Sunday, September 27, 2015

Buah kebaikan

Dia sudah saya anggap sebagai orang tua. Dia adalah mentor saya dalam business. Bukan saja mentor bahkan ketika saya terpuruk , saya mendatanginya dan dia terima dengan wajah bersih. Dia berkata kepada saya sambil memeluk saya." Kamu tidak bangkrut.Kamu hanya sedang di jewer Tuhan agar kamu sadar bahwa banyak hal yang harus kamu perbaiki agar kamu bangkit menjadi lebih baik. Tenang saja. Saya akan membantumu bangkit kembali. " Walau setelah itu bertahun tahun saya jarang sekali bertemu dengannya. Namun disetiap ada kesempatan saya akan mampir kerumahnya. Dia selalu menceramahi bagaimana harus bersikap dalam bisnis. Dia kristiani namun pribadi kasih sayang sangat lekat pada dirinya .  Dia selalu terbuka kapada siapapun anpa mengenal agama suku atau kedudukan sosial.Itulah mengapa dia diterima oleh siapapun dan hidupnya yang bersahaja telah menjadi inspirasi saya untuk menyikapi hidup dengan rendah hati.  Dia karunia satu anak yang diarahkannya menjadi penggantinya dalam meneruskan business nya yang terus berkembanga. Saya tahu betul bagaimana dia menjadi mentor yang hebat terhadap anaknya. Sejak tamat kuliah sudah diberi kesempatan mengelola satu unit business dan memang terbukti hebat.Like father like son. Itu yang saya ketahui tentang puntranya.

Dia pernah bercerita bertapa dia bangga akan satu satunya putranya. Dia berharap anaknya dapat  melanjutkan usahanya dengan memberikan kesempatannya pensiun diusia 60 tahun. Dia bisa menikmati masa tuanya dengan damai. Benarlah setelah dia pensiun, perusahaannya dibawah kendali putranya dan berkembang dengan pesat. Namun empat tahun lalu atau tepat usianya 78 tahun saya mendengar kabar dia tinggal di rumah Jompo.. Saya berusaha menghubungi putranya prihal berita tersebut. Dijawab bahwa berita itu ada benarnya. Karena putranya tidak bisa mengurus dia yang sudah uzur. Alasanya karena kesibukan. Dan lagi rumah jompo itu dilengkapi fasiitas terbaik dan ongkosnya mahal. Ketika saya mendatangi rumah jompo ttu ,ternyata dia sudah tidak ada ditempat itu lagi. Menurut pengelola rumah jompo bahwa dia sudah diambil oleh seorang wanita. Pengurus rumah jompo memberikan alamat lengkap wanita yang mengambilnya dari rumah jompo. Putranya membenarkan ketika saya beri tahu bahwa dia diambil oleh seorang wanita.Menurutnya wanita itu adalah putri ayanya dari hubungan gelapnya dengan seorang wanita indonesia.Putranya mengizinkan wanita mengurus ayahnya secara pribadi. 

Saya mendatangi wanita itu sesuai alamat yang ada. Benarlah dia ada dirumah itu. Daya ingatnya masih jernih dan nampak tersenyum cerah ketika saya datang menjenguknya. Menurut dia bahwa wanita yang kini yang merawatnya adalah putri dari seorang janda miskin yang bertahun tahun dia tolong. Tidak ada hubungan istimewa.Hanya dia merasa terpanggil menolong karena wanita itu pernah menjadi ART dirumahnya. Dia berlinang air mata sambil berkata " putra saya yang mendapatkan perlindungan dan kesempatan berkembang karena harta saya ternyata menempatkan saya dirumah jompo. .Sementara putri dari seorang janda yang bukan siapa siapa,berikhlas hati merawat saya dimasa tua,tanpa berharap apa apa kecuali melaksanakan amanah dari almarhum ibunya agar berterimakasih atas permberian yang pernah saya berikan." Wanita itu nampak terharu melihat dia berlinang air mata. "saya dan suami memang berkekad merawat ayah. Jangan sungkan bersama kami. Karena ayah telah memberi banyak membuat saya terhormat dengan mendapatkan kesempatan pendidikan terbaik dan mendapatkan suami yang sholeh..Jangan sungkan ya ayah..tenangkan hati ayah..ayah bersama kami dan aman selau karena kami akan mejaga ayah dengan sepenuh cinta kami.."

Saya menahan haru meninggalkan rumah wanita itu..kembali saya disadarkan bahwa kebaikan kepada siapapun tidak akan sia sia Tuhan tidak pernah salah menghitung kebaikan dengan tulus dan selalu cinta ikhlas kerena Tuhan akan mendapatkan sebaik baiknya balasan.

Jalan Allah..

