkam hak demokrasi rakyat. Ini juga paradox dengan Pancasila. Akhirya Soeharto di jatuhkan oleh gerakan reformasi.

Untuk kepentingan menjaga amanah Pancasila, negeri ini sudah teruji. Siapapun itu, entah golongan agama atau sekuler yang ingin menghancurkan NKRI dan merubah Pancasila akan selalu gagal. Karena selalu ada pemimpin yang tampil berani menjaga Pancasila. Jadi, siapapun, jangan pernah coba coba melakukan aksi inkonstitusional untuk mencapai tujuannya. Pasti gagal ! Mengapa ? Allah tidak ridho. paham bahwa kekuatan Indonesia itu ada pada Umat islam yang mayoritas. Mereka harus dijadikan kekuatan real lewat pendidikan akhlak dan SDM serta gerakan ekonomi umat. Jokowi yang berlatar belakang pengusaha, dan Ma’ruf Amin yang ulama, adalah pasangan ideal untuk mewujudkan itu. Tentu mereka belajar dari sejarah, bahwa Pancasila harus dibela sampai mati. Ini amanah Allah.

Tuesday, May 14, 2019

Sudahlah...

Pak Prabowo, Sandi, Amin Rais, Eggi sangat paham mereka bahwa dalam sistem demokrasi hak rakyat hanya sebatas memilih. Setelah proses berjalan maka selanjutnya yang menentukan adalah KPU. Siapa itu KPU ?, juga adalah wakil dari rakyat yang  dibentuk oleh DPR, yang bertangung jawab melaksanakan proses pemilu sesuai amanah konsitusi. Mereka juga paham, bahwa intervensi pihak lain yang men deligitimasi KPU adalah pelanggaran terhadap konsitutsi. Apapun itu hasilnya. Mereka juga paham bahwa aksi extraparlementer distrust terhadap KPU adalah tindakakan pelecehan terhadap konstitusi. Mereka juga paham bahwa kalau rakyat ditangkap itu tidak ada kaitannya dengan otoriterisme tapi murni penegakan hukum.

Mereka paham semua itu. Sangat paham. Karena mereka pemain dalam panggung politik. Mereka orang terpelajar soal politik.  Tetapi mengapa mereka terus membangun image bahwa pemilu berlangsung tidak jujur, yang secara otomatis distrust terhadap KPU. Karena mereka cari perhatian dari pemenang pemilu. Untuk apa ? karena  ingin mendapatkan belas kasihan politik terhadap ongkos yang sudah dikeluarkan. Dalam bentuk apa ? dalam bentuk apa saja. Bisa kompensasi jabatan di MPR dan DPR. Penghapusan kasus hukum yang sedang didera teman koalisi. Penghentikan kasus hukum yang melilit Sandi. Pemberian kompensasi dengan kebijakan menghentikan negosiasi dengan SWiss berkaitan Mutual Legal Asisgment (MLA) atas uang haram Rp. 7000 triliun.

Mereka paham sekali. Sangat paham. Mereka hanya inginkan agar kasus TPPI mega korupsi senilai Rp. 32 triliun atas nama Honggo Wendratno yang terhubung dengan nama Hashim di hentikan oleh POLRI atau dicabut kewenangan Polri mengusutnya. Mereka hanya ingin hutang Prabowo senilai Rp 14 triliun kepada 143 kreditor dapat di lunasi sebelum jatuh tempo tahun 2028. Mereka hanya inginkan agar HRS kasus yang melilitnya di SP3. Mereka inginkan agar kasus pencucian uang BN dihentikan oleh Polri. Mereka inginkan agar UU Ormas di cabut dan memberikan ruang kepada HTI untuk hidup lagi. Mereka inginkan agar Wagub DKI diberikan kepada Gerindra, bukan kepada PKS. Mereka berharap agar putra putri AR ada yang jadi Menteri.

Mereka sangat paham  sekali. Sangat paham bahwa rakyat awam dan kaum intelektual mabok agama mudah dijadikan kayu bakar agar api membesar. Tidak ada pesan agama sesungguhnya yang diperjuangkan. Ini semua berhubungan dengan syahwat dunia. Berhubungan dengan money dan money. Cari perhatian kedalam beresiko. Ditempuh cari perhatian keluar negri. Berharap agar para konglomerat financial yang memegang urang haram mereka dapat menggunakan akses politik AS dan Eropa menekan pemerintah Indonesia. Agar uang haram tetap aman dan mereka tetap bebas menikmati uang itu secara bebas selama hayat dikandung badan.

Mereka paham, sangat paham. Kemenangan adalah ketidak mungkinan namun target kompromi harus dicapai. Namun sampai detik ini, bukannya Jokowi tidak paham keinginan mereka. Tapi karena Jokowi tidak tahu bagaimana mengkhianati Hukum dan UU. Mengapa ? karena Jokowi tidak punya pengalaman melakukan konspirasi politik untuk kepentingan elite. Tidak paham memadamkan api dengan memukul kecuali menyiram dengan air. Para dosen, pegawai, rakyat kecil, emak emak yang jadi kayu bakar tidak akan diculik atau di bunuh tetapi dimandikan dengan air di lembaga pemasyarakatan agar mereka jadi orang sholeh. Kembali kepada ibu pertiwi dalam sebaik baiknya warga negara. Sudahlah..akhirilah membodohi rakyat.

