Ada yang sempat mengatakan kepada saya “ Orang kafir memuja berhala dan bersujud dihadapannya. Kini kita melakukan hal yang sama. Pemikiran orang kafir sudah kita imani untuk bersikap dan bertindak. Ketika bertemu orang Amerika dan Barat yang kafir kita menunduka diri dan menghormati mereka dengan segala bentuk. Tapi kita tetap menganggap diri kita muslim. Dan akibatnya kita mempunyai banyak berhala didalam diri kita, seperti ketamakan, ambisi, dengki dan iri hati , dan kita tunduk dengan semua itu. Maka baik secara lahir maupun batin, kita berbuat sama dengan pemuja berhala, tetapi kita tetap menganggap diri kita muslim “
Saya katakan hal itu tidak perlu dirisaukan. Bahwa selagi kita bisa melihat yang jelek maka ruh kebaikan terpancar didalam diri kita. Air laut terasa asin manakala kita sudah merasakan air sungai.. Yang indah nampak dipermukaan , menyeramkan bagi ruh. Yang terhormat nampak , namun terhina bagi ruh, yang terpintar dipermukaan, namun bodoh dihadapan ruh. Begitulah kemuliaan ruh yang bersemayam didalam diri kita. Menuntun kita untuk menilai dan memilah semua tipu daya dunia untuk mencapai kesempurnaan. Memahami agama sebagai hakikat selalu mencerahkan. Yang tidak bicara tentang ritual kecuali melakukanya seperti bernafas. Rukun Islam itu adalah kesehariannya dalam bersyariat sebagai cara mengingat Allah seumur hidup.
Agar kita tidak terjebak dalam kehidupan yang menipu maka dalam suluruh disiplin rohami selalu ditegaskan bahwa iman sebagai bagian yang tak terpisahkan dari amal. Iman itu dalam bahasa arab artinya adalah Aman.. Keamanan berujung kepada kedamaian. Bagi kebanyakan orang, akal terlalu dominant membahas soal keimanan. Akibatnya keamanan tidak didapat. Padahal memahami iman haruslah dengan cahaya Allah. Melalui tafakkur dan keilmuanm, untuk mengenal Tuhan menuju keamanan sejati. Mengenal dan akrab dengan Allah sebagai saksi setiap perbuatan, setiap pikiran, setiap niat. Sebagai pelindung siang dan malam dari segala fitnah dan bencana. Sebagai pemberi cinta daripada amarah.
Tanpa syak, manusia terdiri dari jasad yang sangat rendah dan roh, yang agung.. Tuhan menciptakan keduanya dari kesempurnaan Kuasa Nya. Srratus ribu kebijaksanaan yang ternyatakan dari roh luhur , seratus ribu kegelapan dari jasad kasar ini. Itulah sebabnya, Tuhan berfirman kepada para malaikat “ Lihatlah , sesungguhnya aku menciptakan makhluk dari tanah, Manakala telah kusempurnakan kejadiannya dan kutiupkan roh Ku maka hendaklah kamu bersujud. Kepadanya ( QS: 38:72-73). Dia dihubungkan jasad tanah dengan hembusan napas Roh Nya sendiri, sehingga cahaya dan Napas ketuhanan menjadikan tanah hitam ini sarana bagi kebajikian, keadilan dan pemelihara amanat Tuhan: maka ia menjadi sarana bagi keselamatan,pendakian , dan derajat ketinggian. Tujuan bukanlah tanah hitam, melalui ketamakannya bagi cahaya “Aku hembuskan napas roh Ku kedalam dirinya”, hendak menjadikan lampu penerang, bagi niat jahat mencuri dan pengkianatan.
Mensucikan diri bukanlah menghindar dari interaksi dengan siapapun. Melainkan menanamkan jihad Akbar kepada diri sendiri . Berkeyakinan mampu membunuh nafs dengan menghentikan budaya “ meminta “ dan “memohon”. Membangun sikaf keseharian untuk memberi dan memberi karena cinta. Memang setiap perang akan ada korban dan pendertaan, Kadang kalah, kadang menang. Namun akhir dari pertempuran adalah memenangkannya. Penderitaan karena perang dengan nafs terlalu tak berarti bila dibandingkan penderitaan diakhirat kelak bila kita kalah. Inilah puncak keimanan untuk mencapai puncak spiritual yang menetramkan Menuju keselamatan di dunia dan akhirat.