Kemarin sore saya bertemu dengan sahabat saya. Wajahnya nampak menyimpan beban berat namun dia tetap tegar. Seumur hidupnya dia tidak pernah bangkrut. Tapi menjelang usia senja dia bangkrut. Padahal kebangkrutan itu terjadi setelah bertahun tahun sebelumnya dia semakin dekat kepada Tuhan. Setiap malam dia selalu bangun malam untuk sholat tahajud dan dilanjutkan membaca Al Quran sampai masuk waktu subuh. Istrinya bertanya " mengapa setalah bapak semakin dekat kepada Allah,justru usaha bapak semakin merosot dan akhirnya bangkrut? " Dengan sabar dia berkata kepada istrinya bahwa ini cara Tuhan agar dia semakin dekat kepada Tuhan. Saya terharu dengan sikapnya.Tidak sedikitpun dia berkeluh kesah.Padahal betapa sakit yang dirasa. Betapa tidak? di usia menua dia merasakan kesepian karena semua keluarga besar yang selama ini mendapatkan curahan dari rezekinya menjauh darinya.Bahkan dia dianggap sebagai virus. Sahabat yang selama ini menemaninya tertawa ditempat berkelas kini menjauh dan semakin jauh. Rasa hormat yang selama ini dia dapat dari teman dan lingkunganya lenyap.Dia merasa terluka karena relasi yang selama ini mendukungnya dengan bermanis wajah menjadi pembencinya. Mereka dengan mudah mengeluarkan kata kata menyakitkan agar dia menyelesaikan kewajiban financialnya. Dia kehilangan rumah dan semua yang menjadi atribut kemewahan hidup.
Saya katakan bahwa sikapnya sudah benar. Walau dia merasakan ketiga hal seligus.Kesepian,terluka dan kehilangan.Namun ketahulah bahwa iitu adalah pesan cinta dari Tuhan. Bahwa Tuhan ingin menunjukan kepada kita tentang siapa sebenarnya yang harus kita cintai.Keluarga, sahabat, relasi bisnis yang kita banggakan dan kita cintai karena memberikan kesuksesan dan kebahagiaan ternyata bukanlah siapa siapa ketika kita kita jatuh.Kita disadarkan bahwa ternyata hanya Tuhan yang selalu ada bersama kita dan mencincinta kita untuk kita kembali dengan sebaik baiknya kesudahan. Dia dapatkan kehadiran Tuhan melalui wajah istrinya yang tetap setia mendampinginya dan anak anaknya yang menyemangatinya untuk sabar dan ikhlas... 
Lian waktu saya bertemu dengan sahabat lain. Kamu tahu, katanya , bahwa tidak ada kesalahan dibayar dengan murah. Tidak ada tobat didapat dengan mudah. Semua harus melewati proses agar kesalahan menjadi pelajaran dan kesempurnaan kita raih. Apakah proses itu, tanya saya. Dia bercerita tentang jalan hdupnya. Ketika dia berada pada titik spiritual terendah dia membelakangi kebenaran. Istri dan anaknya dititipkan kepada mertuanya dan dia pergi kedunia dimana dia merasa nyaman tanpa keluarga. Tapi kehidupan diluar rumah tidak membuat dia bahagia. Dia merindukan keluarga kecilnya setelah sekian bulan dia pergi.. Dia terdiam lama. Apa yang saya dapati? katanya. Bahwa keluarga mertuanya meminta dia pergi dari rumah.Mereka meminta dia bercerai dengan istrinya. Sebegitu keras dia berusaha menyakinkan keluarga mertua nya bahwa dia sudah insyaf dan bertobat, namun keluarga mertuanya tetap tidak percaya.Dia harus keluar dari rumah seoragn diri. Mengapa ketika kita mulai meyadari kesalahan kita dan mau bertobat, orang tidak mempercayainya? bukankah semua orang bisa berbuat salah.Bukankah Tuhan saja maha pemaaf dan pengampun. Apakah manusia lebih hebat dibandingkan manusia ? katanya.
Saya katakan kepada dia bahwa bagaimana dia yakin bahwa Tuhan telah mengampuni dosanya?bukankah keimanan itu harus diuji untuk membuktikan keikhlasan seseorang.Apalagi bagi mantan pendosa. Dia mengangguk dengan tersenyum.Dia sadar akan hal itu.Makanya dengan berat langkah dia keluar dari rumah.Inilah harga yang harus dibayarnya.Dia tidak menyalahkan siapapun.Ini bukanlah antara dia dengan mertuanya tapi antara dia dengan Tuhan. Dia yakin bahwa inilah jalan Tuhan agar dia bisa membuktikan dirinya dihadapan Tuhan bahwa dia benar benar bertobat dan tidak akan mengulangi kesalahan masalalunya.Dia harus lewati jalan sepi dan berdamai dengan kenyataan terpisahkan dari keluarga kecilnya. Dia pendam rindu kepada keluaganya dan dia focus memperbaiki dirinya dan berusaha apa saja agar hidupnya berguna bagi orang orang lain.dan mapan. Dia yakin suatu saat ketika hatinya telah bersih dan tobatnya dilalui dengan sabar maka dia akan menjadi pemenang dihadapan Tuhan...Kini wajahnya nampak cerah dan hari ini dilaluinya dengan rasa syukur dalam pertobatan, untuk meraih hari esok dalam rahmat Tuhan..Dia yakin bila jalan Tuhan dilalui dengan sungguh sungguh maka tidak sulit bagi Tuhan untuk membuat dia bersatu kembali dengan keluaga kecilnya. Dia percaya itu.
Nak..semua kita bisa saja bersalah dan terjerembab dalam lumpur dosa.Ketika kau datang kepada Tuhan untuk bertobat maka Tuhan akan menyambutmu dengan suka cita. Namun pada waktu bersamaan Allah akan memberimu jalan cinta berupa cobaan. Lalui jalan hidupmu dengan membersihkan diri dari prasangka buruk kepada siapapun dan jujurlah terhadap dirimu bahwa kamu memang pantas membayar kesalahanmu dengan melakukan kebaikan demi kebaikan.Kau harus melewati proses itu agar kau menjadi sempurna. Nak.bila kau jatuh ingatlah bahwa itu adalah pesan cinta dari Tuhan untuk kau sadar dan kembali kepada Tuhan setelah kau larut dengan cinta dunia. Ketahuilah nak..dunia ini hanya permainan saja dan cara Tuhan mengujji untuk kita sempurna..apapun itu jalannya maka terimalah dengan lapang dada dan tetap berprasangka baik kepada Tuhan.

