Monday, August 14, 2006

Dibalik kisah Proklamasi

Mungkinkah Revolusi Kemerdekaan Indonesia disebut sebagai revolusi dari kamar tidur? Coba simak ceritanya. Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00, ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. "Pating greges", keluh Bung Karno setelah dibangunkan dokter kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah. "Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!", ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke kamar tidurnya. masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai.

Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara sakral yang dinanti-nanti selama lebih dari tiga ratus tahun! Setelah merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang benar-benar "orang Indonesia asli". Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang sebab negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat itu. "Orang Indonesia asli" pertama yang menjadi menteri adalah Ir Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagaiMenteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993).

Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah! Anehnya, naskah historis tersebut justru disimpan dengan baik oleh wartawan BM Diah. Diah menemukan draft proklamasi itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik. Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.

Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya "lebih dari dua" proklamator. Saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun di rumah Laksamana Maeda, Jl Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat dini hari itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya. Tetapi usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu dihadiri Soekarno, Hatta dan calon proklamator yang gagal : Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. "Huh, diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau", gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak.

Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat di dokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang?

Bila 17 Agustus menjadi tanggal kelahiran Indonesia, justru tanggal tersebut menjadi tanggal kematian bagi pencetus pilar Indonesia. Pada tanggal itu, pencipta lagu kebangsaan "Indonesia Raya", WR Soepratman (wafat 1937) dan pencetus ilmu bahasa Indonesia, Herman Neubronner van der Tuuk (wafat 1894) meninggal dunia.

Thursday, August 10, 2006

Makna kemerdekaan

Apa yang membuat Indonesia merdeka setelah 350 tahun dijajah. ? Banyak jawaban berupa analisis dari sudut budaya dan agama tentang kemampuan Indonesia merdeka dari tangan kolonialis asing. Tapi ada orang lupa hal yang sangat mendasar , yaitu Persatuan dan kesatuan. Inilah kunci kemenangan bangsa ini melawan dan mengusir penjajah. Dengan persatuan dan kesatuan , belanda tidak bisa menggunakan politik adu dombanya dan akhirnya harus menerima kenyataan untuk keluar dan begitupula dengan jepang. Untuk menjaga kekuatan persatuan inilah maka nafas UUD 45 sangat dominant menempatkan president sebagai pusat kekuasaan dipemerintahan dan Negara, untuk menjaga seluruh eksponen bangsa dalam satu barisan yang kuat agar mampu melawan segala kemungkinan bentuk impiltrasi asing yang dapat menggoyahkan barisan tersebut

Semangat persatuan inilah yang dijadikan target utama bagi pihak asing untuk dilunturkan agar asing dapat dengan mudah menguasai kembali ibu pertiwi. Terbukti setelah Indonesia merdeka, caranya adalah melemahkan peran komandan barisan yang merupakan Presiden di republic ini. Upaya ini berhasil hanya empat bulan setelah kemerdekaan , pada 14 Nopember 1945 indonesia memberlakukan system Perlementer. Dengan demikian kekuasaan tunggal presiden berdasarkan UUD 45 telah dilucuti secara constitutional oleh KNIP. Sejak itulah Indonesia hidup dalam ketidak pastian dan dilanda kemiskinan parah. Tidak ada pembangunan. Kabinet gonta ganti dan krisis anggaran yang sangat parah. Keadaan ini berlangsung 14 tahun lamanya yang berakhir pada 5 juli 1959 ketika Soekarno mengeluarkan dekrit kembali kepada UUD45. Alasan Soekarno pada waktu itu adalah sebagaimana yang disampaikan dalam pidato 17 Agustus 1959, yang berjudul "Penemuan Kembali Revolusi Kita" (The Rediscovery of our Revolution). Initinya bahwa sistem Kabinet Parlementer, revolusi Indonesia telah disesatkan ke arah jalan yang salah – jalan demokrasi liberal, yang kemudian dalam era globalisasi melahirkan aliran neo-liberalisme.