Monday, May 06, 2019

Persepsi tentang puasa dan Tauhid.



Medio akhir tahun 90, Saya pernah ikut program healing di Ponpes di suatu desa di Banten. Saya harus melalui ritual puasa selama 41 hari. Saya hanya berbuka puasa dengan air putih dan nasi putih tanpa sayur. Setiap hari seusai sholat melakukan wiritan. Setiap tengah malam bangun untuk sholat tahajud tanpa tidur lagi sampai subuh. Setelah beberapa hari disana ada pengalaman yang menarik. Tengah malam seusai sholat tahajud saya melihat ustadz sedang duduk seperti orang bersemedi di masjid.

“ Saya perhatikan setiap malam kamu bangun dan melaksanakan ritual sholat. Sangat khusu. “ Terdengar suara. Tapi saya tidak tahu dari mana sumber suara itu. Ustadz nampak tersenyum ketika melihat saya kebingungan mencari sumber suara. “ Itu saya yang bicara. Saya menggunakan telepati bicara dengan kamu. Dengan bahasa ibumu“ Nampak wajahnya tersenyum. Langsung saya duduk menghadap dia.
“ Bagaimana anda bisa bicara dengan saya menggunakan bahasa ibu saya “ 
“ Persepsi saya tentang kamu bukanlah kamu seperti ujud mu.” 
“ Jadi apa ?
“ Gelombang pikiran, dan itu adalah energi. Makanya tidak sulit bagi saya masuk kedalam pikiran kamu, melalui gelombang itu.”
“ Bukankan energi manusia dibatasi oleh ruang dan waktu. Jadi bagaimana mungkin anda bisa masuk kedalam pikiran saya.”
“ Energi memang dibatasi ruang waktu tapi pikiran membebaskan itu.”
“ Pikiran apa ?
“ Tentang persepsi. Bahwa semua materi itu tidak ada. Yang ada hanya Tuhan.”
“ Lantas kita dan alam ini apa ?
“ Itu hanya visualisasi dari pikiran kita saja. “
“ Bagaimana dengan perasaan lapar, lelah, kecewa, dan senang, sakit, itu nyata ada dalam diri setiap manusia “
“ Itu manifestasi dari pikiran kita. 
“ Apa artinya itu semua? Bingung saya”
“ Semua yang ada disemesta ini tidak ada. Semua yang kita rasakan juga tidak ada.. 
‘ Tida ada ? Yang ada apa ? 
“ Yang ada hanyalah Tuhan. Tuhan memvisualkan semesta kepada kita agar kita mengagungkan Dia. Tuhan memanifestasikan pikiran lewat perasaan untuk kita mengagungkan Dia. Semua karena Dia. “
“ Oh…bagaimana dengan agama ?
“ Agama adalah kunci kamu memasuki gerbang keagungan itu dan menemukan rahasia tentang Tuhan.”
“ Caranya ?
“ Tiap agama punya cara yang diajarkan langsung oleh Tuhan melaui utusanNya.”
“ Untuk apa rahasia Tuhan ditemukan kalau toh pada akhir kita tidak ada.”
“ Untuk menunjukan Dia Maha Agung, tak terdefinisikan oleh apapun. Yang lain lenyap, bahkan kampung akhiratpun tidak kekal. Yang kekal hanya Tuhan, karena memang existensi Tuhan adalah Tuhan itu sendiri, bukan yang lain.

Setelah pembicaraan itu , sehabis sholat subuh saya lebih banyak tafakur tentang Tuhan. Lambat laun persepsi saya tentang Tuhan terbentuk. Bahwa tidak ada apapun di semesta ini selain Tuhan. Hanya Tuhan semata. Tanpa disadari saya tidak lagi merasa lapar bila makan sekali sehari. Yang lebih mencengangkan adalah saya bisa bangun tidur tepat waktu sesuai kehendak saya tanpa di bangunkan oleh alarm. Cukup saya berkata kepada diri saya “ Tuhan bangunkan saya jam 3 pagi.” Maka terjadilah.

Bagi kita orang yang terbiasa dekat dengan kebiasaan makan , rasanya ritual puasa mutih itu tidak akan mampu. Dan lagi terkesan menganiaya diri. Bahkan menurut ilmu kesehatan, itu tidak baik untuk tubuh. Tapi faktanya tidak ada  oang mati karena puasa putih. Bahkan banyak penyakit dapat disemubuhkan dari puasa itu. Umumya  orang yang berhasil puasa mutih, secara kebatinan orang itu lebih kuat, yang menurut orang awam terkesan magic. Hari ke 41 usai sudah ritual healing saya di Ponpes. Malamnya saya bermimpi entah darimana suara datang namun saya melihat cahaya dibalik suara itu “ Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sesungguhnya disisi Tuhan kekal, disisi makhluk lenyap. Maka tidakkah kamu memahaminya ? jangan kuasai perasaan kamu karena kebencian, amarah, cinta, pujian, kepada manusia. Jangan kuasai pikiranmu karena sakit dan sehat. Jangan kuasai pikiranmu karena harta, jabatan dan kepintaran. Apapun yang terjadi dialam ini adalah cara Tuhan menampakan diriNya dan menyebut diriNya Maha Agung, penuh pengasih lagi Penyayang. Maka ikhlaslah selalu.