Monday, September 07, 2015

Jalan sepi

Ini ada cerita teman kepada saya. Begini ceritanya. Saya mengetahui ada perusahaan yang sangat bagus pengelolaannya. Penjualannya terus meningkat. SDM hebat, produk berkualitas.Laba yang dihasilkan terus meningkat dari tahun ketahun. Relasi saya di bank memberikan informasi kepada saya perusahaan tersebut bagus dan tumbuh dengan cepat. Namun punya masalah terhadap arus kas ( Cash flow ). Peningkatan penjuaan begitu cepat namun tidak diimbangi arus kas masuk yang cepat.Apa pasal? Perusahaan terjebak dengan peningkatan penjualan secara kredit sementara bank tidak lagi mendukung pembiayaan cash flow tersebut karena Debt to equity ratio (DER) sudah diatas ambang batas ( diatas 30%). Hanya dua cara yang bisa dilakukan oleh perusahaan yaitu merubah syarat penjualan atau pemegang saham menyetor modal agar kondisi DER membaik. Yang pertama tidak mungkin dilakukan karena kawatir memperlemah momentum pasar.Yang kedua para pemegang saham tidak punya dana untuk menbambah modal karena pertumbuhan laba habis untuk ekspansi.Saya tertarik terhadap perusahaan ini. Saya mengundang direksi perusahaan untuk makan malam. Dengan wajah malaikat saya memuji management perusahaan itu. Saya menawarkan diri untuk menjadi investor. Sikap direksi atas tawaran dapat ditebak bahwa mareka akan cepat membuat benteng pertahanan dengan meyakinkan bahwa mereka sebenarnya tidak butuh investor dalam jangka panjang. Mereka hanya butuh cash flow untuk mendukung penjualan yang terus meningkat. Mereka menawarkan kerjasama berdasarkan bagi hasil atas dasar persentase penjualan.Namun saya menolak secara halus bahwa saya berniat membeli saham perusahaan tersebut.

Selanjutnya aksi srigala dilakukan. Saya meminta banker relasi saya agar membatasi kredit terhadap perusahaan tersebut. Sehingga semua rencana solutif untuk mengatasi cash flow tertutup pintu. Namun perusahaan terus berjuang mencari sumber pembiayaan lain.Upaya ini sangat berat karena langsung mengganggu cash flow dan produksi serta penjualan. Dalam situasi ini direksi perusahaan menghubungi saya dengan high yield proposal yaitu membeli piutang ( factoring).Aha…saya terima dengan senang dan kini saatnya shadow banking saya beraksi.Mengapa ? karena saya mendapatkan 30% dari faktur.Artinya perusahaan sudah terjebak dengan jangka pendek yang memenggal laba dan hanya masalah waktu perusahaan akan oleng. Saya sabar menanti. Setiap perusahaan butuh dukungan cash flow dengan model factoring maka saya akan senang hati membayarnya. Sampai pada titik tertentu perusahaan tidak punya celah untuk menjual piutangnya karena posisi DER sudah mendekati 50%. Direksi ingin bertemu dengan saya untuk membicarakan solusi tapi saya tolak. Yang menemui direksi adalah team akuisisi saya dengan program teknis mengambil alihan perusahaanya. Pada posisi ini perusahaan tidak punya pilihan banyak karena kondisi perusahaan terjebak hutang jangka pendek dan biaya jangka pendek. Karenanya tawaran saya meng akuisi sebesar diatas 80% saham tanpa bisa ditolak. Harga dibawah nilai nominal.Pemegang saham lama merasa happy karena disamping dapat uang dari hasil penjualan saham juga nilai sahamnya yang ada ditangannya akan meningkat seiring masuknya investor baru.