Tiga tahun setelah itu pada tahun 1962, Soekarno berhasil merebut Irian Barat kepangkuan Ibu Petiwi. Suatu usaha yang sangat gemilang ditangan presiden penguasa tunggal dengan membakar semangat persatuan untuk menjadikan segala kekuatan asing harus angkat kaki dari republic ini. Sejak itupula, bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan disegani bangsa bangsa lain. Jargon anti konolialisme, neo kolonialisme telah menjadikan Soerkarno disegani dan ditakuti oleh pihak barat. Apalagi ketika Soekarno mulai menjadikan China sebagai mitra melawan kekuatan barat

Namun pihak barat sebagai musuh utama yang tidak ingin Indonesia bersatu dan kuat maka menjadikan kelompok Islam yang merupakan komuniatas terbesar di republic ini untuk menggoyang kekuasaan Soekarno. Isu Poros Jakarta – Beijing dengan komunisme sebagai anti Agama adalah alat ampuh untuk membakar semangat umat Islam untuk keluar dari barisan. Kudeta terselubungpun berhasil dilaksanakan dengan diawali dari Penumpasan G30S, melalui pengkhianatan Supersemar, mencapai titik finish pada sidang MPRS, yang mengeluarkan TAP No.XXXIII/1967, yang akhirnya melahirkan rejim Orde Baru.

Rezim Orde Baru dengan bangganya menjadikan Pancasila sebagai alat pemersatu emosi rakyat untuk membiarkan pemerintah dengan leluasa berkolaborasi dengan pihak asing untuk merampas seluruh kekayaan alam tanpa memberikan manfaat luas bagi rakyat. Tidak ada perlawanan berarti dari rezim Soeharto terhadap pihak asing karena mekanisme bantuan luar negeri yang memberikan ruang untuk berpesta poranya para pejabat dan kroninya menikmati korupsi. Namun Soeharto masih menjadi ancaman serius bagai Asing dengan kekuasaannya yang begitu besar berdasarkan UUD 45. Inipun akhirnya Seoharto harus dijatuhkah dengan kekuatan moneter international yang membuat kekuatan ekonomi nasional yang tadinya dibanggakan sebagai macan asia menjadi loyo menghadapi kenyataan rupiah terjun bebas.

Puncak keberhasilan asing untuk melemahkan persatuan dan kesatuan adalah ketika rezim Soehato jatuh. Ketika kaum reformis telah dengan bulat menjadikan bangsa ini menelan penuh demokrasi ala barat. System multipartai dan adanya Tap MPR tentang kekuasaan President dalam hubungannya dengan kekuasaan DPR telah menjadikan Presiden lemah sebagai penguasa tunggal memimpin barisan nasional. Kekuasaan menjadin terdistribusi secara sistematis dan banyak keputusan penting menjadi bertele tele dan tidak efektif. Akibatnya. demokrasi yang diyakini dalam era reformasi ini telah menggiring bangsa ini dalam ruang terbuka untuk diperalat oleh kekuatan globalisasi , neo kolonialisme .

KIni kita dengan bangga menggunakan demokrasi untuk melegitimate kebijakan penghapusan subsidi, import beras, pasar bebas ,jeratan hutang luar negeri dan lain lain yang tidak pro rakyat miskin. Sadarkah kita bahwa nasionalisme telah luntur dengan hampir tidak berdayanya negara melawan tekanan asing. BIla kita sadar maka saatnya untuk kembali kepada UUD45 dan pancasila secara murni. Ketahuilah bahwa garis politik dan ideologi Bung Karno yang anti nekolim-neoliberalisme, ajaran Pancasila dan Nasionalisme Kerakyatan kapan pun merupakan duri dalam daging bagi lawan politiknya yang ingin menjadikan bansa ini kerdil. Politik persatuan lintas agama, suku, etnis , yang selalu diserukan oleh Bung Karno demi usaha dan perjuangan untuk terbentuknya masyarakat madaniah, damai, sejahtera berdasarkan Pancasila merupakan penghalang bagi tujuan kaum nekolim dan neoliberalis. Inilah yang sejak tahun 1945 terus dijadikan target untuk dihancurkan.
Mungkinkah kita dapat segera menyadarinya ?