Teman saya beragama Budha ortodok pernah melakukan ritual puasa selama 7 hari 7 malam tanpa makan kecuali minum. Dia merasa nyaman dan tenang. Bila dia semedi, tubuh ringan seperti kapas. Makanya itu menjadi rutinitas baginya untuk menjaga tubuhnya tetap sehat dan pikiran serta batin juga sehat. Ada teman saya di Macao yang bisa menembus kayu tebal dengan kedua jarinya. Hanya sekali tekan, kayu tebal itu tembus. Kedua jarinya tetap seperti semula tanpa ada goresan. Saya perhatikan dia melakukan itu tanpa tenaga. Namun walau saya lakukan dengan tenaga tidak mungkin bisa melakukan hal yang sama dengan dia. Kekuatannya seperti magic. Menurutnya itu bukan magic. Tapi berkat latihan berpuluh tahun. Dia setiap hari latihan menggoreng pasir dengan menggunakan tangan sebagai sendok. Bertahun tahun itu dia lakukan. Berkali kali tanganya melepuh dengan rasa sangkit sangat. Namun dia ulang kembali setelah sembuh. Lama lama rasa sakit itu hilang. Saat itulah dia bisa menembus tembok tebal dengan dua jarinya.

Semua Agama punya ritual puasa. Puasa mutih ala kejawen, puasa ramadhan, puasa budha dan lain lain  adalah membunuh rasa lapar. Teman yang latihan berat menggoreng pasir dengan tangannya sebagai sendok adalah ritual membunuh rasa sakit. Kedua cara itu adalah suatu proses menghilangkan " rasa ". Apapun " rasa" itu kembali pada dirikita sendiri. Jeruk itu manis, tapi itu hanya dilidah. Lewat lidah "rasa manis " itu hilang. Kalau kita tidak ada lidah tentu tidak merasakan manis. Namun rasa manis itu tidak datang begitu saja tapi lewat proses berpikir melahirkan persepsi bahwa jeruk itu manis. Rasa manis itu tidak pada jeruk tapi pada diri kita sendiri. Jeruk tetaplah jeruk.  Nah , kalau kita bisa meng-eliminate "rasa " maka persepsi kita terhadap materi juga berubah. Otomatis nafsu sebagai pemicu timbulnya rasa lewat pikiran akan berkurang bahkan dengan latihan berat bisa hilang sama sekali. Dengan begitu, secara kejiwaan kita kuat. Kita tidak lagi terisolasi oleh nafsu dan pikiran yang mendorong ktia tergantung kepada materi dan lemah.

Ritual puasa yang diajarkan dalam islam pada intinya sebuah metodelogi untuk tujuan meraih taqwa. Taqwa itu adalah dekat kepada Allah. Mendekati Allah tentu tidak bisa dengan nafsu dan pikiran tapi dengan jiwa yang bebas dari ketergantunga terhadap materi. Bila kita bisa mencapai ini maka kita akan kuat secara lahir maupun batin. Kekuatan jiwa kita menuntun kita untuk tidak mendewakan materi dan menjauh dari kesenangan yang bisa menjebak nafsu dan pikiran kita menjadi lemah. Kalau berharta kita suka berbagi. Karena harta bukan apa yang didapat tapi apa yang diberi. Kalau miskin kita kuat dalam kesabaran, Karena hidup bukan apa yang dialami tapi bagaimana melewatinya. Kalau kita berkuasa, kita cenderung menjadi pelindung dan rendah hati daripada sombong. Kalau kita lemah kita cenderung berserah diri kepada Tuhan tanpa takut. KIta menjadi makhluk istimewa karena apapun yang terjadi baik bagi kita.

Ya puasa adalah ritual untuk membangun persepsi bahwa materi itu tidak ada. Semua di alam ini akan musnah dan lenyap kecuali Allah. Dan tentu membangun persepsi ini tidak bisa mengandalkan pikiran dan nafsu tapi keimanan. Bahasa keimanan adalah bahasa meniadakan diri kita dan semua yang ada kecuali Allah. Yang tahu kita puasa hanya Allah tapi manfaatnya kembali kepada kita sendiri. Kalau persepsi puasa kita benar maka apapun godaan tidak akan menggoyang keimanan kita. Engga perlu takut orang dagang makanan siang hari bolong. Selamat berpuasa, semoga kamu menjadi orang yang bertaqwa..