Nah bagaimana saya membayar perusahaan itu ?apakah dari kantong saya ?tidak! Caranya saya membentuk Special propose company ( SPC) untuk bertindak sebagai pengambil alihan. SPC ini menjual bond dengan underlying pengambil alihan perusahaan target. Mengapa bond bisa laku dijual?karena saya punya exit akan masuk bursa dan refinancing melalui bank. Saya hanya menjual bond senilai cukup mendongkrak DER menjadi dibawah 30% .Mengapa? dengan DER dibawah 30% saya bisa menarik pinjaman baru dari bank untuk mendukung penjualan dan menjaga cash flow tetap sehat. Bagaimana dengan pembayaran bond yang dikeluarkan SPC? Dengan kondisi keuangan sudah sehat saya menawarkan kepada limited investor berupa convertible bonds. Artinya hutang itu akan di konversi dengan saham kelak ketika perusahan masuk bursa. Dengan demikian saya bisa ambil perusahaan tanpa keluar uang.Perusahaan dibawah kendali saya. Direksi saya ganti dengan grand strategy masuk bursa. Tentu TOP eksekutif adalah mereka yang punya reputasi dikalangan perbankan agar indah ketika masuk bursa kelak..Sesuai jadwal perusahaan masuk bursa dengan performance strong market maka tidak sulit saya mendapatkan capital gain sebesar 4 kali lipat. Limited investor saya bersenang hati karena mendapatkan yield tinggi dari capital gain dan saya tetap sebagai pemegang kendali utama perusahaan karena saya tetap mayoritas. Mengapa ? karena saya tidak menjual semua saham yang saya miliki tapi hanya sebagian kecil sebagai fresh money untuk membiayai hidup saya. Yang penting saya tidak punya hutang lagi kepada limited investor. Setelah itu kondisi neraca perusahaan semakin sehat karena masuknya investor bursa.Maka perusahaan kembali menarik pinjaman dari bank untuk meningkatkan program penjualan agar perusahaan semakin bersinar dan kelak kalau right issue PER akan naik berlipat…begitulah seterusnya.

Beberapa perusahaan yang bergerak dibidang insfrastrultur, property, industry dan manufaktur diberbagai belahan dunia saya ambil alih dengan berbagai skema namun dengan modus mencari titik kelemahan perusahaan yang jadi target untuk saya lahap. Dengan semua ini orang banyak tidak tahu siapa saya sebenarnya karena kepemilikan saham saya diperusahaan atas nama SPC dibawah undang undang Negara bebas pajak (non disclosed) yang para direkturnya adalah nominee atau proxy. Sementara perusahaan dikelola oleh professional dengan diawasi team independent dibawah kendali saya dan juga diawasi otoritas bursa…Saya tetap dapat hidup menikmati keseharian tanpa pusing dengan management sehari hari dan bebas pergi kemana saja dengan black card centurion didompet saya tanpa dibebani oleh protocol yang memenjarakan diri. 

Apakah andan tertarik dengan cerita teman tersebut diatas sehingga menggugah anda untuk menirunya? saran saya sebaiknya jangan tiru karena kalau mental dan spritual anda tidak siap maka itu dapat jadi racun.Apakah itu mudah?tidak! ini butuh perhitungan yang rumit berkaitan dengan financial engineering dalam program LBO, MBO dan hedge fund. Melibatkan negosiasi yang melelahkan, membujuk ,menekan dan membanting lawan.Walau anda hidup di level puncak piramida bisnis dengan aktifitas lebih banyak di club mewah.di kamar penthouse berkelas diamond,naik pesawat first class,namun hidup anda tidak nyaman,anda kesepian...

Percayalah..jadi orang biasa saja itu lebih baik..ya kan sayang..

Sunday, August 30, 2015

Ulysses

ADA seorang perempuan yang mudah dilupakan dunia tapi seharusnya tak dilupakan kesusastraan. Namanya Margaret Anderson.Ia lahir pada 1886 di Indianapolis, Amerika Serikat, di sebuah keluarga yang berada, dengan seorang ibu yang hampir setiap tahun tergerak untuk pindah ke rumah baru—dengan mebel, taplak, gorden, dan lukisan dinding baru. Margaret tak seperti ibunya, tapi ia punya keresahannya sendiri. Pada suatu malam, ketika ia berumur 21 tahun, setelah seharian merasa murung, ia terbangun dari tidur. ”Pikiran persis pertama: aku tahu kenapa aku murung,” demikianlah tulisnya, mengenang. ”Tak ada yang bersemangat yang terjadi—nothing inspired is going on. Kedua: aku menuntut hidup harus bersemangat tiap saat. Ketiga: satu-satunya cara untuk menjamin itu adalah mendapatkan percakapan yang bersemangat tiap saat. Keempat: kebanyakan orang tak bisa jauh dalam percakapan….” Akhirnya kelima: ”Kalau aku punya sebuah majalah, aku akan dapat mengisi waktu dengan percakapan yang terbagus yang bisa disajikan dunia….”

