Tuesday, September 11, 2007

Ramadhan kita...


Dua hari lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan. Ini bulan yang selalu dinantikan oleh seluruh umat muslim sedunia. Dibulan inilah terbuka segala pintu rahmat, berkah dan ampunan dari sang pengcipta. Dibulan inipula umat islam ditantang dengan ujian menahan lapar, haus dan hawa nafsu dari sejak fajar sampai matahari terbenam. Dalam kurun waktu 12 jam kita diminta menghadapi proses berjalannya waktu itu dengan khusu memuji kebesaran Allah dan menerima segala cobaan dengan ikhlas. Maha suci Allah yang selalu menuntun kita untuk mencapai kesempurnaan akhlak agar kita menjadi pemimpin dimuka bumi dan penyebar rahmat bagi alam semesta.

Memang benarlah bahwa hidup adalah perjuangan untuk menegakkan asma Allah untuk mencapai kemuliaan. Hubungan hablulminallah dan Hablubminnnas terjalin erat dalam ritual ramadhan ini. Dalam hubungan hablulminallah kita diminta tunduk atas perintah puasa. Puasa memang hanya kepada orang yang beriman. Puasa tidak diperuntukan bagi orang yang tidak percaya kepada. Akhir dari ritual ini adalah reward berupa menjadi orang yang bertakwa. Namun implikasi dari ritual Ramadhan inilah yang kadang terlupakan oleh kita yaitu peka terhadap pesan kemanusiaan , kebersamaan, perdamaian dan keadilan serta peduli kepada mereka yang miskin.

Sejak krisis ekonomi terjadi ,negeri kita menghadapi bencana kemanusiaan yang teramat menyedihkan. Kasus busung lapar yang diderita anak-anak di NTB, NTT, dan provinsi lainya terjadi sejak krisis melanda negeri ini tahun 1997, gizi buruk, busung lapar, dan kematian anak balita akibat busung lapar sudah menjadi berita. Sampai kini itu terus berlanjut. Berita tentang bantuan dari semua pihak hanya terjadi sesaat dan setelah itu terlupakan. Ini adalah tragedi tapi kita menepisnya dengan bersandar berjuta alasan yang terkait dengan alam dan iklim. Dengan cara pandang seperti itu, nasib jutaan anak Indonesia yang menderita gizi buruk dan satu per satu meninggal, tak akan pernah dianggap signifikan untuk menjadikannya sebagai tragedi nasional yang menuntut penanganan serius. Sebab dalam sistem ekonomi global sekarang ini, keberadaan dan penderitaan kaum miskin tak akan tampak. Mereka tersembunyi di gubuk-gubuk di pelosok-pelosok pedesaan dan di sudut-sudut kumuh perkotaan, yang ruang hidupnya tak pernah terhitung dalam sistem ekonomi formal.

Walau rezim Soeharto telah jatuh dan digantikan pemerintahan yang lebih demokratis, integrasi negara ke dalam tata ekonomi global dan tingginya beban utang, selalu berarti, yang paling miskin tetap saja ditelanjangi hak-haknya, sama seperti saat berada di bawah rezim paling otoriter. Sebab hak asasi yang dilanggar penguasa otoriter yang tampak merupakan satu hal, sementara para pencipta kemiskinan dan kelaparan abadi yang tersembunyi dalam kekuatan ekonomi merupakan hal lain. Pembangunan selama ini lebih berarti mereduksi berbagai bentuk kekayaan alam menjadi uang, yang akhirnya lebih banyak raib di tangan koruptor. Sudah waktunya kita menghitung biaya tersembunyi yang tak pernah bisa diukur oleh indikator-indikator ekonomi global, namun terus ditanggung demikian banyak orang miskin. Upaya melawan kekuatan ekonomi yang tidak memperhitungkan keberadaan kaum miskin, dan yang terus mendesakkan penghapusan subsidi atas kebutuhan pokok, lebih banyak swastanisasi, pembayaran utang dengan bunga tinggi, jauh lebih sulit daripada menggulingkan penguasa politik yang otoriter.

Mungkin kelaparan dan kematian akibat kemiskinan sebagai bentuk kegagalan kita sebagai orang beriman yang tidak punya keberanian untuk melawan atau tidak peduli atau lebih mementingkan keselamatan pribadi. Makanya derita demi derita kaum miskin yang terjadi saat ini adalah peringatan untuk orang beriman agar bangkit berjuang melawan ketidakadilan dari keberadaan system yang membuat kemiskinan terus terjadi. Sudah waktunya kita menghitung kembali nilai nilai spiritual kita, nilai ibadah kita dan nilai puasa kita dibulan ramadhan ini..apakah cukup dengan berzikir, sholat dan menahan lapar saja sementara fungsi kita sebagai rahmatan lilalamin terabaikan.

Monday, September 10, 2007

Bertikai dengan Malaysia ?