Wednesday, August 09, 2006

Mencintai

Saya sangat berharap putra saya memilih jurusan tekhnik untuk mendapatkan gelar insinyur. Betapa tidak? karena gelar ini adalah cita cita saya yang kandas dan akhirnya membuat saya masuk dalam dunia ekonomi dan keuangan. Tapi apa hendak dikata , ternyata putra saya lebih memilih Fakultas Ekonomi. Saya lepaskan ego saya , harapan saya dan selanjutnya saya beri dukungan kepada putra saya. Dalam perjalanan waktu, timbul rasa percaya dirinya untuk sukses dalam dunia pendidikan. Kelak bila dia berhasil , maka saya tahu itulah pilihannya dan dia pantas mendapatkan kebahagian dari pilihannya itu. Tentu saya akan lebih bahagia karena berhasil membuatnya bahagia dengan pilihannya.

Saya tahu bahwa teman saya tidak suka berkelakar. Dia sangat serius. Sementara saya suka berkelakar untuk menciptakan suasana santai. Bila bertemu dengannya, saya harus merubah diri saya menjadi sangat serius. Padahal teman ini dalam posisi lemah dihadapan saya. Kadang setelah masalah serius selesai, saya lebih memilih diam karena kehilangan kata kata untuk bicara banyak. Maklum saya tidak terlatih bicara banyak dengan serius. Kami menikmati suasana diam itu tanpa senyuman apapun. Tak berapa lama , kamipun pergi untuk berjanji bertemu kembali. Bagaimana pendapat anda ? tentu hambar hubungan ini. Oh tidak. Saya dan dia tetap bersahabat dengan baik.Kami saling menjaga dan merindukan untuk bertemu. Mengapa ? Saya berusaha menempatkan diri saya seperti apa dia mau.

Dari cerita diatas, maka terkesan bahwa saya naif. Kepada anak yang hidupnya saya tanggung , saya mau saja mengikuti apa yang dia inginkan. Kepada teman yang hanya doyan serius tanpa memperhatikan keinginan saya untuk santai, saya harus mengikuti gayanya walau saya dalam posisi kuat. naifkah saya ? lantas dimanakah hak saya ? Ini bukan soal naif atau hak. Tapi ini soal mencintai. Bila kita mencintai anak atau teman atau siapapun, maka kita harus bisa memberi kepadanya. Tentu memberi dalam arti mendukung dan memahami sikapnya. Menempatkan rasa hormat akan keberadaanya untuk pantas dihargai. Rasa hormat dan dihargai adalah kebutuhan jiwa hubungan antar manusia yang hakiki. Dan sikap rasa hormat dan dihargai itu hanya ada pada orang yang mencintai. Orang yang ikhlas. tanpa memikirkan diri sendiri.

Sebaliknya bila saya menggunakan kekuatan saya untuk memaksa putra saya mengikuti Fakultas yang saya mau maka saya harus senantiasa berpikir untuk terus mengarahkannya. Mengingatkannya untuk tidak melakukan kesalahan, Kadang mungkin bila dia salah maka saya akan marah. BIla dia gagal saya akan lebih dulu kecewa. Apa yang terjadi ?. Keberadaan anak bagi saya tak lain hanyalah tempat memuaskan ego saya. Dari itu semua saya merasa tampil sempurnan dan anak saya tidak sempurna. Andaikan berhasil apa yang saya mau, maka sebetulnya yang berhasil adalah saya sendiri. Anak saya tetap tidak memiliki dirinya sendiri dan hidup dalam bayang bayang saya tanpa mampu untuk mandiri. Begitupula dengan teman saya , bila saya gunakan kekuatan saya agar dia mengikuti gaya saya maka pertemuan hanya akan terjadi bila dia membutuhkan saya , selebinya tak akan ada pertemuan. Lantas apa arti hubungan ini ?

Begitupula bila kita mencintai Allah maka kita harus melepas ego kita dan mengikuti apa Allah mau. Maunya Allah adalah agar kita menjadi orang bertaqwa dengan meninggalkan larangannya dan mengikuti perintahnya. KIta inginkan harta berlebih untuk memanjakan diri sendiri tapi Allah maunya agar harta itu digunakan untuk membantu fakir miskin dan orang orang duafa harta dan ilmu, maka kita harus mengikuti maunya Allah. Dan hebatnya ketika kita mampu berbuat karena dasar mencintai maka pada waktu bersamaan kita akan mendapatkan kebahagiaan karena anak semakin mencintai kita , teman semakin mencintai kita, dan Allah semakin mencintai kita. Semua itu karena kita menanamkan sikap berbuat dan memberi untuk cinta.