Syahdan, pada umur 28 tahun, ketika ia sudah lumayan dikenal sebagai penulis resensi buku di beberapa media, di Chicago, Margaret menerbitkan majalah The Little Review. ”Omong-omong tentang seni”, itulah semboyannya. Tapi tentu saja tak sembarang omong-omong. Nomor pertama majalah kecil itu berbicara soal Nietzsche, feminisme, dan psikoanalisis—hal-hal yang bisa menyentakkan orang Amerika dari tidur borjuis mereka yang tertib dan taklid. Seperti lazimnya majalah seni dan sastra, The Little Review tak laku. Juga sulit mendapat sponsor. Margaret kehabisan uang, diusir dari rumah sewaannya, dan harus menutup kantor majalahnya. Tapi ia tetap menginginkan percakapan yang bersemangat, dan ketika ia ketemu Jane Heap, seorang seniman yang aktif dalam gerakan seni rupa baru Chicago, cita-citanya bangkit lagi. Kedua perempuan itu, yang kemudian berpacaran, meneruskan The Little Review dengan memindahkannya ke New York. Seraya membuka toko buku di Washington Square, di sudut kota tempat inspirasi tak mudah mati itu, kedua perempuan itu membuat sejarah.

The Little Review memuat karya para sastrawan yang kemudian jadi percakapan seluruh dunia: T.S. Eliot, Hemingway, Amy Lowell, Francis Picabia, Sandburg, Gertrude Stein…. Sejak awal, Ezra Pound jadi penasihat dan koresponden majalah itu di London, dan dari Eropa AndrĂ© Breton dan Jean Cocteau mengirimkan tulisan mereka. Juga: James Joyce, dengan Ulysses-nya.

Tapi sejarah sastra tak pernah mudah, terutama di masa ketika modernisme bersedia membenturkan diri menghadapi apa yang ”normal”—yakni segala hal yang ukurannya dibentuk oleh tata sosial yang ada, oleh bahasa yang diwariskan, dan oleh ketakutan terhadap yang tak pasti, yang tak jelas, yang beda. Sejarah sastra memang jadi berarti ketika sastrawan dan karyanya tak memilih kenyamanan yang ditentukan oleh kelaziman sosial. Margaret membuktikan itu dengan dirinya—sejak ia, dalam ketiadaan uang, berani hidup di bawah tenda yang didirikannya sendiri di tepi Danau Michigan, sampai dengan ketika ia berani menerbitkan Ulysses, dalam bentuk cerita bersambung sejak 1918. Joyce baru merampungkan karya besarnya yang setebal 732 halaman ini pada akhir Oktober 1921. Sengaja disandingkan dengan epos Yunani kuno karya Homeros, Ulysses tak berkisah tentang para pahlawan, melainkan tentang kehidupan sehari-hari Kota Dublin, Irlandia, dengan dua tokoh yang berbeda, Stephen Daedalus dan Leopold Bloom.

Novel yang terdiri atas tiga bagian besar dengan 18 episode ini tak mudah dibaca, meskipun tiap bagian memukau, liris, juga ketika ”arus kesadaran” sang tokoh merasuk ke dalam paragraf seakan-akan puisi yang meracau. Joyce sendiri mengatakan—mungkin serius, mungkin main-main—bahwa ke dalam Ulysses ia memasukkan ”begitu banyak teka-teki dan enigma hingga para profesor akan berabad-abad sibuk berdebat tentang apa yang saya maksud”. Tapi di dunia ini ada para profesor, atau para peminat sastra yang bersungguh-sungguh yang menemukan kenikmatan dan kearifan dalam percakapan (”percakapan yang bersemangat,” kata Margaret Anderson), dan ada orang yang tak begitu berminat meskipun teramat bersungguh-sungguh: para sensor. Dalam Ulysses sang sensor merasa menemukan ”pornografi”. Pada 1920, orang-orang yang merasa diri bermoral dan saleh yang bergabung dalam ”The New York Society for the Suppression of Vice” berhasil memenangkan dakwaannya di pengadilan, dan hakim menyetop The Little Review memuat novel itu.

