Tidak ada kejadian di alam
semesta ini tanpa perencanaan dari Allah. Semua tercipta atas dasar kesempurnaan
ciptaan dengan rencana yang sempurna pula. Ketika saatnya terjadi maka tidak
ada yang bisa menahan atau menghalangi. Yang terjadi , terjadilah. Ilmu Allah
maha luas dan tak mungkin dapat terjangkau oleh manusia. Namun ada dua hal
tentang ilmu Allah yang pasti diketahui oleh setiap makhluk. Dua hal ini sangat dekat dan bisa disaksikan.
Jadi bukan hanya retorika. Apa itu ? Kelahiran dan Kematian. Dua hal ini ,
siapapun pasti akan mengalaminya. Hanya saja pengalaman tentang kelahiran dan
kematian tidak bisa kita ketahui dengan pasti. Apakah kematian itu menyakitkan?
Apakah kelahiran adalah perjalanan indah melewati dinding uterus dan melesat
keluar lewat lubang vagina ibu. Kita tidak tahu. Allah menghapus memori pada
setiap bayi sehingga tidak bisa mengingat peristiwa kelahiran itu. Orang
matipun tidak mungkin akan hidup lagi untuk bercerita kepada kita tentang pengalamannya
melewati peristiwa kematian sampai di liang kubur. Namun kedua hal ini , Allah
memberikan ilmu tentang kebijakan. Bahwa kita ada karena diadakan dengan
perencanaan Allah yang maha sempurna.
Ketika Nabi SAW tahu bahwa ajalnya sudah hampir tiba, beliau pun mengumpulkan sahabat dan memberitakannya. Sahabat menangis dan merasa dirinya tidak bisa hidup bermakna tanpa bimbingan Nabi. Namun Nabi menghibur mereka, “Jangan khawatir, aku tinggalkan untuk kalian dua guru; yang satu bisa bicara dan yang lainnya bisu”. Sahabat saling menoleh siapa di antara mereka yang beliau maksud. Nabi menambahkan, “guru yang bisa bicara, yaitu al-Qur’an, dan guru yang bisu, yaitu kematian." Memang mahami kematian adalah hikmah besar yang tak ada tandingannya untuk kita bisa bersikap bijak. Karenanya tidak banyak orang yang mampu mendapatkan hikmat tentang kelahiran dan kematian itu. Mengapa ? Sesuai dengan janji iblis ketika diusir dari surga, ia berjanji untuk selalu menggoda keturunan Adam as, agar jadi temannya di neraka nanti. Carannya menjadikan manusia dikendalikan oleh nafsunya. Ingatan mati inilah yang senantiasa dikaburkan oleh Iblis, sehingga antara kebaikan dan kebenaran menjadi kabur. Antara halal dan haram menjadi samar samar. Bila Allah berkata ”Kullu nafsin dzaiqotul mauti” bahwa tiap yang bernyawa pasti mati. Namun itu dianggap angin lalu seakan hidup tak ada akhir dan terus asyik memperdaya apapun untuk menikmati hidup yang hanya sekali ini.
Kemarin saya membaca berita bahwa
Taufik Kemas tutup usia. Ia telah dipanggi pulang oleh yang Maha Kuasa. Setiap berita kematian keluarga terdekat, sahabat atau orang yang kita kenal, seakan jutaan kalimat masuk kedalam batin kita. Bahwa hanya masalah waktu kitapun akan menyusul. Apakah kita siap? Ingat kisah ketika malaikat ditanya
tugasnya oleh manusia yang menjelang ajal, dan menjawab “ akulah Maut yang
mengeluarkan engkau dari dalam dunia ini, dan akulah yang menjadikan anakmu
yatim dan menjadikan isterimu seorang janda,membuat seluruh harta warisanmu
dipusakai oleh orang yang tidak engkau cintai sekalipun pada masa hidupmu. Ketika itu kita disadarkan bahwa semua yang kita perjuangkan didunia berupa materi adalah kesia-siaan belaka. Kelelahan melewati waktu hanya membawa tenaga melemah karena usia menua, rambut memutih, mata memudar. Ketika nyawa tercabut dan jasad masuk keliang kubur, bakteri dan
serangga akan berpesta pora. Gas yang dilepaskan oleh
jasad renik ini mengakibatkan tubuh kita menggembung mulai dari daerah
perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari
mulut hingga hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi disekitar diafragma.
Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, telapak kaki, dan tangan akan
terlepas.
Seiring dengan terjadinya
perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung
dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan
terjadi disekitar perut. Ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan
tiba-tiba pecah, bau menjijikkan yang tak tertahankan akan keluar. Mulai dari
tenggorokan sampai otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan
lembut lainnya akan tercerai-berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti
tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi
kerangka. Singkatnya, tubuh yang tadinya dapat dikenali akan mengalami akhir
yang menjijikkan. Sementara jiwanya melayang sesaat setelah nafasnya berakhir.
Seandainya Allah berkehendak, sebenarnya tubuh itu dapat saja tetap utuh, tapi
tidak demikian yang terjadi. Ini semua menyimpan pesan agar manusia selalu
merenungkan kematiannya untuk memberi makna bagi kehidupannya.
Walaupun kematian hanya menasehati kita tanpa kata-kata, namun bila kita renungi, maka kejadian kematian yang kita ketahui akan menjadi sarana yang luar biasa untuk menyadarkan kita bagaimana seharus kita hidup selama di dunia ini. Bahwa diri kita bukanlah sekedar tubuh semata,
melainkan jiwa yang dibungkus raga. Dengan kata lain, manusia sesungguhnya
memiliki wujud lain selain tubuhnya, yaitu jiwanya. Substansi manusia bukanlah
raga tapi jiwa. Kekuatan atau keindahan tubuh hendaknya tidak menjadi kebanggan
utama seseorang manusia, tetapi keimanan, budi luhur, dan wawasan yang
merupakan cermin jiwanya justru harus menjadi unsur yang dikedepankan. Kekuatan
atau keindahan tubuh yang sering di banggakan ternyata hanya akan berakhir
dengan pembusukan, namun akhlak mulia dan amal saleh akan senantiasa menjadi
kenangan yang tak akan pernah pudar. Ya, tubuh datang kedunia seorang diri dan pergipun
dengan cara yang sama. Bekal yang dibawa pada akhirnya hanya amal perbuatan,
bukan ketampanan dan kecantikan, bukan kekayaan.. Selamat jalan Da Taufik.
Semoga Allah memberikan rahmatNya...