Saturday, August 05, 2006

Attitude...

Pertama kali saya belajar mengaji yaitu melalui Nenek saya, Pertama kali saya mengetahui prinsip ilmu agama ya, dari nenek saya. Nenek pernah menyampaikan kepada saya bahwa yang paling utama yang harus saya pelajari adalah Ilmu Tauhid. Ilmu ini ibarat mengarungi bahtera maka Tauhid adalah kompas untuk menunjuk asal bertolak dan kemana tujuan akhir. Demikian analogi nenek tentang Ilmu Tauhid. Beliau juga menegaskan, ibarat bahtera, kadang kamu menghadapi gelombang besar, terbawa arus kencang ke samudera yang tak kamu kenal, tapi selagi kompas ada maka kamu tidak akan tersesat. Dengan kompas ditangan , kamu tak pernah gamang dengan segala cuaca dan badai. Kamu akan tetap istiqamah untuk sampai ditujuan akhir. Demikian uraian nenek saya yang tak pernah saya lupa. Kadang kepada anak saya, hal ini saya ulang ulang.

Mengapa nenek mengatakan ilmu Tauhid itu ibarat kompas? Karena kehidupan adalah bahtera ditengah samudera kehidupan dan hanya Tauhid sebagai kompas yang bisa membuat kita tidak tersesat. Nenek saya menguraikan bahwa ilmu dunia , pendapat orang, apa yang dilihat, adalah cobaan bagi kamu. Bisa membawa kamu kedalam putaran arus yang membuat kamu tersesat, bisa membuat kamu terlena ditengah gelombang kenikmatan hingga lupa jalan pulang. Tapi selagi Ilmu Tauhid kamu kuasai, maka selama itupula ilmu dunia , pendapat orang lain, apa yang dilihat, akan menjadi penyeimbang bagi kamu untuk terus istiqamah melaju menuju dermaga akhir. Walau nenek sudah lama tutup usia, kenangan tentang pituahnya tetap abada bagi saya. Membuat saya tak pernah lelah untuk menjadi pendengar yang baik untuk belajar ilmu Tauhid.

Saya bukanlah ahli agama. Namun prinsip Tauhid saya kenal dengan baik. Bahwa yang beriman berdasarkan Rukun Iman. Itu sudah pasti dan tak akan berubah karena sebab apapun. Selanjutnya Ilmu Tauhid saya dalami sebagai cara untuk memperkokoh keimanan saya dalam beragama , tentu berdasarkan dalil dalil naqli maupun dalil aqli yang kebenarannya tak diragukan sehingga dapat menghilangkan semua keraguan. Dengan memahami ilmu Tauhid, hati akan damai dan tentram ditengah gelombang kehidupan yang kadang membuat kita tergelincir dalam kubangan maksiat. Dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada yang sesembahan -yang benar- selain Allah, niscaya masuk surga.” (HR. Muslim).

Ilmu Tauhid adalah Ilmu utama dari segala ilmu yang ada. Itu sebabnya hukum dalam agama mempelajari Ilmu Tauhid adalah fardhu ’ain bagi setiap umat islam. Sedangkan mempelajari ilmu lainnya adalah fardhu kifayah. Dari sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad, masalah tauhid selalu yang utama dibahas. Hampir semua isi AL Quran yang diturunkan sebelum hijrah (ayat-ayat Makkiyyah) berisi tauhid dan yang terkait dengan tauhid. Tauhid berhubungan dengan Aqidah dan setiap umat islam harus menempatkan aqidah diatas segala galanya. Setinggi apapun ilmu yang digapai maka haruslah tidak keluar dari aqidah. Harus sebagai penguat aqidah untuk semakin dekat kepada Allah dan mencintai Allah. Karena bila ilmu dunia sampai mengaburkan aqidah maka rusaklah agama pada diri manusia dan sesatlah jalan pulang. Karenanya Ilmu Tauhid harus diperdalam ,sebagaimana layaknya kompas kehidupan.