Majalah itu disita. Margaret Anderson dan Jane Heap dihukum sebagai penyebar kecabulan. Masing-masing didenda $ 100. The Little Review yang miskin dana itu pun kehilangan masa depan. Akhirnya kedua perempuan itu memutuskan untuk meninggalkan Amerika—di mana kekuasaan uang dan ”moralitas” dipergunakan untuk mengimpit mereka yang berbeda—dan melanjutkan The Little Review di Eropa. Ulysses juga telantar. Tak ada penerbit baik di Amerika maupun di Inggris yang mau mencetak dan menyebarkan novel itu. Baru pada 1931, di Paris, seorang perempuan lain, Sylvia Beach, berani melakukannya, diam-diam dari toko bukunya yang sampai kini tak mentereng di tepi Sungai Seine, ”Shakespeare and Co”. Sejak itu, zaman berubah, juga ”moralitas” dan kecemasan. Pada 1933, hakim John M. Woolsey mengizinkan novel itu beredar. Porno? Merangsang? Hakim itu telah membacanya dan ia mengatakan bahwa ia, bersama dua orang temannya, tak bangkit syahwatnya karena Ulysses. Pada akhirnya seorang lelaki bisa mengerti kearifan yang dibawa Margaret Anderson, Jane Heap, dan Sylvia Beach: ”moralitas” itu hanya bangunan kekuasaan mereka yang waswas akan libido diri sendiri.@

Nilai persahabatan

Dia tertidur pulas setelah mendapatkan suntikan obat penenang. Dokter mengatakan bahwa dia akan baik baik saja. Saya menungguinya tanpa terpejam mata sejak jam 2 pagi dia masuk Ruang Gawat Darurat rumah sakit. Jam 6 pagi matanya bergerak dan yang pertama kali ditetapnya adalah saya. Dia tersenyum. Dipegangnya lengan saya " kamu nampak lelah. Pulanglah. Istirahat. Aku akan baik baik saja. " katanya. Saya menegaskan akan pulang setelah tahu apa penyakitnya dari dokter. Dia mengangguk tanpa melepas pagangannya dilengan saya. Pandangan matanya nampak kosong.Saya perhatikan dia nampak begitu rapuhnya. Dia sahabat saya yang telah 8 tahun sebagai mitra saya dalam bisnis. Kali pertama saya mengenalnya dia adalah single parent yang berjuang untuk menghidupi anaknya berusia 7 tahun sebagai Sales paket wisata. Enam bulan setelah perkenalan denganyan dia menawarkan bisnis penangkapan ikan dan cold storage untuk melayani ekspor ke Jepang. Bisnis itu berujung gagal karena mitranya yang culas dan kami harus menanggung rugi. Namun entah mengapa setelah itu dia murung berkepanjangan. Semakin saya memaafkan semakin dia tidak bisa memaafkan dirinya. Sampai akhirnya dia nyaris meninggal karena bunuh diri.

"Kamu sahabat saya.Seharusnya saya jaga harta perusahaan dengan baik tapi saya gagal menjaganya Untuk apalagi saya hidup bila saya mengecewakan kamu?" Demikian alasannya.

Berusaha saya memotivasinya untuk bangkit dan melupakan yang sudah lewat. Mungkin sudan jalan Tuhan menguji dia agar mendapatkan peluang yang lebih baik dan tentu menguji kesabaran saya. Saya katakan dirumah sakit bahwa ada mitra bisnis di Thailand bersedia menjalin kerjasama dengan saya dengan memanfaatkan buyer yang saya punya di Jepang. Dia nampak tersenyum ketika keluar rumah sakit. Dia berjanji akan bekerja keras memanfaatkan peluang ini. Saya katakan mungkin kita tidak ahli menangkap ikan tapi ahli menjual. Disinilah kita bisa dapat uang untuk mengembalikan kerugian yang lalu. Dia mengangguk. Sejak itu dia tampil semangat dan benarlah usahanya berkembang pesat. Kerugian yang lalu terbayar. Kamipun berhasil membangun processing fish. Dari akumulasi keuntungan ini dia mengajukan rencana bisnis Travel yang memang digemarinya. Saya mendukung. Bisnis Travel berkembang sampai membuka cabang di Ho cin min and Bangkok. 

Dia semakin sibuk sehingga lupa dia punya putri yang sedang tumbuh remaja yang harus diperhatikannya. Disinilah dilema. Saya minta dia mulai memikirkan mengurangi kesibukannya. Dia menolak dan kami selalu bertengkar soal ini. Akhirnya jalan kompromi diambil bahwa putrinya masuk asrama di singapore.Ternyata sejak putrinya tinggal di asrama dia semakin murung. Sampai akhirnya dia sakit karena depresi.

" Saya akan ikuti saran kamu. Saya akan kurangi kesibukan bisnis. Yuli akan pulang kerumah ya. Saya ibunya, sayalah yang harus menjaga dan merawatnya sampai kelak ada pria yang akan menjemputnya. Ya kan " katanya. Saya hanya mengangguk dengan tersenyum.