Sunday, May 05, 2019

Mindset Yahudi




Waktu di Canton fair, saya amprokan dengan Daniel. Dia masih tetap sehat dan bugar diusia diatas 70 tahun. Penampilannya tetap sederhana. Saya kali pertama mengenalnya waktu di Rotterdam. Tahun 2008 saya pernah tinggal di Swiss beberapa waktu lama. Kalau weekend saya selalu ke Rotterdam ditemani supir saya. Entah mengapa saya suka tinggal di Rotterdam. Ini kota kecil namun udaranya bersih sekali. Karena sebagian besar orang menggunakan sepeda sebagai alat transfortasi. Angkutan umum juga tersedia berupa kereta listrik yang membelah kota. Masyarakatnya sangat ramah dan tidak nampak terburu buru seperti Hong kong dan China.

Di kota ini saya berkenalan dengan Daniel yang menghabiskan usia pensiunnya sebagai banker di Utrecht. Dia yahudi tulen. Orangnya ramah. Daniel di masa tuanya tinggal sendirian karena anaknya tinggal di Amerika sebagai banker. Ia hidup senang walau hartanya banyak namun dia tidak beli kapal pesiar atau rumah berkamar puluhan. Apartemennya di Utrecht hanya berukuran 45 meter. Jadi hidupnya sangat efisien.

Mungkin termasuk Yahudi yang taat. Dia tidak makan babi, tidak minum alkohol dan tidak menyentuh wanita yang bukan muhrimnya walau itu sahabat dekatnya. Bahkan menurut cerita dia disunat. Mengapa saya tertarik menulis tentang sahabat saya ini ? karena pemikirannya termasuk Yahudi yang moderat. Jadi bukan Yahudi yang kolot. 

Di Hong Kong saya mengajaknya makan malam di Caffe & Bar di kawasan Wachai. Ikut bersama saya teman dari Malaysia. Kami melihat ada wanita bergerombol mendatangi Bar, salah satu teman saya nyeletuk “ mereka jauh datang dari negerinya, hanya untuk jadi PSK ilegal. Kalau bukan karena kemiskinan tidak mungkin mereka mau datang ke Hong Kong. Itu karena di negerinya Tuhan tidak hadir, walau mereka beragama.”

Saya tersenyum. 

“ Tuhan selalu hadir, kapan saja , dimana saja.” Kata Daniel. “ Jangan kamu lihat kemiskinan lantas kamu bilang Tuhan tidak hadir. Kamu lebih kafir dari Setan. Sejahat jahat setan, tidak pernah mengabaikan Tuhan. Tetap percaya kehadiran Tuhan dimana saja dan kapan saja.” sambungnya dengan tenang. 

“ Tapi kemiskinan itu karena pemerintah zolim. Hanya memberi kesempatan kepada orang kaya saja.” Kata teman saya. Saya tersenyum. Karena dia berdialogh dengan mitra saya dari Malaysia, memang muslim yang taat.

“ Tadi Tuhan kamu keluhkan tidak hadir, sekarang pemerintah kamu keluhkan zolim. Di kapala kamu hanya ada mengeluh. Semua disalahkan.” Kata Daniel tangkas. 

“ Saya tidak mengeluh, tapi saya bicara soal empati dan keadilan. “ mulai sewot teman saya.

“ Lantas kamu anggap Tuhan dan Pemerintah tidak punya empati dan keadilan. Hanya kamu yang peduli ? 

“ Saya hanya mengingatkan. Itu aja”

“ Ya mengingatkan cara bersikap yang salah. Karena itu kalau besok ada orang bicara keadilan untuk si miskin kamu jadi follower. Besok ada orang bicara Tuhan kamu jadi Follower. Ketahuilah, hidup bukan retorika tapi perbuatan. Karena dengan retorika, bisnis atas nama keadilan dan Tuhan bisa mendatangkan uang dan kekuasaan. Dan kamu jadi follower dari profesional yang menjual retorika itu. Itulah yang terjadi di negara yang mayoritas beragama. Mereka brengsek daripada kapitalis. “ Kata Daniel dengan santai.

“ Tuhan itu Maha Adil dan Maha bijaksana. Tidak ada orang dilahirkan untuk jadi miskin dan dizolimi. Namun karena manusia diberi Tuhan hak Free Will maka setiap manusia punya pilihan menentukan sendiri jalannya. Karenanya sorga dan neraka tercipta, Kaya miskin terbentuk. Business dan economy class tersedia. Justru keadilan Tuhan itu ada karena selalu di dunia ini berpasangan. Setiap pilihan berkaitan dengan Mental kita sendiri.

Kami, yahudi mengejar harta namun tidak menumpuk harta non Produktif. 90% elite terkaya di dunia sekarang adalah orang Yahudi. Padahal kami minoritas. Tetapi istana dan rumah termewah didunia adalah milik orang islam seperi Raja Arab, dan Brunei. Emas terbanyak di miliki orang islam tapi penguasaan saham di bursa adalah Yahudi. Tempat ibadah terbanyak dimiliki orang Islam tapi penguasaan saham di perusahaan mulinasional adalah Yahudi. Ini soal pilihan.

Kami tidak hidup dalam simbol material: dalam bentuk harta, istana, kendaraan rubicon, lamborgini, alphard atau apalah dan tidak juga tempat ibadah bertebaran dimana mana. Tapi dalam bentuk seni berbagi dengan cara smart. Penguasaan saham lewat bursa memberikan kesempatan orang yang punya effort mentunaikan fungsi sosial perusahaan. Penguasaan saham di perusahaan secara langsung, satu cara mengaktualkan ide berbagi secara intelektual dan spiritual.