Dulu zaman Soekarno , Soerhato memanglah cinta bangsa dan semangat patriotisme itu selalu dipropaganda disetiap kesempatan. Tapi dizaman reformasi ini , semangat itu sudah semakin berkurang. Jargon globalisasi dan demokratisasi menenggelamkan patriotisme seperti kata kata usang didalam tumpukan buku buku kono. Tapi keliatannya kembali semangat kebangsaan ditampilkan didepan public baru baru ini sebelumnya semangat itu ditampilkan ketika pertandingan bola Piala Asia disenayan. Semangat merah putih berkibar dengan gagahnya walau akhirnya harus menerima lapang dada suatu kekalahan dirumah sendiri.

Peristiwa kekerasan yang dilakukan Polisi Diraja Malaysia kepada TKI menyentuh rasa kebangsaan dan membakar semangat patriotisme kita. Dari Ormas sampai kepada Politisi disenayan bersuara keras , mengecam tindakan kesewenangan Polisi Diraja Malasysia. Kita marah dan marah. Seakan siap bertempur kapan saja untuk memaksa pemerintah Malaysia mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada kita. Tentu Malaysia tidak akan mengakui kesalahan atau maaf kepada pemerintah Indonesia karena status TKI disana adalah sebagai penduduk Negara yang mempunyai posisi sama dengan penduduk lainnya dihadapan hukum Malaysia.. Ungkapan maaf yang tepat adalah langsung kepada pihak yang menjadi korban kekerasan tersebut. Dan ini sudah dilakukan oleh Dubes Malaysia di Indonesia dengan langsung mendatangi korban berserta keluarganya sambil menyampaikan surat permintaan maaf dari Kepolisian Diraja Malaysia.

Anehnya, kita begitu gagah bila melihat ada ketidakadilan terhadap prilaku pejabat negeri lain terhadap rakyat kita sementara setiap hari kita melakukan sikap kesewenangan dan mempermainkan keadilan kepada rakyat kita sendiri. Cobalah disimaki dengan seksama bahwa keberadaan para TKI berpendidikan rendah tersebut adalah akibat system yang ada dinegeri kita , membuat mereka miskin secara structural. Lantas mengapa ini tidak dijadikan semangat patriotisme kita untuk memperbaiki sikap kita terhadap rakyat agar mereka tidak perlu menumpang hidup dinegeri orang. Ketahuilah bahwa keberadaan para TKI diluar negeri tidak lebih hanyalah bagian dari komoditi global untuk kepentingan para juragan yang menikmati kemakmuran dari system negaranya. Tidak akan pernah ada kebijakan sosial humanis bagi sang komiditi ( TKI) dan kita menutup mata atas situasi ini.

Ungkapan emosional Politisi senayan yang meminta pemerintah menarik pulang semua TKI yang ada di Malasyia, menyiratkan seakan tanpa TKI , malaysia akan hancur. Sebetulnya bagi Malaysia yang sudah beranjak menjadi negara maju yang makmur keberadaan TKI sudah mulai mengganggu stabilitas nasional mereka.. Karena memang mereka tidak begitu lagi membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan rendah. Tingkat upah yang mereka berikan kepada TKI adalah standard diatas rata rata upah yang diterima oleh para buruh yang ada di Indonesia, Kamboja, Vietnam, Thailand, Filipina Jadi seandainya TKI kita semua keluar maka ini adalah berkah bagi malaysia yang bisa dengan mudah menggantinya dari Thailand dan Filipina yang jauh lebih berkualitas. Sementara bila TKI itu kembali ke Indonesia , apakah kita sanggup memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka. ? Jumlah TKI di Malaysia diatas 100,000 orang dan ini bila kembali tentu akan menimbulkan masalah sosial bila kita tidak bisa memberikan lapangan pekerjaan.

Keberadaan para buruh yang ‘’terlempar ‘’ dinegeri orang adalah cerita lain dari sisi gelap kegagalan semangat patriotisme. Walau kegagalan ini ditutupi dengan memberikan embel embel jargon sebagai ‘’ pahlawan devisa ‘’ bagi para buruh yang berkerja di luar negeri. Kita memanglah sangat pandai menari dari banyak kesalahan dan kemudian mencoba menghibur diri untuk selanjutnya melupakan semua kepedihan atas derita nestapa yang dialami para buruh migran itu.. Padahal mungkin kitalah satu satunya negara didunia yang menempatkan nasionalisme dan patriotisme hanya kepada ‘’ ibu pertiwi’’. Suatu ungkapan nasionalisme dan patriotisme yang sangat romantis dimana menjadikan sosok ibu sebagai repleksi kecintaan , kesetiaan, kehormatan yang harus dibela sampai mati. Lantas apa jadinya bila kini kita melihat ribuan para ibu yang terpaksa meninggalkan sanak keluarganya menjadi jongos dinegeri orang….