" Kamu tahu "'sambungnya " dulu saya punya suami yang sangat saya cintai dan diapun mencintai saya. Tapi dia pergi kewanita lain ketika saya sangat membutuhkannya. Tapi setelah itu saya bertemu kamu. Pria yang saya cintai tapi tidak pernah mencintai saya karena cintanya hanya untuk istrinya namun dia selalu ada untuk saya bahkan disaat tersulit.  Senyumnya meyakinkan saya bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan saya. Sentuhan tangannya memastikan dia akan selau menopang saya ketika jatuh. Dia tidak banyak berkata manis namun selalu berkorban untuk saya , menjaga..selalu. " Katanya dengan airmata berlinang.

Saya tesenyum sambil menggenggam jemarinya. " kamu sahabat saya dan akan selalu begitu untuk berbagi dan saling mengerti dan memaklumi. Ya kan Jess "

"Why did you do all this for me?' I don't deserve it. I've never done anything for you.' Katanya dengan terisak..

" You have been my friend,' kataku " that in itself is a tremendous thing.

Memberi...

Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak ke tempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang kotor, ia bersihkan kotoran itu, dan memasukkan roti itu ke mulutnya, menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga. Dia tercekat melihat itu, ia hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan untuk dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana.

“Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik saya….,” jawab anak itu.
“Orang tuamu dimana…?”
“Saya tidak tahu…., ayah ibu saya pemulung…. Tapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan untuk saya dan dua adik saya yang masih kecil…,” sahut anak itu.

Dia minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki Hati nya semakin merintih melihat kedua anak itu, dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping.
Dia tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka kesulitan.

Dia kemudian membawa ke tiga anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin. Pada pengurus yayasan itu dia mengatakan bahwa ia setiap hari akan mengantarkan semua penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin itu agar mereka mendapatkan makanan dan minuman yang layak dan mendapatkan perawatan dan pendidikan yang layak.
Sejak saat itulah dia menghabiskan waktunya dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai jam 8 malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya dan membeli dua potong kue untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim piatu itu. Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.

Dia mengayuh becak tuanya selama 365 hari setahun, dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya.
“Tidak apa-apa saya menderita, yang penting biarlah anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini…,” katanya bila orang-orang menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar untuk orang lain tanpa perduli dengan dirinya sendiri.

Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun dia menggenjot becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan yatim piatu itu. Saat berusia 90 tahun, dia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu rupiah) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan menyerahkannnya ke sekolah Panti “Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan….,” katanya dengan sendu.Semua guru di sekolah itu menangis….

Dia adalah Bai Fang Li, wafat pada usia 93 tahun, ia meninggal dalam kemiskinan. Sekalipun begitu, dia telah menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesar RMB 350.000 (kurs 1300, setara 455 juta rupiah, jika tidak salah) yang dia berikan kepada Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin...
***
Anakku. Ketahuilah nak bahwa kemiskinan didunia ini bukanlah karena tidak ada harta atau sumber daya tapi karena miskin cinta. Kamu,,nak tidak perlu jadi orang kaya untuk menjadi pemberi ,karena bagaimanapun kamu mampu memberi selagi kamu kaya cinta , dan kamu tidak perlu menghormati orang karena tahu dia kaya, tapi karena dia memberi ..sekecil apapun pemberian itu., hormatilah, syukurilah dan berterimakasihlah selalu.. Pahamkan sayang..

Sunday, August 16, 2015

Kamu...

Malam masih seperti malam sebelumnya. Aku disini dan kamu disana. Kita akan selalu berjarak dalam diam. Walau gelora hari kita menembus laut dan benua , namun semua terbang terbawa sekawanan burung yang pergi entah kemana. Kini aku tak ingin lagi bertanya lebih jauh tentang kamu. Biarkan aku cukup membayangkan kegigihanmu menutupi kelemahanku. Melindungiku dari kebodohanku. Menjagaku dalam kealfaan. Menggiring ku kearah cahaya dimana aku harus melangkah ditengah kegegelapan. Setelah itu kamu pergi. Mengapa ? Maaf, ini bukan hendak bertanya kepadamu. Sebegitu indahkah makna persahabatan yang terpatri dalam dirimu.Seperti apakah kira kira makna itu. Katakanlah kepadaku. Katakan.... Kamu diam ,menjauh dan berjarak, Setelah itu semua tinggal misteri bagiku, dalam hening.

Malam masih seperti malam sebelumnya. Dari balik jendela kamar kulihat bulan bulat putih pada hari ini. Tanpa bingkai mega. Dikitari oleh taburan bintang yang berkelip bagaikan kunang kunang. Semakin kupandang semakin jauh kenangan terbawa. Masihkah kamu mengingatku. ? mungkin tidak. Atau setidaknya kamu mengingat dalam kesadaran seperti kesadaran burung yang harus terbang kebenua lain berlindung dibalik musim salju. Tak ada yang istimewa, Bila harus pergi maka pergilah. Setelah itu yang ada hanyalah kepasrahan untuk sebuah pilihan yang tak bisa memilih. Tegarkah kamu ? Ah terlalu bodoh aku bertanya seperti itu. Tapi bulan itu dimalam ini membawaku kepadamu.Tapi aku yakin kamu akan baik baik saja.