Dengan seni berbagi itu walau kami tidak punya negeri yang dirahmati Tuhan seperti kalian, tapi kami menjadi mesin berkembangnya perabadan. Kelaparan, kemiskinan di planet bumi ini terjadi karena pilihan pribadi manusia sendiri. Mereka dididik dari kecil harus utamakan retorika agama, dan sorga lebih utama. Tapi anehnya ketika mereka kalah bersaing mereka salahkan Tuhan dan Pemerintah. Padahal ketika mereka sibuk mengisolasi dirinya dari luar agar suci dan bersih, orang lain berjuang mengembangkan iptek dan pasar. Pilihan berbeda, tentu hasil juga berbeda.

Jadi kalau kalian mencintai Tuhan dan ingin meng aktualkan Tuhan, maka jangan jadikan materi sebagai Tuhan. Karenanya jauhi barang mewah berlebihan, apapun itu dan berbagilah, tetapi lakukan itu dengan smart.

Saya mampu beli rumah mewah atau mobil mewah tapi itu memakan ongkos mahal. Hasilnya apa ? hanya di pandang dan dibanggakan. Useless. Lebih baik beli apartemen yang kecil dengan ongkos murah. Kalau ingin sekali kali merasakan tinggal di Istana kami bisa tinggal di hotel berkelas diamond lengkap dengan layanan limo. Kalau ingin melihat dunia lain, kami bisa liburan dengan pesawat layanan first class tanpa perlu beli private jet. “ Kata Daniel membuat teman saya dari Malaysia terdiam dan menyimak.

“Lantas untuk apa uang banyak ? 

“ Ya. jangan di tabung di bank. Itu cara idiot. Kamu bisa tempatkan di portfolio saham. Tanpa kerja kamu menikmati hasil kerja orang lain. Tanpa berlelah membangun usaha kamu memberikan kesempatan orang lapangan kerja. Lets money working for you. Tanpa disadari kamu juga memberikan bantuan bagi orang miskin dengan pajak yang dibayar oleh perusahaan yang sahamnya kamu punya. Dengan deviden yang kamu terima kamu bisa berbagi lewat pajak.

Berpuluh puluh tahun saya memburu uang akhirnya saya tidak butuh uang. Berpuluh tahun saya mengejar harta demi kehormatan akhirnya saya tidak butuh kehormatan. Mengapa ? time is money tapi faktanya justru kita tidak punya waktu disaat kita punya uang. Kita kumpulkan uang karena kawatir miskin. Tapi faktanya kita selalu kawatir harta berkurang. Jadi, intinya uang akan memenjarakan kebebasan kita kalau kita maknai uang adalah segala galanya. Tetapi kalau kita maknai uang hanyalah alat maka kita bisa menikmati hidup tanpa diperbudak uang. Tanpa kawatir menebarkan kesempatan kepada orang lain untuk berkembang,  tanpa membuat kita bangkrut tentunya.

Hidup itu secure bukan karena financial resource tetapi karena financial freedom. “ Kata Daniel. Saya melirik teman saya dari Malaysia yang nampak tersenyum.


Saturday, May 04, 2019

Ketakutan



Dalam satu kesempatan survey tambang, ditengah perjalanan, rombongan yang jalan di depan berteriak “ Ular”. Dia pun berlari. Diikuti oleh yang lainnya. Saya bingung mengapa mereka lari? “ Ularnya besar sekali”  kata salah satu teman dengan wajah ketakutan. Tinggal saya sendirian. Saya perhatikan ular itu sedang berusaha keluar dari saluran air. Kepalanya ada di jalan setapak. Tubuhnya masih di saluran air yang bersemak. Panjangnya mungkin lebih dari 3 meter. Saya mendekati ular itu. Dengan cepat saya memegang lehernya dan melemparnya kembali kesaluran air. Ular itu menjauh dari jalan setapak. 

Teman saya bengong. Bagaimana saya begitu tenangnya menghadapi ular ?. Mungkin anda punya pikiran sama. Sebetulnya ular itu matanya buta. Dia tidak bisa melihat targetnya dengan jelas seperti kita manusia. Mata ular itu bekerja dengan sistem sonar atau semacam infra merah. Ular hanya akan melihat kita apabila matanya kita tatap secara langsung. Dalam persekian detik mata ular bisa merekam kita dan otaknya lansung menterjemahkan siapa kita. Bagi ular apapun didepannya adalah mangsa. Selagi dia bergerak itu tandanya dia lapar. Makanya ular kalau kenyang dia engga jalan. Dia tidur. Jadi dengan mudah saya bisa memegang lehernya tanpa ada perlawanan. Karena  saya tahu apa itu ular. 

