Thursday, July 07, 2005

The battle of life

Adakah pelajaran berharga dari Rasul tentang kekalahan yang menyakitkan ? Adakah pelajaran berharga dari Rasul , rasa senang atas kemenangan berakhir kepada kekalahan yang mempermalukan ? demikian pertanyaan yang diajukan oleh teman ketika kami berbicara tentang menyikapi kegagalan. Teman ini melanjutkan, bahwa dulu ketika Perang Uhud, pasukan Nabi yang penuh percaya diri setelah mencapai kemenangan dalam perang Badar tampil gagah berani menjemput sahid. Nabipun mengatur strategi dengan begitu rapinya. Diminta semua pasukan mentaati taktik dan strategi itu dengan sebaik baiknya. Ketika perang berlangung dengan posisi diatas angin atas musuh kafir ( pasukan Abu sofian ), terjadi kekacauan barisan pertahanan. Pasukan pemanah yang diminta untuk tetap diposisinya diatas bukit, terjun kebawah untuk ikut memperebutkan harta rampasan. Pada saat itulah kaveleri musuh dibawah pimpinan Khalid Bin Walid melakukan pukulan balik.

Tanpa terduga , serangan dari balik bukit pasukan kavelery musuh itu membuat kacau pertahanan pasukan muslim. Keadaan menjadi terbalik. Kalau tadinya Pasukan Islam sudah hampir mencapai kemenangan, kini tersudut. Akhirnya mengalami kekalahan. Dalam perang Uhud itu, banyak sahabat Rasul yang gugur termasuk pamanya Hamzah. Nabipun mengalami luka luka dalam perang itu. Bahkan sholatpun Nabi harus sambil duduk karena banyak luka ditubuhnya. Inilah kisahnya. Kata teman saya. Ini sebuah pembelajaran yang sangat mahal bagi kaum muslim ketika itu. Bahwa disiplin dalam perjuangan , disiplin mengikuti perintah panglima adalah sangat penting. Ya, dalam kehidupan sekarang ini, dalam situasi pribadi maupun organisasi maka kedisiplinan sangat penting. Dunia ini adalah the battle of life. Hanya mereka yang cerdik, disiplin dan pandai mengorganisir dengan baiklah yang akan tampil sebagai pemenang.

Seorang teman lainnya, hanyalah tamat SMU. Dia tak pernah masuk perguruan Tinggi. Tapi kemampuannya dalam mengorganisir diri telah mampu membuatnya lebih baik dibandingkan orang yang tamatan perguruan tinggi. Ketika orang lain sibuk memanjakan diri dalam pergaulan kampus, teman itu sibuk membaca buku, ikut kursu, seminar , belajar sendiri. Ketika orang lain sibuk membaca buktu diktat ekonomi dari dosen agar dapat nilai tinggi, teman ini telah membedah habis buku karangan Peter Drucker dan lain lain, Dia mendapat lebih tentang bagaimana mengembangkan pasar, menghadapi kompetisi, kemampuan berkomunikasi. Ketika orang sibuk mencapai index prestasi dikampus, teman itu sibuk merintis usaha. Ketika orang lain sibuk mencari pekerjaan setelah tamat kuliah, teman itu sudah menjadi pengusaha yang tergolong sukses. Siapakah yang menjadi pemenang ? tentu teman itu. Walau dia hanya tamatatan SMU. Hanya karena dia disiplin dan mampu mengorganisir dirinya sendiri.

Kebanyakan dari kita, merasa selalu diatas angin dengan potensi yang ada. Merasa kekayaan alam negeri hanya bisa digali lewat berdoa siang malam. Tapi lupa mengorganisir diri untuk menghadapi the battle of life. Sementara orang lain , mungkin juga orang kafir bekerja keras siang malam mengais rezeki di bumi Allah ini. China dengan komunitas diatas 1 miliar orang , dengan sumber daya alam yang terbatas, cuaca yang ekstrim, menjadi komunitas yang ulet untuk menjadi pemenang dalam perdagangan International. Ketika negara lain ,rakyatnya sibuk bagaimana memilih pemimpin yang tepat , memilih para elite, merubah strukture UU, rakyat china lebih memfocuskan diri melakukan transformasi dari masyarakat yang lemah menjadi masyarakat yang kuat lewat kerja keras dan berhemat. Ketika negara lain sibuk berkosumsi, china menjual dengan laba rendah. Akhirnya mereka memenangkan the battle of life.