Kehebatan generasi awal Islam yang mampu menguasai dan mengontrol dunia lewat operasi penaklukan kerajaan besar ketika itu, karena didorong oleh pemahaman Ilmu Tauhid itu. Dengan pemahaman Tauhid itu, mereka selalu cepat bereaksi dengan jiwa dan raganya bila ada kezoliman , kemaksiatan ditengah masyarakat, dimana saja berada. Mereka tampil menjadi pengingat atau pencerah lewat dakwahnya, teladannya. Namun sejarah juga berkata bahwa jatuh terpuruknya peradaban islam karena umatnya semakin jauh dari aqidah karena semakin memuja ilmu dunia yang menggelincirkan mereka menjauh dari Allah. Maka benarlah nasehat nenek saya ”pergilah kemana kamu mau pergi, pelajarilah semua ilmu yang bisa kamu pelajari, tapi jangan pernah itu dijadikan awal dan akhir. Yang awal dan akhir adalah Tauhid, itulah yang mengajarkan dari mana asal kamu dan dimana dermaga kamu. ”

Wednesday, August 02, 2006

Harga diri

Kemarin saya bertemu dengan teman lama di loby hotel Mandarin Singapore. Dia langsung memeluk saya dengan hangat. “ Lama kita tidak jumpa ya. Kamu nampak kurus sekali tapi wajahmu bersih” Katanya dengan airmata mengambang. Saya menjawab “ Setahun lalu saya terkena stroke ringan. Alhamdulillah berkat pernyakit darah tinggai dan kolestrol membuat hidup saya lebih teratur. Hasilnya kini lihatlah. Tubuh yang tambur nampak langssing karena saya vegetarian sekarang.” Teman ini tersenyum cerah. Tapi sebetulnya ada bayangan diwajahnya rasa malu dihadapan saya. Tapi dengan sikap saya yang hangat telah membuat tak ada lagi jarak. Dia sahabat saya dan dia adalah saudara muslim saya.

Tentang sahabat ini, mengingatkan saya kepada peristiwa dua tahun lalu. Dia sebetulnya adalah mitra saya dalam business. Orangnya well educated dan pernah menjadi CEO salah perusahaan yang diseganis di era Soeharto berkuasa. Kemitraan ini didasarkan oleh keyakinan saya bahwa dia orang yang memiliki pemahaman agama yang luas. Disamping penguasaan tekhnis dibidang keuangan. Tak ada sedikitpun keraguan saya untuk bermitra dengannya. Berjalannya waktu, teman ini mulai menampak sosok lain dari yang saya harapkan. Dia mulai bersikap culas. Berbagai cara dilakukannya untuk menyingkirkan saya dalam kemitraan. Namun upaya itu tidak pernah berhasil sempurna. Bahkan diapun hampir kelelahan. Tapi saya sendiri tidak pernah mempermasalahkan sikapnya itu. Saya masih berharap suatu saat dia dapat menyadari sikapnya.

Satu ketika, akhirnya upayanya berhasil sempurna membuat saya terpojok bahkan membuat saya teraniaya. Fitnah yang dibuatnya secara systematis berhasil sudah. Sayapun tersingkir sebagai pecundang. Kepada yang lain , saya tidak pernah mengungkapkan kemarahan ataupun kekecewaaan akan sikapnya. Juga tidak pula mencoba membela diri. Semua telah terjadi secara sempurna dan legal. Hukum manusia telah berlaku membuat saya menjadi pihak yang kalah. Bagi saya hokum Allah lebih dari segala galanya. Kita tidak tahu ada apa dibalik ini semua. Secara akal saya telah berusaha menjadi pemenang tapi Allah berkehendak lain.

Hanya berselang satu bulan, teman ini datang lagi kesaya. Pertemuan di lounge executive hotel. Kebetulan saya sedang bersama teman teman. Dihadapan teman teman saya dia marah dengan mengeluarkan kata kata yang pedas. Saya hanya tersenyum tanpa sedikitpun membalas makiannya. Kemudian dia kembali mengeluarkan kata umpatan dengan fitnah. Sayapun hanya diam dan tetap tersenyum. Terakhir, mungkin karena saya tidak bereaksi membalas umpatannya , diapun melepaskan kepalan tangannya kearah saya. Namun kekuasaan Allah membuat saya replek bergerak kekiri dan pukulan itu meleset. Diapun terjatuh karena dorongan tubuhnya sendiri ketika memukul saya. Saya berusaha mendirikannya . Namun kembali dia memukul saya dan kembali meleset. Saya tetap tersenyum dan akhirnya memilih melangkah keluar. Dia mengikuti saya. Pada saat itulah saya berkata “ Istighfar ..istighfar…ingat allah” Dia terkejut dengan kata kata saya itu. Dan melangkah pergi meninggalkan saya.