Manusia itu makluk yang paling sempurna dibandingkan makhluk lain ciptaan Tuhan. Kekuatan manusia itu ada pada pikirannya. Namun kelemahannya juga ada pada pikirannya. Kalau anda berpikir ular itu menakutkan maka apapun pengetahuan yang anda punya itu akan sia sia. Kalau pengetahuan itu mencerahkan anda maka rasa takut akan hilang, berganti dengan keyakinan dan kekuatan. Dalam kehidupan juga begitu. Orang memilih Prabowo karena rasa takut yang ditiupkan ulama berdaster bahwa kalau Jokowi menang maka umat islam akan dipinggirkan. Membela prabowo adalah membela islam. Jalan kemenangan islam. Yang tidak mengikuti saran ulama akan masuk neraka. Kafir. Ketakutan neraka itu terus ditiupkan.

Padahal kalaulah bersandar kepada pengetahuan, engga perlu ada rasa takut. Ulama juga manusia, yang bisa saja salah. Pemilu hanya kegiatan rutin lima tahunan. Tidak ada yang luar bisa dari sebuah pemilu. Berkali kali pemilu digelar sejak Orla, apakah umat islam dipinggirkan? Apakah umat islam berkurang jumlahnya ? apakah semua orang jadi kafir ? kan engga.  Komunis, China, Asing. Semua hal yang berbeda menjadi hantu yang menakutkan. Padahal paham komunis di China justru membuat negara itu makmur dan tidak menghalangi orang melaksanakan ritual agamanya. China ada di Indonesia jauh lebih dulu daripada orang Arab. Asing sudah berbisnis di Indonesia sejak abad ke 6. Kan lucu kalau China, asing, komunis menjadi momok menakutkan. Tapi karena rasa takut sudah menjadi mindset maka S3 jadi S-teler. 

Orang tidak tertarik   kepada  wirasausaha karena takut gagal. Banyak orang gagal bukan karena dia tidak punya pengetahuan atau tenaga tetapi karena rasa takut gagal. Makanya sikapnya selalu ragu. Sama dengan orang takut ular karena takut mati. BIsa ular itu memang mematikan. Anda tidak harus takut. Ketakutan adalah pembunuh pikiran. Ketakutan adalah kematian kecil yang membuat anda jadi zombi. Hadapilah dan lewati ketakutan itu. Yakinlah setelah anda lewati ternyata semua biasa biasa saja. Jadi tidak ada yang perlu ditakuti.

Thursday, May 02, 2019

Penglihatan



Kemarin saya dinner dengan teman. Mereka direksi BUMN yang berbeda. Kami bicara santai di cafe anak muda. Saat itu suasana cukup ramai. Di samping table kami ada tiga orang wanita. Walau usia mereka tidak muda lagi tetapi mereka cantik cantik. Saya perhatikan kedua direksi BUMN itu nampak tidak serius lagi berbicara santai dengan saya. Karena kadang pandangan mereka diarahkan kesamping table kami. Saya lirik kesebelah. Para wanita itu memalingkan wajah ketempat lain dengan wajah masam. Selama 45 menit bertemu mereka, keadaan sudah tidak nyaman. Saya segera undur diri. Karena ada urusan lain.

Dari pintu keluar saya lihat tiga wanita di samping table kami itu bergabung dengan table teman saya. Saya geleng geleng kepala dan tersenyum sendiri. Ternyata saya memang tidak exciting bagi wanita. Atau dalam ilmu komunikasi saya bukan pria yang catching eyes. Hampir di setiap cafe berkelas didalam dan di luar negeri, pengalaman saya tidak pernah ada wanita tertarik dengan saya pada pandangan pertama. Makanya saya bisa berdiam seorang diri berlama lama di cafe tanpa diganggu. Saya pernah tanya sama istri " apakah saya pria yang menarik secara penampilan" Istri saya menjawab " papa itu limited edition. Hanya gua doang yang tertarik, bukan untuk semua wanita ."

Saya pernah di usir oleh petugas Financial Club di luar negeri. Setelah saya perlihatkan kartu keanggotaan saya, mereka nampak terkejut dan akhirnya tersenyum. Tetapi saya perhatikan ada orang lain, yang tidak pernah di cegat masuk ke dalam club, dan baru setelah duduk  ditanya dengan hormat kartu keanggotaannya.  Di pesawat, di business class. Dengan ramah  pramugari menawarkan untuk tag jas pria bule. Bahkan pramugari membantu bule itu membuka jasnya. Sementara saya duduk disebelah bule itu , dicuekin saja. Tidak ada nampak ramah menawarkan agar jas saya juga di tag.

Saya memang tidak punya cover yang exciting berada dikalangan terbatas.  Mengapa ? saya explore diri saya sendiri. Saya menemukan  penyebabnya adalah kekurangan saya. Wajah keras dan penampilan yang sederhana. Sehingga tidak menarik bagi wanita. Mengapa saya ceritakan ini? karena saya perhatikan teman teman saya yang tidak mendukung Jokowi, sebagian besar lebih karena ketidak tertarikan mereka kepada penampilan Jokowi.  Padahal kinerja SBY bukanlah hal luar biasa namun pemilih SBY adalah sebagian besar para wanita. Konon katanya, di Sumbar, SBY menang dalan pemilu, karena penampilan gagah. Ketertarikan pemilih kepada Anies dan Sandi, juga karena penampilannya yang exciting sangat membantu. Pemilih PS juga alasanya karene penampilan PS yang gagah.