Berbagai kegagalan yang datang pada diri kita. Berbagai kekecewaan yang menyakitkan akibat kalah, bahkan kita menyebutnya semua itu adalah bencana. Kita terpuruk dalam rintihan doa mengharapkan pertolongan dari Allah. Padahal ketika kakalahan itu datang, ketika kegagalan itu mendera, itulah pertolongan Allah sesungguhnya kepada kita. Ingatlah Firman Allah “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui" (QS Al Baqarah 216). Lewat peristiwa yang menyakitkan itu, Allah berdialogh dengan kita tentang sabar dan ikhlas melewati sunattullah. Bahwa masih ada proses yang terlupakan pada diri kita untuk kita lengkapi, perbaiki. Agar kita sempurna mencapai kemenangan yang sesungguhnya.

Maka tariklah hikmah dengan berpikir positip terhadap segala peristiwa yang datang dalam hidup kita. Agar kita menjadi komunitas yang kuat dan pandai mengorganisir diri dalam menghadapi the battle of life.

Monday, July 04, 2005

SEDEKAH MEMBUAT HATI MENJADI LAPANG

Melakukan kebaikan, termasuk dalam hal hal yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan menghilangkan keresahan. melakukan kebaikan di sini bisa berupa sedekah, berbuat baik, dan memberikan sesuatu yang baik kepada sesama. Semua ini merupakan satu dari sekian banyak hal yang mampu menciptakan kedamaian di dalam dada." Wahai orang orang yang beriman, belanjakanlah ( dijalan Alloh ) sebagian dari rejeki yang telah Kami berikan kepadamu ". QS. Al Baqarah : 254." Laki laki dan perempuan yang bersedekah ". QS. Al Ahzaab : 35.

Rasulullah saw menggambarkan orang yang kikir dan orang yang dermawan itu dengan dua orang yang masing masing memiliki jubah. Orang yang dermawan terus menerus memberi dan menginfakkan hartanya, sehingga jubah yang ia pakai terus melebar. Demikian pula dengan baju perangnya yang terbuat dari besi, sehingga bekas bekas telapak kakinya terhapus. Sementara itu orang yang kikir terlalu kuat memegang hartanya dan semakin hari semakin berkurang sehingga menjepit dan semakin menyempit hingga jiwanya tersendat.

" Dan perumpamaan orang orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Alloh dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak didataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka gerimis ( pun memadai ). Dan Alloh Maha Melihat apa yang kamu perbuat." QS. Al Baqarah : 265. " Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu." QS. Al Israa : 29.

Belenggu yang mengikat jiwa adalah bagian dari belenggu yang mengikat tangan. Orang orang kikir adalah orang orang yang paling sesak dadanya dan sempit akhlaknya. Mereka adalah orang orang yang kikir atas karunia Alloh. Seandainya mereka sadar bahwa apa yang mereka berikan kepada orang lain akan mendatangkan kebahagiaan, niscaya mereka akan berebut untuk melakukankebaikan ini. " Jika kamu meminjamkan kepada Alloh pinjaman yang baik, niscaya Alloh akan melipatgandakan ( pembalasannya ) kepada kamu dan mengampuni kamu." QS. At Taghaabun : 17. Alloh swt juga berfirman :" Dan, siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung." QS. Al Hasyr : 9. " Dan, mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan. " QS AlBaqarah : 3.

Semua yang ada adalah berkat Allah. Tak ada satupun yang luput dari Allah. Kita hanyalah menumpang didunia ini dan mendapatkan karunia dari Nya. Kitapun dijadikan wakilNya untuk mewujudkan keagungannya yang maha pengasih lagi penyayang. Maka sebaik baiknya perbuatan adalah menunaikan kewajibannya untuk menjadi pengasih dan penyayang pula kepada sesama. Maka tugas memberi adalah tugas wakil dari Allah. Tak ada kemuliaan lain bagi manusia yang merupakan sebaik baiknya citptaan Allah adalah ketika dia mau memberi. Yakinlah dengan segenap akal dan perasaan bahwa tak ada manusia yang abadi. Bila saatnya ajal menjemput maka tak ada satupun yang dibawa kecuali amal ibadah. Dan satu satunya amal didunia yang terus mengalir adalah infak harta, amal jariah.

Orang kaya adalah orang yang tak mampu memberi tapi mau memberi dengan apa yang dia punya. Orang miskin adalah orang yang dinilai mampu memberi tapi tak mau memberi. Artinya kaya harta adalah kaya hati yang tak pernah berhenti bersyukur dan memberi karena Allah. Maka berderma adalah jalan indah menuju kepada Allah. Bila sudah dekat kepada Allah maka tak ada yang lebih baik didunia ini. Itulah harta yang tak ternilai.