Bertikai dengan Malaysia dengan mengusung patriotisme adalah cara terbaik mentertawakan kebodohan kita sebagai bangsa yang gagal menjadikan slogan ‘’ lebih baik hujan batu dinegeri sendiri daripada hujan emas dinegeri orang.’’

Wednesday, August 29, 2007

" CIntailah kami "



Pada suatu kesempatan berkunjung ke Beijing , saya bertemu dengan rombongan anak sekolah. Mereka mungkin baru kelas satu SD. Dengan diawasi oleh para guru, murid murid itu memberikan brosur kepasa siapa saja yang lewat di perampatan jalan. Saya tidak tahu pasti apa isi brosur tersebut karena berbahasa Mandarin. Teman saya yang juga pejabat di Beijing tersenym ketika membaca brosur itu. ” Ayah, Citailah kami dengan memberikan masa depan yang lebih baik bagi kami.” Saya tersentuh ketika diterjemahkan oleh teman ini. Hanya orang tua yang bebal yang tidak bisa mendengarkan jeritan sekecil , yang memohon cinta tulus untuk tidak korupsi. Karena mereka generasi penerus. Mereka berhak akan masa depan sebagaimana yang kini di rasakan oleh orang tua mereka yang mendapatkan berkah akibat perjuangan dan pengorbanan para kakek mereka. lantas mengapa soal cinta di ingatkan? Menurut mereka, koruptor sebetulnya dia tidak mencintai siapapun, bahkan dia tidak mencintai keluarganya, dia hanya mencintai dirinya sendiri dan membayar kehormatan dari orang lain dengan uang hasil korupsinya. Jahat sekali.

Teman ini mengatakan bahwa program anti korupsi di China sekarang diajarkan diseluruh bangku sekolah sejak dari SD. Mereka diberi informasi sejelas jelasnya akan bahaya korupsi bagi masadepan bangsa. Para anak anak itu diharapkan dapat menjadi agent pemerintah untuk kampanye anti korupsi dan sekaligus menajdi generasi anti korupsi. Upaya ini merupakan propaganda menyeluruh dalam program nasional untuk menekan serendah mungkin tingkat korupsi dalam bentuk apapun. Rumah tangga memang sarana yang ampuh untuk diyakinkan tentang bahaya korupsi. Para anak anak itu disuruh membuat laporan tentang jabatan ayahnya dan apa yang dia miliki. Para guru akan menilai laporan itu dengan membandingkan gaji orang tuanya. Hasil penilaian itulah para murid akan mengawasi orang tuanya.

Pernah teman saya cerita , seorang temannya tidak berani pulang ke rumah karena tidak tahu harus bicara apa kepada istri dan anaknya ketika dia mendapat hadiah jam tangan Rolex dari relasinya. Akhirnya , temannya itu terpaksa meminta surat pernyataan dari relasinya bahwa jam tangan itu diberi tanpa ada maksud apapun. Namun ,setiba dirumah, jam tangan diperlihatkan dan juga surat itu. Istri berkata ” Siapa kamu , saudara bukan, hingga ada orang lain kasih kamu barang mahal tanpa syarat?” Maklum para istripun mendapat pendidikan dari kader Partai komunis tentang bentuk bentuk korupsi,. Tujuannya agar istri dapat mengontrol suaminya;.Kemudian , anaknya berkata ” Ketika ayah menerima pemberian orang lain itu tandanya ayah telah menjual jiwa ayah kepada orang lain. Apalagi jabatan. ” Begitulah berkat didikan sekolah. Pernah juga ada cerita seorang istri polisi hutan, beralan kaki lebih dari 30 KM ke kota hanya untuk menemui agent anti korupsi untuk melaporkan suaminya terima suap dari penjarah hutan. Sang istri melaporkan karena tidak mau bila akhirnya suaminya harus di hukum mati karena perbuatannya. Dengan melaporkan maka tindakan korupsi dapat di hentikan dan suaminya terhindar dari hukuman mati.

Mengapa kampanye perlu untuk membrantas korupsi, Karena korupsi berkaitan dengan budaya dan keseharian. Lebih daripada itu ada attitude yang buruk. Disamping aturan hukum yang ketat ( Di China korupsi diatas Rp. 1 miliar adalah hukuman mati) ,juga kampanye melalui berbagai saluran komunikasi sangat penting agar panetrasi target audience tercapai. Tentu seiring dengan itu kesejahteraan para karyawan semakin ditingkatkan sebagai ujud penghargaan atas pengabdian kepada bangsa dan negara. Dari system seperti inilah China bangkit dari masa gelap kemasa yang terang benderang. Walau masih banyak kekurangan namun negara ini berhasil menjelmakan impian pendiri negaranya tentang ”Lompatan China jauh kedepan”. Ya, Tanpa revolusi kebudayaan, China tidak akan bisa semaju sekarang. Bayangan korban lebih dari 25 juta kaum berjuis di mati di kamp kerja paksa memang menakutkan. Namun momentum revolusi kebudayaan itu terus dijaga oleh pemimpin China berikutnya , namun menerapkannya lebih modern. Semua pejabat di paksa untuk keras dengan dirinya sendiri agar bisa berbuat lebih bagi bangsa dan negara, atau tidaknya dia bisa pensiun dengan nama baik yang selalu di kenang oleh teman dan keluargannya. 