Saya katakan hal itu tidak perlu dirisaukan. Bahwa selagi kita bisa melihat yang jelek maka ruh kebaikan terpancar didalam diri kita. Air laut terasa asin manakala kita sudah merasakan air sungai.. Yang indah nampak dipermukaan , menyeramkan bagi ruh. Yang terhormat nampak , namun terhina bagi ruh, yang terpintar dipermukaan, namun bodoh dihadapan ruh. Begitulah kemuliaan ruh yang bersemayam didalam diri kita. Menuntun kita untuk menilai dan memilah semua tipu daya dunia untuk mencapai kesempurnaan. Memahami agama sebagai hakikat selalu mencerahkan. Yang tidak bicara tentang ritual kecuali melakukanya seperti bernafas. Rukun Islam itu adalah kesehariannya dalam bersyariat sebagai cara mengingat Allah seumur hidup.
Agar kita tidak terjebak dalam kehidupan yang menipu maka dalam suluruh disiplin rohami selalu ditegaskan bahwa iman sebagai bagian yang tak terpisahkan dari amal. Iman itu dalam bahasa arab artinya adalah Aman.. Keamanan berujung kepada kedamaian. Bagi kebanyakan orang, akal terlalu dominant membahas soal keimanan. Akibatnya keamanan tidak didapat. Padahal memahami iman haruslah dengan cahaya Allah. Melalui tafakkur dan keilmuanm, untuk mengenal Tuhan menuju keamanan sejati. Mengenal dan akrab dengan Allah sebagai saksi setiap perbuatan, setiap pikiran, setiap niat. Sebagai pelindung siang dan malam dari segala fitnah dan bencana. Sebagai pemberi cinta daripada amarah.
Tanpa syak, manusia terdiri dari jasad yang sangat rendah dan roh, yang agung.. Tuhan menciptakan keduanya dari kesempurnaan Kuasa Nya. Srratus ribu kebijaksanaan yang ternyatakan dari roh luhur , seratus ribu kegelapan dari jasad kasar ini. Itulah sebabnya, Tuhan berfirman kepada para malaikat “ Lihatlah , sesungguhnya aku menciptakan makhluk dari tanah, Manakala telah kusempurnakan kejadiannya dan kutiupkan roh Ku maka hendaklah kamu bersujud. Kepadanya ( QS: 38:72-73). Dia dihubungkan jasad tanah dengan hembusan napas Roh Nya sendiri, sehingga cahaya dan Napas ketuhanan menjadikan tanah hitam ini sarana bagi kebajikian, keadilan dan pemelihara amanat Tuhan: maka ia menjadi sarana bagi keselamatan,pendakian , dan derajat ketinggian. Tujuan bukanlah tanah hitam, melalui ketamakannya bagi cahaya “Aku hembuskan napas roh Ku kedalam dirinya”, hendak menjadikan lampu penerang, bagi niat jahat mencuri dan pengkianatan.
Mensucikan diri bukanlah menghindar dari interaksi dengan siapapun. Melainkan menanamkan jihad Akbar kepada diri sendiri . Berkeyakinan mampu membunuh nafs dengan menghentikan budaya “ meminta “ dan “memohon”. Membangun sikaf keseharian untuk memberi dan memberi karena cinta. Memang setiap perang akan ada korban dan pendertaan, Kadang kalah, kadang menang. Namun akhir dari pertempuran adalah memenangkannya. Penderitaan karena perang dengan nafs terlalu tak berarti bila dibandingkan penderitaan diakhirat kelak bila kita kalah. Inilah puncak keimanan untuk mencapai puncak spiritual yang menetramkan Menuju keselamatan di dunia dan akhirat.