TABAH MENGHADAPI MUSIBAH

Ketika saya masih remaja usia belasan tahun , Paman saya pernah berkata bahwa satu hal yang dibenci kadang mendatangkan kesenangan, satu hal yang disukai kadang mendatangkan kesusahan. Janganlah merasa aman dengan kesenangan, karena bisa saja ia menimbulkan kemudharatan. Janganlah merasa putus asa karena kesulitan, karena bisa jadi akan mendatangkan kesenangan. Allah Ta'ala berfirman, artinya: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.Al-Baqarah:216). Setelah melewati usia dewasa dan kini sudah menjelang usia tua, saya mendapatkan hikmat teramat luas dari makna nasehat itu. Apalagi saya temukan firman Alalh tentang itu.

Memang benarlah bahwa segala cobaan itu ada batasnya disisi Allah. Jangan mengucapkan kata-kata makian, karena satu kata yang mengalir dari lidah, dapat membinasakan seseorang. Seorang mukmin yang kuat akan tegar menghadapi beban berat. Hatinya tidak akan berubah dan lisannya tidak akan mengutuk. Redamlah musibah itu dengan mengingat janji pahala dan kemudahan dari Allah, sehingga cobaan itu berlalu tanpa kita mengutukinya. Orang-orang berakal selalu menunjukkan ketegaran dalam menghadapi musibah, agar mereka tidak mendapatkan ejekan dari musuh-musuh mereka. Karena bila mereka menampakkan musibah itu, para musuh mereka akan merasa senang dan gembira. Sebaliknya menutup-nutupi musibah dan derita kelaparan adalah sifat orang-orang mulia. Ketabahan akan membendung bencana.

Demikian cepatnya masalah itu berlalu, bila dihadapi dengan ketabahan. Paling kita hanya harus tabah menghadapi hari-hari yang pendek dalam hidup kita. Orang-orang yang binasa mengalami kebinasaan mereka hanya karena mereka tidak memiliki ketabahan. Orang-orang yang tabah, akan mendapatkan pahala terbaik Firman Allah: "Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(An-Nahl:96). Dan firman Allah, artinya:"Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang kami rizqikan kepada mereka, mereka nafkahkan.Al-Qashash:54).

Allah tidak pernah menahan sesuatu untukmu, wahai orang yang tertimpa musibah ( get trouble ), melainkan karena Allah akan memberimu sesuatu yang lain. Allah hanya mengujimu, untuk memberi keselamatan kepadamu. Allah hanya memberimu cobaan, untuk membersihkan dirimu. Selama masih ada umur, rezeki pasti akan datang. Allah berfirman: Tidak ada yang melata dibumi ini melainkan rezekinya ada disisi Allah.Huud:6). Bila dengan kebijaksanaan-Nya, Allah menutup sebagian rezeki, pasti Allah akan membukakan pintu rezeki yang lain yang lebih bermanfaat. Cobaan, justeru akan mengangkat derajat orang-orang shalih dan meningkatkan pahala mereka.

Shahabat Sa'ad bin Abi Waqqash mengungkapkan: "Aku pernah bertanya,"Wahai rasulullah! Siapakah orang yang paling berat cobaannya?Beliau menjawab:"Para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berturut-turut menurut tingkat keshalihannya. Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, akan ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan dimuka bumi ini tanpa dosa sedikitpun.(HR Bukhary). Seorang ulama mengungkapkan: "Orang yang diciptakan untuk masuk Surga, pasti akan merasakan banyak kesulitan. Musibah yang sesungguhnya adalah yang menimpa agama seseorang. Sementara musibah-musibah selain itu merupakan jalan keselamatan baginya. Ada yang berfungsi meningkatkan pahala, ada yang menjadi pengampun dosa. Orang yang benar-benar tertimpa merana adalah mereka yang terhalang dari mendapatkan pahala.

Tidak usah risau dengan hilangnya sebagian dunia. Karena keberadaannya hanyalah satu kejadian, membicarakan dunia justeru menimbulkan kesedihan, jalan-jalan untuk mendapatkannya sarat dengan duka. Dalam mencari dunia, manusia akan tersiksa sebatas rasa dukanya. Orang yang senang mendapatkan dunia pada hakikatnya adalah orang yang sedih. Berbagai kepedihan bermunculan dari kenikmatan dunia. Berbagai kesedihan justeru lahir dari kesenangan dunia. Jadi benarlah, baik yang kita rasa belum tentu baik hasilnya. Buruk yang kita rasa belum tentu buruk hasilnya. Sesuai dikata hati tak sesuai dikehendak hati. Akan selalu begitu. Tabahlah karena Allah senantiasa berdialogh lewat berbagai peristiwa dalam hidup kita, yang semuanya tak meminta kita untuk mengerti tapi meminta kita percaya bahwa Dia Pengasih lagi Penyayang.