Teman teman yang menyaksikan peristiwa itu sempat terkesima. Mereka melihat ketenangan saya menghadapi orang yang mengzolimi dan memfitnah saya tanpa sedikitpun terpancing untuk membalas. Padahal salah satu teman mengetahui bahwa saya Karateka Dan 2 yang pernah ikut perlombaan karate Shindoka seasia facific. Artinya bukan hal sulit bagi saya untuk melumpuhkan teman itu. Bagi saya kekuatan phisik ilmu bela diri tidak akan membuat kita menjadi pemenang sejati dalam bertarung. Karena ketika orang menzolimi kita dan menganiaya kita sebetulnya ada ribuan malaikat hadir bersama kita. Para malaikat sedang menyaksikan sebuah keutamaan anak adam melawan hawa nafsunya untuk menjadi mulia dihadapan makhluk apapun yang diciptakan Allah. Namun apabila kita membalas makian dengan makian, pukulan dengan pukulan, pada saat itulah para malaikat berhamburan pergi. Yang datang dan mengelilingi kita adalah Iblis. Ketika itulah kita menjadi hina sehinanya dari semua makhluk ciptaan Allah.

Sikap sabar bukanlah kelemahan.Jusru adalah kekuatan sejati. Ketika orang marah dan memaki , dan kita tidak membalas maka yang terjadi adalah kita sedang melatih kekuatan spiritual kita dan sekaligus menolong orang yang sedang marah dari kehinaan dihadapan Allah.

Friday, July 14, 2006

Yahudi di China

Gal Dymant , seorang Pimpinan perusahaan Venture Capital Amerika keturuna Israel. Memperhatikan data China Hi- Tech Directory tahunan. Data yang ada menunjukkan pertumbuhan industri hi-tech dichina melebihi data resmi yang diterbitkan oleh pemerintah. Maklum saja , publikasi data pemerintah kalah cepat dengan laju pertumbuhan industri itu sendiri. Data tersebut sudah cukup bagi Gal Dymant untuk memberikan proposal terbaiknyan kepada beberapa investor untuk membangun industri alat kedokteran, MRI ( Magnetic Resonance Imaging ). Alat ini merupakan tekhnologi paling maju dan paling mahal karena merupakan keajaiban tekhnologi yang dapat menangkap gambar gambar jaringan lunak dengan rinci dalam tubuh manusia. Walaunpun alat ini mahal namun dapat membebaskan pasien dari bedah pada tahap observasi untuk menghasilkan diagnostic yang tepat.

“ Di china , ada banyak orang berbakat untuk membangun apa saja” Kata Daymant” Kami kira kami dapat membangun MRI dan menghemat empat puluh persen bila dibandingkan dengan membuatnya di AS”. Demikian Daymant meyakinkan kelompok investor yang ada di AS. Mereka nampak menyetujui dan antusias untuk menanamkan modalnya kedalam project besar ini. Bagi pemodal amerika yang hidup dalam lingkungan kapitalis , membangun industri ditempat lain tidak ada masalah walau harus mengorbankan industri dinegaranya sendiri. Bukankah idiologi mereka adalah laba. Sesungguhnya menciptakan mesin MRI yang laku dipasar adalah suatu pekerjaan besar. Proses tersebut memerlukan keahlian terbaik dari beberapa bidang yang sangat bersifat tekhnis. Industri china akan melibatkan ahli ahli fisika yang memiliki pengetahuan mutakhir tentang resonansi nuklir dan kemampuan superkonduksi. Hal ini akan membutuhkan ahli programmer dan tekhnisi yang dapat menangani design bidang magnetic tiga dimenasi dengan sangat cepat.

Ketika tekad membangun industri ini dicanangkan , maka Daymant mendapatkan dukungan penuh dari pemerntah china. Target mereka adalah produksi yang mampu bersaing baik secara kualitas maupu harga dengan produk yang dihasilkan oleh pemain yang sudah lama seperti Philips, General electric , Siemens , dll. Daymant , merasa optimis bahwa para investor tidak akan kecewa dan bagi china tidak ada yang tidak bisa. Semua dapat dilakukan. “ Karena keahlian ada di china dan tersedia dengan biaya yang murah. “ Demikian katanya meyakinkan.