Dalam kondisi pramodern, orang juga sudah menganggap sejarah bergerak karena penglihatan. Melalui ilmu, misalnya. Orang Jawa menyebut ”ilmu” sebagai kawruh. Kata ini punya akar dalam kata weruh, yang dalam kamus Jawa susunan W.J.S. Poerwadarminta tahun 1939 berarti ”bisa menggunakan penglihatan” dan juga berarti ”mengerti”. Dan bila benar wayang adalah sumber kearifan, makin jelas bagaimana cahaya (dan akibatnya: bayangan) adalah teknologi purba untuk pen-cerah-an. Kecenderungan mengutamakan mata, oculus, sebagai sumber pengetahuan (dan penguasaan) itu bahkan sudah ada di Yunani Kuno: peradaban yang oculocentric dimulai jauh sebelum Plato. Plato pernah menyebutkan satu upacara purba, satu milenium sebelum dia, yang berlangsung di Eleusis: tiap musim semi ratusan orang berkumpul di sebuah kuil yang gelap pekat bagaikan gua, menantikan ajaran tentang kematian, kelahiran kembali, dan keabadian. Mereka ingin mengetahui hal-hal itu agar dapat mengatur hidup. Nah, Dewi Demeter akan tampil dalam sinar yang terang. Kebenaran akan disampaikan.

Kini jutaan orang, berkelompok atau menyendiri, menantikan informasi. Bukan di Eleusis, tapi melalui sinar di televisi, film, layar komputer dimana saja. Aku melihat, maka aku ada. Tapi hari ini Kindle dan iPad dan entah apa lagi sedang menghapus sumber informasi (bahkan ”kebenaran”) itu. Setiap hari digedor iklan yang tanpa jeda.Etalase-etalase mal yang memamerkan tubuh peraga yang rupawan, busana berpotongan memukau. Atau ratusan botol parfum yang lebih enak dilihat bentuknya ketimbang dicium harumnya. Atau makanan yang mengimbau lidah lewat fotografi. Dan di atas semua itu: logo, logo, logo. Dengan desain yang tak ingin terabaikan.

Kapitalisme, dengan kemampuannya merayakan apa yang visual, mencoba menebus sesuatu yang hilang. Ia bagian dari modernitas yang lahir bersama penaklukan dunia dan kehidupan, yang menghabisi sihir, pesona, dan aura yang dulu dirasakan hadir dalam alam. Sejak awal abad ke-19, ketika benda-benda dipajang di toko-toko besar, orang pun jadi konsumen yang ternganga-nganga takjub. Dengan teknik pemasaran yang piawai, lewat komoditas, pesona dikembalikan ke dunia. Kini, yang secara visual mempesona itu punya dua sifat. Yang pertama, ia tak punya kedalaman. Ia datar seperti etalase, tanpa misteri. Yang kedua, ia dibebani kesementaraan. Bentuk gaun, ukuran dasi, warna kain harus berganti terus, selalu sementara, tiap musim. Hasrat disebut ”hasrat” karena ia tak terpuaskan. ”Mata adalah peranti yang rapuh,”  Artinya, jauh di dalam diri yang tak tampak, ada yang tak tertaklukkan. Kapitalisme mencoba menangkapnya, tapi kata + kisah yang fantastis, yang ”gelap”, menyembunyikannya kembali. Mungkin itu sebabnya kita selalu cemas akan kehilangan fantasi.


Ijtimak ulama dan Politik



Hasil Ijtimak Ulama dan Tokoh Nasional III memutuskan lima poin yang menegaskan ada kecurangan terstruktur, masif, dan sistematis dilakukan kubu paslon 01 dalam Pilpres 2019, Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin. Atas dasar itu, ijtimak ulama III memutuskan agar Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno melakukan langkah menyikapi keputusan tersebut. Mendesak Bawaslu dan KPU memutuskan membatalkan atau mendiskualifikasi Pasangan Calon Presiden-Calon Wakil Presiden Nomor Urut 01. Teman saya bertanya kepada saya apakah ulama bisa mengeluarkan maklumat seperti itu? Saya katakan bahwa itu pernyataan sikap politik, bukan agama. Namun memang kebetulan mereka yang hadir itu adalah mereka yang menyebut dirinya ulama.

Mengapa saya katakan itu bukan berkaitan dengan agama?   Dalam urusan dunia, walau kita tidak bisa menerima, namun kita diminta untuk memaklumi. Kemungkinan salah atau curang itu bisa saja terjadi. Itu dilakukan oleh kedua kubu. Fitrah manusia memang tidak sempurna. Bahkan dalam urusan agama, Nabi pernah bersabda “ Sungguh agama ini mudah, dan tidaklah seseorang berkeras-keras dalam menjalankannya kecuali ia akan kalah. Akan tetapi (yang benar adalah) jalankanlah dengan sempurna, (kalau tidak mampu) maka mendekatlah pada kesempurnaan, (kalau ada yang tidak mampu) maka berilah kabar gembira…..” ( Bukhari muslim). 