KETIKA DERITA TAK BERUJUNG

Ketika krisis moneter melanda negeri ini maka kita disadarkan tentang bahaya penurunan stabilitas moneter nasional.. Seluruh sector ekonomi tumbang . Indonesia tidak logi sebagai ladang investasi yang menarik bagi investor asing. Bahkan banyak investor asing yang sudah menanamkan modalnya di Indonesia justru ikut henkang. Kita prihatin dengan situasi ini. Karena itu berarti angka pengangguran semakin meningkat. Baik karena gelombang PHK maupun tumbuhnya angkatan kerja baru. Kita juga menyadari bahwa akibat gelombang PHK akan berimplikasi kepada kemiskinan. Akan semakin banyaknya rumah tangga yang hancur, suami istri yang bercerai. Yang masih bertahan , tentu harus menghadapi penderitaan dengan semakin banyaknya jumlah anak anak terlantar tidak punya masa depan dan kurang gizi.

Sementara disekitar puluhan juta rakyat yang didera kemiskinan , ada sekelompok masyarakat yang hidup bergelimang harta tak terbilang. Mereka adalah pejabat, anggota dewan , mereka yang dekat dengan penguasa. Di hotel hotel berbintang setiap hari terjadi loby business antara mediator dengan pejabat, anggota dewan. Loby terjalin dengan sangat harmonis karena bermuara dengan satu tujuan mendapatkan keuntungan pribadi. Maka lihatlah hasilnya. Penjualan asset BPPN yang hanya mampu memasukkan 30% dari nilai asset, sementara Negara melalui APBN menanggung hutang dan bunga obligasi rekap sebesar 100%. Penjulanan Saham BUMN yang dibawah nilai. Pelepasan konsesi tambang Migas kepada pihak Asing yang merugikan Negara. Pengucuran kredit bank milik Negara yang penuh masalah criminal. Penggusuran tanah milik rakyat untuk tujuan pembangunan rumah mewah. Penggusuran pedagang kaki lima. Penggarukan para tunawisma tanpa perlindungan kemana mereka akan ditempatkan. Dan banyak lagi impilikasi yang semakin melemahkan Negara dan menyengsarakan rakyat. Komunitas elit politik sudah menjadi team yang solid untuk menindas rakyat yang berbalut musang berbulu domba. Hal ini sudah disinyalir dalam Alqur’an "Dia berkata, 'Sesungguhnya raja-raja, apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.'" (QS. An-Naml: 34).

Para penguasa/pejabat selalu punya dalih untuk membenarkan segala kebijakan dan tindakannya yang menindas rakyat. Juga hal ini sudah disinyalir dalam Alqur’an "Dan bila dikatakan kepada mereka, 'Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,' mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.' Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (QS.Al-Baqarah: 11- 12)

Dalam ayat ini Allah menyebut mereka sebagai orang yang tidak sadar, kenapa? Karena mereka telah tertipu oleh hawa nafsunya sendiri . Kesadarannya terhijab oleh berbagai ambisi dan berbagai kepentingan pribadi. Akibatnya, semua yang dilakukan dianggap sebagai kebenaran,sementara orang lain dianggap bodoh, tidak mengerti.Oleh karenanya, mereka mudah tersinggung jika dikritik. Mudah naik pitam bila ada yang mengingatkan. Peringatan dan kritikan, sebaik apapun, dianggap merongrong kewibawaan. Hal itu bisa berarti menggerogoti kekuasaan. Orang-orang yang memberikan peringatan secaratulus sekalipun harus rela diposisikan sebagai lawan atau oposan.

Allah merekam sangat baik apa saja yang sudah dan bakal terjadi. Ulah manusia, termasuk para penguasanya diabadikan Allah dalam al-Qur'an, agar menjadi pelajaran bagi semua, termasuk siapa saja yang mendapat amanah sebagai pemimpin ummat. Tak salah jika Allah menampilkan sederet pemimpin yang baik beserta seluruh lakonnya, dan pemimpin jahat dengan seluruh manipulasinya. Terhadap pemimpin yang selalu menganggap orang lain bodoh, Allah memberikan peringatan agar kembali sadar bahwa sesungguhnya merekalah yang bodoh. "Apabila dikatakan kepada mereka, 'Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang yang beriman,' mereka menjawab, 'Akankah kami beriman sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?' Ingatlahsesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu." (QS. Al-Baqarah: 13)

Sekali lagi Allah menyebut mereka tidak tahu. Hal ini bukan karena mereka berpengetahuan rendah atau kurang pintar. Mereka pandai, tapi kepandaiannya justru menutupi kesadarannya sendiri. Kesombongannya telah menjadi hijab turunnya hidayah. Mereka ini sebenarnya bukansekadar tidak tahu, tapi mereka tidak tahu bahwa diri mereka tidak tahu. Sebenarnya tidak harus diperhadapkan antara kaum lemah dan para penguasa. Rakyat dan pemerintah itu sebenarnya satu kesatuan yang tidak saling berlawanan. Pemerintahan itu dibentuk oleh rakyat dan menjalankan amanah kerakyatan. Hanya dalam kenyataan lebih sering terjadi penyimpangan. Ada kecenderungan pemerintah atau para penguasa berdiri di atas rakyat sambil menyepak dan menginjak-injaknya.