Namun , permasalahan muncul ketika menyangkut chip computer untuk menggerakan system MRI itu. Industri china membutuhkan prosesor sehebat Intel. Ini disikapi oleh pemerintah china dan bersama industrinya untuk menemukan prosesor sendiri yang melebihi kehebatan Intel. Para peneliti dari Chinese Academy of Science, yang bekerja sama dengan BLX , suatu perusahaan desain chip yang dikelola oleh para ilmuwan ilmuwan akademi tersebut, menyatakan dirinya telah menemukan suatu chip yang disebut Godson 3, yang menyamai chip tebaik intel. Untuk meningkatkan kemampuan dari chip tersebut, BLX bergabung dengan pesaing utama Intel di amerika , Advance Miro Device ( AMD) .

Sekali lagi inilah bentuk lain dari kehebatan china yang mampu menjalin ikatan antar lembaga lembaga riset pemerintah untuk mendukung kemajuan industri dan sekaligus mengadu perusahaan perusahaan asing satu sama lain dipasar. Akhirnya china menjadi pemain yang diperhitungkan dipasar microchip, yang hampir tidak mungkin dilakukan oleh Negara manapun dalam waktu sesingkat yang dapat dilakukan china.

Selanjutnya , akan menjadikan china sebagai pesaing utama dbidang peralatan kedokteran didunia. Miliaran dollar pangsa pasar dalam negari china berhasil dikuasai oleh tekhnologi china sendiri dan sebagian menembus pasar eksport ke AS , Eropa dan Negara lainnya.

Kita dapat menarik pelajaran berharga dari kasus tersebut diatas bahwa Sumber Daya Manusia adalah kata kunci untuk meraih akumulasi modal. China memiliki 17 juta mahasiswa , yang mayoritas mengambil bidang sains dan tekhnic. Setiap tahun china menghasilkan tidak kurang dari 325,000 insinyur. Setiap tahun china membelanjakan USD 60 milliar untuk penelitian dan pengembangan. Untuk saat sekarang ini , penekanan dalam laboratorium laboratorium china diarahkan secara besar besaran pada pelatihan bagi karyawan dan manajer teknik.

Di china walau investor dimanjakan dengan kepastian laba dan keamanan investasi namun tidak mempunyai posisi tawar menawar terhadap kebijakan pemerintah yang mengutamakan pemain lokal untuk tampil dominan. Bagaimanapun bagi Yahudi yang merupakan pemilik akumulasi modal global, china adalah lahan subur bagi pengembangan dananya. Juga bagi mantan mantan konglomerat Indonesia yang bermental yahudi. Mungkin suatu saat , para yahudi yang ada di wall street akan melembaikan tangan kepada uncle sum ..bye uncle, bye everyone… Dan sebagian konglomerat kita sudah ada yang melambaikan tangan

Sunday, July 02, 2006

Totaliter

Supomo adalah ahli Hukum tata negara. Dia kita kenal salah satu pemikir dan konseptor UUD 45. Bersama dia juga ada Agus Salim seorang ulama ,yang juga politisi negarawan. Disampingnya juga ada Hatta, Ekonom yang juga agamais dan nasionalis. Juga ada Soekarno sebagai pemimpi tentang bangun Indonesia merdeka. Mereka bertemu untuk membicarakan indonesia kedepan. Semua yang hadir dalam pertemuan itu , terpesona dengan ungkapan Supomo yang berbicara berapi api tentang sebuah “ totaliter”. Republik yang akan dibangun adalah sebuah totaliter. Bukan hanya persatuan bagi seluruh rakyat tapi sebuah “kesatuan”. Inilah totaliter bangsa yang menginginkan semua yang berbeda berada dalam satu barisan yang kuat. Tak ada lagi perbedaan karena agama , ras, suku. Sebuah kebersamaan dan kesamaan. Agus Salim pun mendukung semangat Supomo itu dengan membacakan hadith Rasulullah “ Orang mukmin itu mau menjalin dan dijalin. Sementara orang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi seluruh manusia ( HR. Daruquthni ). Hatta menimpali dengan anggun semangat totaliter ini “ Persatuan itu hanya mungkin menjadi kesatuan bila ada keadilan pemimpin kepada rakyatnya. Itulah pasal 33, 34 UUD 45. Dimana kekuasaan ekonomi haruslah berada kepada rakyat, bukan kepada “ orang asing” Maka agama haruslah dikedepankan sebagai perekat. Keyakinan kepada Allah adalah satu satunya perekat dari sebuah totaliter yang diimpikan untuk kemerdekaan Indonesia.