Dari Beijing, lamunan saya sampai kenegri yang saya cintai , yang tak pernah tuntas mencari bentuk yang tepat untuk memberantas korupsi., Pengawasan diperketat, lembaga baru dibentuk, hasilnya yang diawasi dan mengawasi juga korupsi.Keharuan saya semakin menjadi jadi ketika Stiker tentang ” cintailah kami dengan tidak korupsi’ dengan photo anak SD yang memegang bendera China, dipajang dikantor kantor pemerintah. Tujuannya adalah agar orang tua selalu sadar tentang ”Pulanglah ayah kerumah untuk membawa cinta. Bukan uang berlimpah dari hasil korupsi...

Friday, August 10, 2007

Pasar bebas ?

Kapitalisme bicara tentang pasar bebas bahwa kita perlu hokum pasar bekerja agar demokratisasi ekonomi dapat terwujud. Karena pasar menciptakan kompetisi. Kompetisi menciptakan efisiensi. Efisiensi menciptakan professionalitas. Professionalitas menciptakan transfarance . Transfarance menciptakan intelektualitas dan moral sebagai modal untuk membangun masyarakat menengah yang solid. Ini hukum yang diyakini dari sebuah dogma demokrasi liberal. Dengan demikian maka tidak boleh pasar dipagar dengan dogma nasionalisme , yang berkata tentang tanah , air dikuasai oleh negara untuk kesejahteraan masyarat luas. Itu kuno alias distorsi pasar. Inilah situasi sekarang yang menjadi dogma baru kita dalam berbangsa dan bernegara. Melawan itu berarti anti demokrasi. Benarkah ? Coba kita lihat India dan China sebagai negara yang percaya pasar dan berkembang karena pasar.

India adalah satu contoh negara demokrasi bebas. Tapi mereka memilih demokrasi sosialis. Politik menjadi terbuka dan bebas untuk merebut legitimate rakyat tapi soal pembangunan maka mereka memilih sosialis. Bukan pasar bebas. Import diatur ketat oleh pemerintah dan produksi dalam negeri harus menjadi raja dipasar walau kualitas tidak memadai. Pendidikan disubsidi besar besaran. Infrastructure ekonomi dibangun besar besaran walau harus mengorbankan tunjangan sosial bagi rakyat miskin. Harga kebijakan yang mahal dengan proses waktu yang tidak sebentar. Akibatnya , memang India membangun dengan lambat namun pasti menuju kepada kemandirian rakyat. Kini india bangkit sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia yang mencengangkan. Perpaduan demokrasi dan nasionalisme untuk kepentingan sosial terbentuk dari karakter budaya india yang lebih mengutamakan kebersamaan untuk kehormatan bangsa.

China , tidak mengenal demokrasi bebas. Hak politik bebas digebiri. Ini pilihan mereka yang lebih mementingkan komunitas kacamata kuda untuk menciptakan stabilitas. Dalam soal pembangunan ekonomi mereka berkata ” Pasar harus dibuka tapi kapitalis harus dihindari” Ibu dari kapitalis adalah pasar bebas. China hanya dapat menerima pasar asalkan ibu kandung dari pasar bebas dikangkangi oleh negara. Makanya uang sebagai ibu kapitalis dikontrol dengan ketat. Mata uang dikendalikan oleh negara. Inplasi musuh nomor satu. Akibatnya pasar disiasati dan harga dipermainkan melalui subsidi infrastructure ekonomi besar besaran. ” Kami tidak melawan pasar bila kami menciptakan system transfortasi yang murah agar distribusi barang menjadi efisien. Kami tidak melawan pasar bila industri hulu kami merugi agar industri hilir kami efisien. Kami tidak melawan pasar bila aliran modal keluar dibatasi. Kami tidak melawan pasar bila petani tidak dipajaki dan pajak PMA lebih mahal daripada pajak PMDN. Kami tidak melawan pasar bila usaha retail international tidak boleh masuk dikabupaten atau berdekatan dengan usaha tradisional. ” Diluar itu , pasar silahkan berbuat apa saja yang mereka mau. Akibatnya kini china menjadi kekuatan ekonomi dunia yang sulit ditandingi oleh negara maju. Lambat namun pasti pendistribusian kemakmuran berjalan secara significant.