Tentu tidak semua penguasa berlaku seperti itu. Al-Qur'an sendiri menampilkan beberapa penguasa dan raja yang adil bijaksana. Di antara mereka adalah Daud, Sulaiman, juga Yusuf. Meskipun mereka adalah penguasa tapi sangat santun pada rakyatnya. Mereka bukan saja peduli, tapi hidup di tengah-tengah mereka. Tentu kita rindu pemimpin yang amanah. Yang karenanya kita diwajibkan untuk tunduk dan patuh kepadanya. Sebagaimana firman Allah "Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. Ali Imraan: 59)

Dengan tekad Presiden untuk membrantas Korupsi maka kita berharap ini dapat menunaikan amanah penderitaan rakyat. Amanah keadilan bagi rakyat. Tapi apakah presiden berani membarantas komunitas elit politik dibalik pelaku pelaku korupsi tersebut. Apabila otak dibalik konspirasi korupsi tersebut tidak dibrantas lebih dulu maka Pemberantasan korupsi hanyalah drama yang tak berujung. Derita rakyat pun tak berujung. Lambat atau cepat , bila ini terus berlangsung , maka akan muncul sekelompok mujahid Allah yang berani untuk merubah secara revolusioner . Keberanian untuk melaksanakan perintah Allah "Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang tertindas, baik laki-laki, wanita-wanita, maupun anak-anak, yang semuanya berdo'a, 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri yang zhalim penduduknya ini, dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau.'" (QS. An-Nisaa: 75).

Hal tersebut diatas telah dibuktikan. Di tahun 1945 , Segelintir pemuda bagkit mendorong semangat jihad bagi penduduk negeri ini dalam rangka mengusir penjajah asing. Asing tau lokal sama sama menjajah bila hak rakyat diabaikan. Sejarah akan berulang bila derita rakyat tak berujung. Allah akan mengakhirinya dengan caranya sendiri.

Sunday, July 03, 2005

PEMAAF

Sulit untuk memahami bagaimana mungkin sahabat yang begitu saya percaya akhirnya mengkianati saya. Karenanya saya terjebat dalam masalah besar yang tidak mudah saya atasi. Ditengah masalah itu, yang pertama saya lakukan adalah memaafkan teman itu. Karena kalau saya tidak maafkan maka saya tidak akan punya power cukup untuk menyelesaikan masalah itu. Semakin saya memaafkan teman itu, semakin saya melupakan sebab dan penyeba masalah. Saya lebih focus untuk segera mungkin mengatasi masalah dan kemudian keluar dari masalah. Ketika masalah itu selesai teratasi, saya mendapatkan kepuasan tak terhingga. Apa itu ? Saya bisa menyelesaikan masalah tanpa kehilangan sahabat walau karenanya saya telah menderita. Masalah tidak membuat saya dendam dan benci ,apalagi putusnya persahabatan. Apakah saya salah dengan sikap ini ? Saya tidak tahu. Yang pasti karena itu saya merasa bahagian karena itu.

Suatu hari, Abdullah bin Ubay, bertekad menghancurkan kekuatan umat Nabi Muhammad SAW. Berbagai cara telah dilakukan, di antaranya selalu mencari kesempatan untuk membunuh Rasulullah dan mendalangi penyebarah hadits al-ifk (berita bohong) tentang Siti Aisyah putri Abu Bakar Ash-Shiddiq. Gara-gara terpengaruh peristiwa ini, Abu Bakar bersumpah hendak memutus tali silaturahim dengan sahabat karibnya Masthah. Padahal, Abu Bakar telah lama membantu dan menjamin kebutuhan hidup karibnya itu. Lalu turunlah ayat, "Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Penyayang," (Q.S. 24:22). Abu Bakar pun memaafkan karibnya.Sikap khalifah pertama ini bercermin pada perilaku uswah hasanah Rasulullah. Nabi tak pernah dendam, dengki, atau benci, sekalipun hati beliau sering disakiti karena berkali-kali ditimpa hasutan dan fitnah orang kafir dan musyrik Quraisy. Malah, beliau bersikap baik dan memaafkan, termasuk kepada Abdullah tadi.