Siapakah orang asing itu ? Kita mungkin melihat orang asing sebagai sebuah paras atau passport yang membedakan kita dengan “asing”. Kita percaya pengusiran orang asing sebagai penjajah negeri ini usai sudah. Kitapun lupa bahwa paras dapat dibentuk dalam tatarias yang sehingga menjadi mirip. Sebaliknya “wajah” adalah komunitas asing yang dekat dengan urat nadi kita. Dia ada tapi tiada. “Wajah “ asing ini hadir untuk melahirkan inspirasi yang menakjubkan tentang kebebasan. Bila kebebasan menjadi suatu konsep yang dipelajari dikampus. Maka iapun menjelma menjadi sebuah konsep yang universal dan di imani. Wajah asing , selalu tidak pernah lelah menebarkan konsep kepada siapapun. Konsep yang mencerahkan bahwa agama tidak perlu ada ruang dirumah yang bernama negara. Bila bicara tentang hak azazi, persatuan, demokrasi, keadilan social maka cukuplah menjadi ruang negara. Akibatnya totaliter kehilangan ruh.

Wajah asing itu, tidak punya kerabat, tidak punya sahabat, tidak punya bapak , tidak juga punya anak. Dia hanya punya kepentingan. Kebersamaan ( persatuan ) mungkin ada bila itu bicara “ pendapatan yang sama “ Selagi “pendapatan berbeda “ maka image harus dibangun untuk menciptakan keraguan tentang perlunya nasionalisme. Persatuan perlu untuk sebuah konpirasi menguasai sumber daya negari ini. Persatuan harus dibangun lewat voting untuk lahirnya regulasi pro kebebasan.. Fitnah dan saling curiga terbentuk sebagai sebuah cara untuk menang dalam voting. Maka kesatuan menjadi fiksi, musyawarah mufakat menjadi illusi. Totaliter yang menyuarakan keadilan akan dicap anti demokrasi, sebagai pelanggar ketertiban. Sebagai wajah lain yang harus dicerahkan tentang perlunya kesatuan terhadap globalisasi sector financial, investasi, perdagangan, media massa , budaya. Bukan kesatuan yang terhadap “Indoensia”.

“ Wajah Asing “ itu kini hadir ditengah kita walau kita tidak pernah menyadari itu. Tapi kita dapat merasakan kehadiran mereka dalam bentuk lahirnya regulasi dan amandemen UUD 45. Yang menyedihkan adalah dimana “wajah asing” itu telah menjadi kumpulan orang terhormat , yang menganggap kita juga “orang asing “bagi mereka bila kita berteriak perlunya hak gender, hak buruh, hak petani, hak orang miskin. Mungkin satu hal yang dilupakan oleh kelompok “wajah asing “. Sama seperti ungkapan Khalifah Harun AL Rasyid ketika melihat kerumunan orang mengelilingi Abdullah Bin- Al Mubarak didepan Istananya. “ Dialah raja yang sebenarnya raja, dan bukan Harun Al Rasyid, yang tak dapat mengumpulkan orang banyak kecuali dengan uang dan kekuasaan. “ Satu ungkapan sejati bahwa “ orang asing “ tidak pernah ada ruang dihati rakyat banyak, walau kumpulan massa dapat digiring dengan musik dangdut dan uang. Tapi mereka tidak akan mungkin dapat menyatukan hati manusia. . Tidak akan pernah ada bangunan kokoh tanpa kesatuan. Juga tidak ada kemerdekaan tanpa kesatuan kecuali keterpaksaan dan kompromi yang melelahkan.

HAK istri.

  Ada   ponakan yang islamnya “agak laen” dengan saya. Dia datang ke saya minta advice menceraikan istrinya ? Apakah istri kamu selingkuh da...