Kapitalisme , sosialis , komunis , semua bicara tentang pasar bebas. Manakah yang tepat untuk sebuah peradaban ? Tidak ada yang tepat bila itu menjadi universal. System dibangun haruslah berdasarkan budaya yang hidup ditengah masyarakat. Karena masyarakat adalah kumpulan orang yang tidak bisa menghindari socio culture dari lingkungannya. Inilah yang harus dipahami oleh kita semua bila tidak ingin kebijakan tidak applicable dengan kebutuhan masyarakat. Mengenal masyarakat adalah kunci berhasilnya sebuah kebijakan publik. Kini produk import membanjir pasar ditengah masyarakat yang lemah bersaing, lemah berproduksi dan akhirnya tak berdaya dan siap menjadi penonton dan jongos dari kekuatan kapitalisme. Lantas untuk apa sebuah kemerdekaan harus dibayar dengan darah dan airmata.

Thursday, July 12, 2007

Senyum...

Singapore telah lebih tiga tahun melakukan kampanye ‘ Smile “ dan hasil survey membuktikan bangsa Singapore belum berhasil menjadikan “ Smile “ sebagai culture. China dalam rangka menyambut Olympic 2008, sejak tiga tahun lalu mulai gencar mengkampanyekan budaya “smile “ agar menjadi tuan rumah yang ramah. Sampai sekarang belum berhasil membangun budaya smile itu. Ternyata tidak semudah membangun sarana olah raga yang berharga billion dollar. Inilah yang menjadi kegelisahan para pemimpin China dan juga Singapore. Padahal negeri itu telah berupaya semaksimal mungkin mensejahterakan rakyatnya dengan segala fasilitas social kelas satu. Tapi mengapa senyum terlalu sulit didapat dinegeri ini.

Senyum itu pahala. Demikian yang disampaikan oleh rasulullah. Sangat sederhana ibadah ini dan hampir semua kita tidak ada yang sulit bila diminta untuk melaksanakan ibadah ini. Tapi nyatanya senyum itu tidak begitu mudah didapat diera sekarang ini. Wajah kita adalah cermin dari suasana hati kita. Hati yang dicekam “ketakutan” tentu jauh dari senyuman. Dulu orang takut tersenyum karena tekanan politik dan kebebasan. Negara begitu kuatnya mengendalikan hajat hidup orang banyak hingga kesalahan akan dibayar dengan kematian. Tapi kini di era kebebasan dan demokrasi ketakutan digantikan oleh sikap kompetisi dan disiplin. Orang kini diburu rasa ketakutan ; telat masuk kantor, telat bayar tagihan, telat capai target penjualan, telat mendapatkan komisi, telat beli mobil, telat beli rumah mewah, telat sukses, telat kawin, telat , telat.

Dulu orang Indonesia dikenal negeri yang murah senyum. Banyak sanjungan dari bangsa asing bahwa keramah tamahan bangsa Indonesia jauh lebih benilai dibandingkan dengan sember daya alam berlimpah dan keindahan panorama alam. Tapi peristiwa jatuhnya Soeharto yang diiringi oleh amuk massa dengan sosok kegaganasan diluar batas kemanusiaan, juga dengan berbagai pertikaian dibelahan wilayah lain , telah mengaburkan wajah Indonesia yang gemar senyum. Tidak ada lagi keramahan. Senyuman menjadi mahal. Makanya tidak aneh bila pelawak yang dapat membuat orang tersenyum dan tertawa dibayar mahal. Namun setelah itu , keseharian kita tetap saja dalam mencekap dan jauh dari senyuman. Inilah menjadi pertanyaan mendasar. Mengapa budaya senyum secepat itu mengabur?

Sesungguhnya senyuman itu adalah bahasa jiwa kita. Didalamnya terdapat tiga unsur dimana bersemayam Akal (Aql), Qalb ( hati ), Bashirah ( Hati nurani ). Kalau dianalogikan maka Akal ( Aql) adalah raja dalam diri kita. Qalb ( hati) adalah Perdana Menteri dan nurani ( bashirah ) adalah hakim agung. BIla orang menjadikan akalnya sebagai pusat otoritas bersikap maka akal ikut berperan menciptakan ketidak seimbangan ketiga unsur yang terdapat dalam diri kita Dan ini akan terpancar dari sikap yang arogan, , mudah cemas, mudah tersinggung, mudah marah. Akal hanya dapat melihat dan merasa dan tidak pernah berhasil menentukan cara bersikap yang benar. Akal bersikap relative.

Namun yang yang paling bertanggung jawab mendorong akal (aql) larut menjadi diktator adalah Qalb. Qalb (hati), merupakan perdana menteri dari sistem nafsani. Dialah yang memimpin kerja jiwa manusia. Ia bisa memahami realita, apa yang aqal mengalami kesulitan. Sesuatu yang tidak rationil masih bisa difahami oleh qalb. Di dalam qalb ada berbagai kekuatan dan penyakit; seperti iman, cinta dengki, keberanian, kemarahan, kesombongan, kedamaian, kekufuran dan sebagainya. Qalb memiliki otoritas memutuskan sesuatu tindakan, oleh karena itu segala sesuatu yang disadari oleh qalb berimplikasi kepada pahala dan dosa. Apa yang sudah dilupakan oleh qalb masuk kedalam memory nafs (alam bawah sadar), dan apa yang sudah dilupakan terkadang muncul dalam mimpi Sesuai dengan namanya qalb, ia sering tidak konsisten.