Dalam hadis lainnya yang dirawikan Ath-Thabrani dari Ubadah bin Shamit, nabi SAW menjelaskan kriteria manusia mulia dan berderajat tinggi di hadapan Allah dan manusiat. Tali persaudaraan dan solidaritas sosial kita akan semakin kokoh, apabila jiwa kita dihiasi sifat pemaaf, pemurah, sabar dan toleran. Suatu saat, Nabi Muhammad SAW berkumpul dengan para sahabat dan bersabda. "Maukah kalian kuinformasikan tentang sesuatu yang dengannya Allah memuliakan (manusia) dan mengangkat derajatnya?" Ya," jawab mereka. Rasulullah melanjutkan, "Kalian bersabar terhadap orang yang tidak mengenalmu. Kalian memaafkan orang yang pernah menganiayamu. Kalian memberi (sesuatu) kepada orang yang tak pernah memberimu. Dan, kalian menyambung (kembali) tali silaaturahim orang yang telah memutuskannya denganmu."

Kita pun dalam hidup ini tentu pernah menghadapi seorang yang berbuat salah atau keliru.Islam mengajarkan agar kita selalu membuka pintu maaf kepada setiap kesalahan. Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, memaafkan termasuk perasaan jiwa seseorang untuk bersikap toleran terhadap orang zalim, pendengki, dan pendendam . Ketika kita memaafkan seseorang, berarti kita telah rela menghilangkan hak kita pada orang tersebut, dan kita membebaskan bebannya kepada kita sehingga tidak menimbulkan permusuhan. Bukankah Islam tidak menghendaki kaum muslimin saling bermusuhan? Karena itu, sikap tidak pemaaf merupakan kehinaan dan kerendahan hati kita. Memaafkan berarti menekan atau menahan sifat egois dan emosi kita kepada orang lain. Memaafkan merupakan perbuatan mulia yg dapat meningkatkan kualitas takwa kita kepada Allah.

"Dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah melihat segala apa yang kamu kerjakan," (Q.S. 2:237). Tebarkan kasih sayang kepada sesama dengan mengentalkan sifat pemaaf disetiap saat dan bukan hanya sekedar ritual di Idul Fitri.

Saturday, July 02, 2005

MENGHAYATI AL-QUR'AN DAN BUKAN MENGHAPAL

Dimanakah Allah? Demikian tanya teman saya. Saya hanya diam. Kemudian teman ini menjawab sendiri pertanyaannya, Allah ada disini katanya sambil menunjuk kedadanya.. Bagaimana kamu tahu ? tanya saya. Karena Allah sendiri berkata kepada saya. Jawabnya seketika. Tahukah kamu, lanjutnya. Allah berbicara banyak tentang banyak hal kepada kita. Dia bicara. Ingat , Dia bicara. Karena Dia maha pencipta dari segala pencipta maka tentu Dia berbicara segala hal yang baik untuk ciptaannya. Dia ajarkan segala hal agar kita bisa melewati hukumnya, ketetapannya tentang syariat menuju hakikat. Tak ada satupun yang terlupakan untuk Dia sampaikan. Dari urusan yang bisa kita reka dengan akal yang terbatas ini sampai pada hal yang tak terjangkau dengan akal kita. Apa itu.Ya rahasia tentang diri kita. Rahasia tentang Dia sendiri. Itu semua ada dalam Al Quran. Yang disampaikan melalui rasulnya. (Q.S. 62; 2 ).

Al-Qur’an turun dari alam ghaib ke alam nyata, dari posisi yang sangat tinggi ke posisi yang dapat dipahami, meskipun demikian, di dalam al-Qur’an terdapat tema-tema yang dapat dipahami oleh semua orang; baik oleh a’rif, awam, a’lim, maupun oleh orang yang tidak terpelajar. Tapi dalam Al-Qur’an juga terdapat tema-tema yang hanya dapat dipahami oleh Anbiya’ dan Auliya’ saja, sementara kita dapat memahaminya melalui penjelasan mereka. Di samping itu, di dalam al-Qur’an terdapat penjelasan-penjelasan mengenai politik, sosial, pendidikan, bahkan militer dan sebagainya. Semua ini untuk dipahami dan ditarik manfaatnya oleh umat manusia, sesuai kapasitas masing-masing. Al-Qur’an adalah nur, cahaya, sebagaimana ungkap al-Qur’an sendiri, sedangkan kotoran yang ada dalam diri seseorang adalah tirai, hijab, yang menghalanginya memahami al-Qur’an. Oleh karena itu, selama hijab ini belum terurai, maka muslahil ia dapat memahami al-Qur’an, karena selamanya tirai menghalangi masuknya cahaya.