Masalah Pemilu itu sudah dilakukan dengan niat baik agar proses terjadi secara sempurna. Engga percaya? perhatikan.  KPU Itu didirikan berdasarkan UU. KPU adalah lembaga indepedent atau bukan organik dibawah Presiden. Jadi engga mungkin Presiden bisa kendalikan untuk kepentingannya agar bisa menang. Karena KPU tidak tunduk dengan presiden kecuali kepada UU. Anggota KPU itu dipilih oleh anggota DPR. Walau masing masing fraksi di DPR berhak memilih anggota KPU namun mereka yang terpilih itu bukan partisan, dan tidak pernah terkait dengan ormas atau Partai Politik sedikinya 5 tahun. Jadi hampir tidak mungkin anggota KPU akan berpihak kepada salah satu calon.

Sudah cukup? Belum. Ketika pemilihan umum dilakukan, semua partai dan paslon punya hak mengirim saksinya. Saksi itu ada di setiap TPS. Negara juga melengkapi dengan adanya BAWASLU, untuk memastikan proses PEMILU terlaksana tanpa ada kecurangan, dan wasit independent. Bahkan pengamat pemilu pun dari dalam dan luar negeri berhak memantau langsung sampai ke TPS. Dengan demikian tidak mungkin ada rekayasa untuk memenangkan salah satu paslon.

Hasil pemungutan suara itu dari setiap TPS itu, di hitung secara manual. Kemudian di rekap. Rekapitulasinya dihadiri semua saksi, Bawaslu dan dilakukan berjanjang dari tingkat kecamatan sampai ke pusat. Sementara itu KPU juga membuat perhitungan suara ( SITUNG) secara online dan di publis terbuka. Tujuannya agar masyarakat bisa ikut mengkoreksi perhitungan itu. Hasil final bukanlah Situng tetapi rapat pleno atas rekap suara tingkat pusat.  Itupun dihadiri semua paslon. Jadi benar benar terbuka atau transparan. Semua proses itu diawali oleh hasil quick count yang secara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan dan dibenarkan oleh KPU sebagai bagian dari sistem keterbukaan. Hasil quick count sebagai banmark atau patokan untuk memastikan tidak ada rekayasa dalam perhitungan real count. 

Secara sistem memang benar benar KPU itu di design sangat sempurna. Namun namanya perbuatan manusia tentu tidak ada yang sempurna. Pasti ada salah. Makanya UU Pemilu membuka peluang untuk mengajukan gugatan melalui jalur hukum, MK. Disanalah perseteruan bagi yang merasa dirugikan untuk mendapatkan keadilan.  Apalagi ? apakah ulama yang sedang berkumpul mengeluarkan ijtimak paham soal sistem ini ? Dalam urusan agama saja Nabi mengatakan tidak ada manusia  yang mampu melaksanakan secara sempurna. Bahkan kalau tidak bisa sempurna, kita hanya diminta untuk mendekati sempurna. Kalaupun tidak bisa mendekati kesempurnaan, maka ulama diminta untuk menyampaikan kabar gembira. 

Apa itu kabar gembira ? Yaitu kabar gembira buat siapapun yang tidak mampu beramal ibadah sempurna, selama ketidakmampuan tersebut bukan karena niatannya maka tidak akan mengurangi pahalanya.” Jadi kalau pemilu sudah dilaksanakan atas dasar niat baik, dan dilakukan dengan sungguh sungguh sampai lebih 100 orang petugas meninggal berjuang agar pemilu dapat terlaksana, saya rasa itu adalah bukanlah kesalahan yang disengaja. Itu adalah pahala. Kalaupun ada ketidak sempurnaan, namun tidak mengurangi pahalanya di sisi Allah.

Tetapi mengapa harus dikeluarkan ijtimak ulama yang dihadiri oleh mereka yang bukan ulama, seperti Prabowo, Sandiaga Uno, Fadlizon? Sebenarnya para ulama yang dimaksud tersebut sedang berusaha nego dengan firman Allah “ Wahai Rabb Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. [Ali ‘Imrân/3:26]. Tapi Allah berbuat sesukanya. Walau doa dilantunkan mereka dengan berbusa mulut. Airmata jatuh ke bumi. Hasilnya bukan kehendak mereka yang terpilih sebagai presiden, tapi Jokowi-Ma’ruf Amin. Mengapa ? hanya Allah yang tahu. Seharusnya kita menerima dengan ikhlas dan berharap mendapatkan hikmah. 
Tapi ulama yang melakukan ijtimak jilid 3 seharusnya meniru akhlak sebagian besar umat islam pada khususnya dan penduduk indonesia pada umumnya. 95% rakyat bisa menerima hasil pemilu walau pilihannya kalah. Mereka ternyata lebih beriman atas keputusan Allah walau mereka sebagian besar bukan kaliber Ulama.


Akhlak atau spiritual

  Apa pendapat bapak soal kenaikan pajak PPN 12 % “ tanya Lina. Peningkatan tarif PPN tujuannya tentu untuk meningkatkan penerimaan negara d...