Agar wajah kita berseri berhias senyuman yang senantiasa terpancar maka seyogianya kita harus menggunakan Bashirah ( hati nurani ) kita sebagai hakim agung dalam diri kita untuk menentukan cara kita bersikap terhadap pendapat akal (Aql) dan Qalb ( hati). Karena didalam hati nurani ( Bashirah) inilah bersemayam kehaikan dan nur Allah yang senantiasa menyuarakan kesabaran, ketulusan, kesederhanaan dan cinta kasih. Peliharalah nurani kita dengan sebaik baiknya dengan selalu mengingat Allah sang maha pengatur dan pemberi sumber kasih sayang. Mungkin inilah yang terlupakan oleh bangsa China dan Singapore , juga oleh kita di Indonesia dimana senyum tidak lagi menjadi keseharian kita.

Ironis...

Surabaya mencekam. Pasukan sekutu berkekuatan penuh dengan dukungan militer terlatih dalam perang dunia kedua, telah mengeluarkan ancaman akan membumi hanguskan Surabaya. Secara meiliter ,menghadapi kekuatan ini adalah kekonyolan. Dalam keraguan dan dibawah ancaman itulah para Ulama mengeluarkan deklarasi Jihad dibulan oktober 1945 untuk menghadapi tentara sekutu. Merdeka atau mati. Alhuakbar menggema diseantero Surabaya melalui corong radio. Bong Tomo membakar semangat jihad pemuda Surabaya. Akhirnya perang tidak terelakan dan Surabaya menjadi lautan api. Darah menganak sungai dengan jumlah suhada tak terbilang. Peristiwa heroic ini diperingati sebagai hari Pahlawan Nasional.

Dua bulan kemudian setelah peristiwa berdarah di Surabaya , 15 desember 1945 , Dibawah pimpinan Kiyai , para santri tampi gagah berani menjemput sahid dalam pertempuran paling mengerikan di Ambarawa. Dalam perang itu pasukan sekutu dibawah pimpinan Mayjen Hawthron, Panglima Divisi India ke-23, pontang-panting dan terpaksa menarik mundur pasukannya kesemarang. Perisiwa heroic ini diperingati sebagai hari Infanteri. Perang Ambarawa juga akhinrya memunculkan tokoh tokoh perwira militer religius seperti Sudirman ( yang tadinya sebagai komandan Pasukan Hisbullah, guru sekolah Muhammadiyah ). Sejumlah tokoh juga naik namanya berkat Ambarawa yakni Ahmad Yani, Pranoto, dan Soeryosoempeno.

Kisah diatas adalah fakta sejarah bahwa perang mengusir penjajah adalah perang jihad. Jihad fisabilillah. Mati demi kehormatan bangsa dan Negara adalah menjadi idaman bagi semua pemuda pemudi Indonesia. Patriotisme religius terbukti dalam sejarah dimanapun adalah kekuatan yang tak pernah bisa dikalahkan oleh kekuatan apapun. Karena didalam patriotisme ini terdapat semangat kebersamaan untuk memperjuangkan keadilan dari penindasan hak hak dasar manusia. Inilah yang membuat patriotisme religius akan selalu menjadi momok menakutkan bagi siapa saja yang ingin berkuasa untuk kepentingan kelompok atau golongan.

“ Islam agama cinta damai. Agama ini hanyalah ingin menjaga kehidupan bermasyarakat , apapun istilah ideology Negara yang diusung haruslah pro keadilan dan dipergunakan untuk kesejahteraan umat manusia. Titik!” Bila kemudian Islam dalam sejarahnya selalu tampil didepan melawan kezoliman itupun tidak lain karena penggilan misi suci untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Ini yang dikatakan oleh kelompok sekuler tentang islam fundamentalis dan ektrim. Seakan Islam anti kemajemukan. Kemajemukan yang bagaimana ?. Apakah kemajemukan yang membiarkan terbentuknya kelas kaya dan miskin, kelas konglomerat dan kelas kaki lima, Kelas real estate dan kelas kumuh. Kelas petani dan tuan tanah Kelas cerdik pandai dan rakyat bodoh, penguasa dan rakyat. Apakah kelas social ini juga harus dimaklumi dan membiarkan system terbentuk seperti ini sebagai bagian dari kemajemukan.? Yang pasti majemuk bukan berarti semua agama sama.