Boleh jadi seseorang merasa bahwa ia telah memahami al-Qur’an, tetapi selama ia belum keluar dari kegelapan hijab yang menutup hatinya, masih menjadi tawanan hawa nafsunya, rasa ujubnya, dia tidak akan mampu menerima pantulan cahaya itu ke dalam hatinya. Karena itu jika seseorang ingin memahami hakikat al-Qur’an, bukan sekedar pemahaman lahiriyah, tapi betul-betul pemahaman hakiki, sehingga setiap kali membaca al-Qur’an semankin meningkat ke tangga kesempurnaan dan semakin dekat ke sumbar cahaya dan sumber tertinggi, maka ia harus mengangkat tirai itu. Dan kalian adalah tirai bagi diri kalian sendiri. Karena kalian harus mengangkatnya supaya dapat memahami nur ini seperti apa adanya dan sebagaimana yang dapat dipahami oleh anak manusia. Dengan demikian, salah satu tujuan pengutusan Rasul ialah pengajaran al-Kitab dan al-hikmah sesufah tazkiyatun-nafs, pensucian diri.

Ayat pertama yang turun pada Nabi saw adalah firman Allah iqra’ bismi rabbika, bacalah dengan nama Tuhanmu. Ayat ini telah menyeru belajar dan membaca sejak dari pertama. Dalam ayat ini juga tercantum “ "Ketahuilah sesungguhnya manusia ketika melihat dirinya berkecukupan melampaui batas, tagha," (Q.S. 96 : 6 ). Ini artinya bahwa sikap melampaui batas, tughyan, merupakan salah satu kejahata utama. Ia harus dihilangkan, dan caranya hanya melalui pencucian diri dan mempelajari al-Kitab dan al-hikmah.

Dalam diri manusia terdapat suatu watak bahwa ketika ia mendapatkan dirinya berkecukupan dalam satu masalah, ia cendrung bersikap melampaui batas atau tughyan dalam masalah itu. Misalnya ketika ia merasa berkecukupan dalam masalah harta, muncul dalam dirinya sikap tughyan dalam masalah harta. Demikian pula ketika ia merasa berkecukupan dalam masalah ilmu atau kedudukan, maka sikap tughyannya terjadi pada masalah keilmuannya dan kedudukannya. Firaun, bersikap tughyan, sebagaimana diungkapkan langsung oleh Allah, karena dia mencapai posisi duniawi tanpa kesucian diri dan tanpa didasarkan pada tujuan Ilahi. Dan memang, setiap orang yang mencapai posisi duniawi tanpa kesucian diri tanpa didasari oleh kesucian diri akan melakukan tughyan ini. Semakin tinggi posisi duniawinya semakin tinggi tughyannya. Karena itu Nabi diutus untuk menyelamatkan manusia dari sikap tughyan ini, membersihkan jiwa mereka, mengeluarkan mereka dari kegelapan. Maka jika semua orang berhasil disucikan seluruh alam ini akan menjadi nur.

Perselisihan dan pertentangan yang terjadi di antara anak manusia dan di antara para penguasa bersumber pada tughyan ini. Seseorang yang mencapai suatu posisi duniawi tertentu muncul dalam dirinya sikap tughyan ; ia tidak puas dengan posisinya sekarang; ingin lebih tinggi lagi. Ini mendorongnya melakukan tindakan kejahatan terhadap orang lain, yang degan sendirinya melahirkan perselisihan dan pertentangan. Tidak berbeda, apakah perselisihan itu pada tingkat tinggi atau tingkat rendah. Apakah antara kalangan pedasaan atau tingkat kekuasaan tinggi. Semuanya adalah karena tughyan. Dan semakin tinggi posisi seseorang dan semakin tinggi pula tughyannya.

Mereka yang mencintai negeri ini, yang mencintai Islam, dan percaya bahwa Islam penyelamat manusia, hendaknya betul-betul memperhatikan ajaran yang sangat penting ini dalam Islam, yang tercermin dalam firman Allah "Sesungguhnya manusia itu ketika melihat dirinya merasa cukup ia akan melampaui diri," tagha. Mereka yang percaya pada kebangkitan yang bersifat Ilahi dan sesungguhnya tujuan dari kebangkitan itu adalah menunjukkan jalan kebenaran kepada umat manusia harus betul-betul memperhatikan masalah ini sebagaimana yang difirman Allah dalam ayat 96 :6 di atas. Karena pensucian diri adalah muddimah bagi penerimaan cahaya hidayah. Selama kalian tidak mensucikan diri kalian, niscaya kalian akan selalu bersikap tughyan. Selama kalian tidak mensucikan diri kalian, maka ilmu akan berbahaya buat diri kalian, bahkan bahayanya melebihi apa pun juga. Selama kalian belum mensucikan diri kalian, maka kedudukan sangat berbahaya bagi kalian, dan semua itu akan membawa kalian pada kecelakan dunia dan akhirat.