Hari ini aku harus berkata satu kepada diriku bahwa kamu bukanlah milik siapa siapa, Kamu adalah milik sang pencipta. Aku tak ingin lagi merisaukan tentang dirimu. Setidaknya doaku akan lebih khusu untuk kamu yang sendiri ditengah orang ramai.Betapa tidak ? Inilah yang tak pernah bisa kulupakan tentang kamu. Kali pertama pertemuan kita di musim semi , di Shanghai. Tidak ada yang istimewa. Aku dengan aku dan kamu dengan kamu. Namun dalam perjalanan waktu , dalam kebersamaan team, kamu tampil memukau sebagai profesional kelas dunia. Aku semakin merasa bodoh dihadapanmu. Namun kamu tak pernah nampak superior dihadapanku. Raut wajahmu begitu bersemangat memancarkan magnit untuk kumengerti bahwa kamu peduli dengan obsesiku, dengan impianku.

Malam masih seperti malam sebelumnya, tak beda dengan diriku yang melangkah terseok seok dijalan berliku dan berduri. Kini , aku lelah dan sangat lelah. Ditengah kegalauanku itulah kamu datang menemuiku. Selalu begitu. Kita saling tersenyum melangkah kekorsi dipinggir dermaga tanpa saling bertatap. Kita asyik dengan lamunan kita tanpa bersetatapan.

“ Masih vegetarian “ tanyamu.
Aku hanya mengangguk dan tesenyum.
“ Besok aku harus kembali. “ katamu. 
“ Secepat itukah ? Tanyaku
“ Ya. Besok jam 2 sore pesawatku.“
Kamu berdiri. Melangkah menjauh kearah pagar dermaga. Angin sepoi sepoi dibulan april ini membuat tubuhmu yang ramping seakan begitu serasinya dalam keindahan senja yang merangkak menuju malam.“ Kamu tahu.. Sulit dipahami sikapmu dulu.Kamu melukaiku dan membuatku harus menangis dimalam sepi. Tapi kini aku sadari kamu benar dengan sikapmu. Maafkan aku”
“ Maafkankan aku juga karena tidak bisa menjelaskan sikapku dan hanya berharap suatu saat kamu bisa mengerti.“
Kamu terdiam dan lambat tubuhmu kembali menghadap dermaga , memunggungiku. Aku tetap diam. Kamu mengalihkan pandanganmu ketempat lain. Kemudian melangkah agak menjauh dari tempat ku duduk. Desiran angin laut membelai halus rambutmu.
“ Brother, kamu tau ..! serumu hingga membuat aku terkejut. “ Aku tahu adalah bukan sifatmu untuk pergi. Aku banyak bergantung padamu. Sementara , kamu selalu senang membantu dan tidak pernah terganggu bila kadang aku mulai mengucilkanmu, melecehkanmu. Ya itulah budaya kami. Ketika kami berpikir itu adalah tidak mungkin dan beresiko, kamu tampa diminta sudah lebih dulu menawarkan diri menghadang resiko itu. Ketika kami kawatir dengan semua ini , kamu hadir dengan senyum hangat untuk meyakinkan bahwa semua akan baik baik saja. . “ Kamu nampak menahan tangis namun airmata nampak mengambang dipelupuk matamu.“ Sekarang…inilah aku. “ katamu. 
Aku hanya tersenyum. “ Aku senang bila pada akirnya kita dapat bertemu lagi. Aku kangen kamu”
“ Aku juga kangen..sangat..”Kulihat kamu menangis dan pergi belalu dari hadapanku. Sambil berbisik ” “Take care your health, my dear” Aku hanya terdiam tanpa berani untuk menghalangimu.

Satu hal yang dapat kuungkapkan kepadamu bahwa Allah memberiku begitu banyak maka ini adalah berkah dan sekaligus beban. Kecintaanku kepada sahabat dan siapa saja hanyalah untuk lebih pandai bersyukur. Semuanya kulakukan hanya karena cinta.. Bukan masalah siapa memanfaatkan siapa tapi lebih kepada kepedulian ketika kita mampu berkorban kepada orang yang terdekat dengan kita. Semoga perjalanan waktu dapat membuat kamu menyadari bahwa kecintaan persahabatan begitu agung ketika kita dapat bersikap dengan jelas tanpa pamrih. Walau karena itu kita harus berjarak.Tapi kataku terbang terbawa angin sore. Kamu telah jauh dari hadapanku dan tak terjangkau lagi.Semoga kamu selalu baik baik saja..

Akhlak atau spiritual

  Apa pendapat bapak soal kenaikan pajak PPN 12 % “ tanya Lina. Peningkatan tarif PPN tujuannya tentu untuk meningkatkan penerimaan negara d...