Selagi keadilan social hanyalah retorika dalam ranah politik Negara, selagi demokrasi hanyalah wahana formal untuk menganeksaasi hak rakyat yang lemah, selagi hukum tidak tegak , selagi kemaksiatan terus tumbuh , maka selama itupula islam akan tetap menadi musuh nomor satu bagi siapa saja yang berkuasa. Peristiwa DII/TII, Permesta/ PRRI/ Komando Jihad ,Kahar Muzakar, Daud Beureueh, peledakan CandiBorobudur, pemberontakan Yon 427 yang terdiri dari mantan Laskar Sabilillah dan Hisbullah, Peristiwa talangsari, peristiwa tanjung priok , Jamaah Islamiah, Al qaida menjadi sisi gelap dalam sejarah paska kemerdekaan Indonesia. Namun tidak pernah sejarah bercerita jujur tentang penyebab terjadinya perlawanan tersebut. Tidak pernah sejarah bercerita jujur tentang jutaan suhada para perjuang kemerdekaan yang meregang nyawa menyebut ‘Allahu Akbar, lailahailllah. Negara ini sangat zalim dalam merekam perjalanan sejarah bangsanya sendiri dan islam menjadi pesakitan dipengadilan, diburu sebagai teroris dan dicurigai. Sangat ironis…

Alternatif sumber pendanaan.

Saat sekarang department keuangan sedang melakukan sosialisasi penerapan municipal bond untuk sarana alternative pembiayaan bagi Pemda. Sebetulnya municipal bond diperkenalkan oleh pihak barat dalam rangka demoratisasi ekonomi. Dimana kekuatan daerah ditempatkan sebagai mitra pemerintah pusat untuk berkreasi mengambangkan potensi wilayahnya dan sekaligus mendapatkan akses pembiayaan melalui pasar modal ( public ).

Dalam aturan yang ditetapkan oleh Departement kuangan bahwa municipal bond hanya dapat diterbitkan oleh pemda apabila saldo hutang dan obligasi yang akan diterbitkan tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan APBD. rasio proyeksi kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman (Debt Service Coverage Ratio/DSCR) paling sedikit 2,5; dan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari Pemerintah; mendapatkan persetujuan DPRD.Pelaksanaannya harus melalui BAPEPAM.

Kalau saya pelajari dari aturan yang ada dari UU no 33 tahun 2004 tentang desentralisasi fiskal sebagai revisi dari UU No.25/1999 maka sebetulnya monicapal bond tersebut adalah revenue bond atau bukan seperti obligasi umum. Karena didalam ketentuannya ada Pasal 57 Ayat (4) menyatakan bahwa hasil penjualan obligasi digunakan untuk membiayai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Pilihan kata dan; bukan atau, menggiring pada interpretasi bahwa obligasi yang diizinkan adalah obligasi yang terkait dengan proyek yang memberikan penerimaan (revenue bond). Tapi dalam Pasal 53 Ayat (2) dan (3) disebutkan bahwa pinjaman jangka menengah digunakan untuk membiayai penyediaan layanan umum yang tidak menghasilkan penerimaan, sedangkan pinjaman jangka panjang digunakan untuk membiayai proyek investasi yang menghasilkan penerimaan. Rumusan ini agak rancu dengan konteks Pasal 57. Karena keputusan tetap berada ditangan pemerintah pusat maka saya yakin yang akan disetujui tentulah obligasi yang berbasis revenue. Apalagi pihak bapepam sudah menegaskan bahwa perlakuan municipal bond ini sama dengan corporate bond.

Undang Undang dan aturan mengenai municipal bond ini , sebetulnya tidak mencerminkan decentralisasi karena tetap saja keputusan penerbitannya berada ditangan menteri keuangan. Anehnya , pemerintah pusat tetap tidak bertanggung jawab untuk mengambil resiko pembayaran municipal bond ini. Artinya credit worthiness ( tingkat kepercayaan ) ada ditangan pemda. Ada pertanyaan mendasar yaitu bila pemerintah pusat tidak bisa menjamin resiko atas Municipal bond ini maka dapatkah keberadaan municipal bond ini masuk kuridor APBN ?. Bila tidak , maka mengapa harus ada persetujuan dari DPRD. ? Inilah yang membingungkan. Ini sama saja dengan analogi kerbau pedati. Kusir duduk dengan santai sambil memegang tali pelana yang diikatkan dihidung kerbau sementara kerbau mencari sendiri jalan untuk sampai ketujuan. Sang Kusir dapat bersiul atau tidur diatas pedati tanpa ada resiko apapun.

Sebetulnya, diperlukan financial engineering secara terpadu untuk menciptakan skema pembiayaan bagi pemda bila memang pemerintah pusat tidak mau bertanggung jawab atas resiko. Financing engineering ini dapat terlaksana bila aturan yang jelas dan adil terhadap imunity pusat atas resiko tersebut. Artinya ada kesediaan pemerintah pusat untuk juga menyerahkan hak penuh kepada pemda untuk meng create skema pembiayaan yang sesuai dengan kondisi potensi masing masing pemda dan kemampuan pasar menyerap obligasi. Dalam financing engeneering dapat dilakukan skema seperti revenue yang terkait dengan PAD ( pendapatan asli daerah ), melalui skema ini pemerintah daerah dapat mengembangkan unit unit obligasi yang terkait dengan Special revenue bond (kawasan pariwisata); Limited tax bond (pusat perbelanjaan); Incremental tax bond (jalan terisolasi);Double barrel tax bond (jalan tol khusus ); Special asseesement bond (jaringan gas); dan private activity bond (rumah sakit Mewah atau sekolah International). Dengan skema ini Pemda dapat mensiasati agar tidak harus mendaftarkan obligasi ini kepada Bapepam dengan melakukan penawaran terbatas kepada investor yang tidak melebihi 50 orang atau institusi. Hingga cost of fundnya menjadi murah serta prosedurnya menjadi sederhana.

Agar bond ini punya tingkat kepercayaan yang tinggi maka Pemda perlu membuat suatu lembaga yang memfasilitasi penerbitan unit unit obligasi ini. Skema penawarn obligasi ini dapat dilakukan dengan dua cara.Yang pertama adalah pemda bertindak penjamin resiko penuh sebagai penerbit seluruh nilai project dan kemudian setelah proyek selesai dibangun dijual kepada investor local maupun asing. Selanjutnya Pemda kembali sebagai regulator yang hanya berhak atas pajak daerah ( PAD) dan penjamin resiko investasi yang terkait langsung dengan tariff, hukum dan pasar. Tentu harga jual project akan mempunyai gain yang tinggi karena investor tidak lagi direpotkan dengan perizinan, pembebasan lahan, dan lain lain. Hasil penjualan ini digunakan untuk melunasi Obligasi dan gainnya masuk sebagai pendapatan pemda.

Cara kedua adalah Pemda melakukan penawaran obligasi berbasis revenue dari PAD atas peroject yang sudah dibangun oleh swasta. Karena keberadaan project berhubungan dengan fasilitas dari PEMDA sebagai regulator maka agar ada kepastian PAD dapat berkesinambungan , Pemda mengeluarkan jaminan resiko investasi yang berhubungan dengan hokum, pasar dan tariff.

Agar tidak terjadi mata rantai birokrasi dalam penebitan unit unit obligasi tersebut maka pemda dapat membentuk satu lembaga ( BUMD) yang mendapatkan hak untuk penerbitan unit obligasi . Lembaga ini bertugas melakukan study kelayakan setiap project dan melengkapinya dengan seperangkat prizinan yang diperlukan. Disamping itu , melakukan sosialisi dan kampanye kepada investor dalam maupun luar negeri. Pengalaman saya dalam mendukung salah satu pemda di china adalah membuktikan skema ini berhasil menggiring investor local maupun luar negeri ( hong kong ) untuk membeli obligasi melalui berbagai skema transaksi. Contoh, obligasi tersebut tidak langsung dijual tapi di swap terlebih dahulu dengan High rating bond yang diterbitkan oleh lembaga Keuangan AAA rated. Kemudian , bank local membeli bond tersebut dan membayarnya dalam bentuk mata uang local. Bank local terlibat mengatur pengamanan penyaluran dana langsung kepada pihak kotraktor dan setelah selesai dibangun bond tersebut dijual kepada investor lokal dan hasilnya untuk membeli kembali ( Repo ) BOND tersebut. Masih banyak cara untuk menarik pasar untuk terlibat dalam pembiayaan bond ini.

Dengan skema tersebut diatas maka Pemda berperan aktif mendorong pertumbuhan investasi didaerah dan sekaligus penjamin iklim investasi secara kelembagaan. Peran Pemda tidak lagi hanya sebagai pemungut pajak tapi lebih daripada itu fasilitator dan regulator yang menjamin adanya “kepastian” dalam bentuk product yang sudah final.. Inilah sebetulnya yang dibutuhkan peran pemerintah dalam suatu negara untuk memberikan dan melindungi rakyat untuk mencapai kemakmuran.

Saya tidak percaya istilah ada daerah miskin dan kaya. Semua daerah adalah pemberian Tuhan dan semua kaya , masing masing mempunyai potensi yang berbeda ragam yang akan menjadi potensi maksimal bila kita mau merubah sikap ( attitude ) untuk gemar bekerja keras, tepat janji, menghargai hak public dan menghormati hukum , tepat waktu, suka menabung dan hemat , ikhlas berbagi. Namun…Bagaimanapun semua kembali kepada pemda untuk mau melakukan transformasi dari ingin dilayani menjadi pelayan yang mau menerapkan keterbukaan, kejujuran dan professionalitas serta tekad untuk memegang amanah. Hanya perubahan attitude inilah yang akan membuat pemda mempunyai unlimited financial resource.

Akhlak atau spiritual

  Apa pendapat bapak soal kenaikan pajak PPN 12 % “ tanya Lina. Peningkatan tarif PPN tujuannya tentu untuk meningkatkan penerimaan negara d...