Renungkan semua itu.

BILA BANGSA KITA MAKMUR ?

Duhai sahabatku , demikian awal email yang kuterima dari sahabatku dari negeri jiran. Lihatlah disekelilingmu begitu banyak nikmat Allah yang bertaburan. Allah memberikan kalian nikmat Alam dan nikmat iman tapi mengapa kalian tetap hidup dalam derita dan sansai tak berkesudahan. Padahal begitu banyak kesempatan yang bisa kalian perbuat untuk kemakmuran negeri kalian , bahkan mungkin bisa pula membahagian orang dibelahan negara lain dilanda kekeringan. Ada apa sebetulnya dengan kalian. Dimanakah kesalahan itu. ? Mengapa berganti rezim masalah keadilan sosial tak kunjung tuntas diselesaikan. Mengapa sumber daya alam semakin dibiarkan orang asing menguasainya sementara kalian tetap menjadi bangsa pengemis. Bukankah kalian semua beriman ? Demikianlah email dari teman itu. Saya bisa maklum bila bertanya dan bertanya.

Sebetulnya pertanyaan itu mudah dijawab semudah melihat kenyataan yang dirasa maupun dilihat. Betapa tidak. Ada empat hal yang menjadi penyebab dan sekaligus menjadi jawaban dari pertanyaan itu. Apa penyebab yang keempat itu, ? Pertama Mengakui keberadaan Allah tapi tidak Mencintai Allah. Kedua, Mengakui keberadaan Rasulullah tapi tidak mencintai Rasul, ketiga, Mengakui keberadaan Iblis tapi enggan untuk memeranginya. Keempat Mengakui kematian itu suatu hal yang pasti tapi hidup merasa tak akan mati. Empat hal inilah yang sampai Allah berkata kepada manusia ” apakah kamu tidak berpikir”. Ya karena hal itu bukanlah hal yang sulit dipahami bila nikmat Allah yang terbentang akan menjadi rahmat sebaik baiknya bila kita mau saja berpikir. Benarkah ?

Kita mengakuti keberadaan Allah tapi tidak mencintai Allah. Kita percaya kekuasaan Allah. Kita akui kebesaran Allah. Kita akui nikmat yang bersumber dari Allah. Kita turuti semua shariat Agama. Tapi kita tidak pernah mencintai Allah. Kecintaan kepada Allah haruslah tanpa sekutu apapun dan dalam bentuk apapun. Cinta kepada Allah adalah kemauan untuk berkorban melaksanakan hak Allah dengan ikhlas. Kita mengakui Cinta Allah tapi kita terlalu cinta kepada keluarga, kepada kekuasaan, kepada jabatan , kepada kendaraan, kepada harta , kepada wanita, kepada semua yang bernama materi. Sehingga untuk mencapai cinta selain allah itu , maka kita pun tidak peduli dengan hak Allah. Apakah ini yang dinamakan cinta kepada Allah ??? Bila kenikmatan cinta selain Allah itu berlalu dari kehidupan kita karena diambil oleh yang Maha Pemberi , maka kitapun kembali mendatangi Allah. Menangis tersedu sedu , meratapi ketidak adilan. Karena kasih Allah , maka kita diingatkan akan makna Hak pemilik Cinta tapi malah kita berpikir negatif kepada Allah. Pantaskah rahmat akan datang kepada kita?

Kita mengakui keberadaan Rasulullah tapi tidak mencintai Rasul. Kita dengungkan setiap saat shalawat kepada Rasulullah. Tapi kita enggan meniru sifatnya. KIta tidak perlu meniru banyak sifat kebaikan dari rasulullah sebagai kekasih Allah. Tapi setidaknya cukup kita meniru dua hal dari Rasulullah yaitu sifat kasih sayang dan Sabar. Tapi sifat ini sangat sulit kita terapkan dalam kehidupan. Kita engga menebarkan kasih sayang. Kita tunaikan zakat bila Idul Fitri karena jumlahnya secuil tapi kita enggan berzakat harta apalagi bersadakah , berjihad mengorbankan harta dijalan Allah. Ya kita lakukan mungkin sadakah tapi itu hanyalah sepermil dari harta kita. Itu sama saja mempermainkan sifat kasih sayang yang sebenarnya. Jauh dari sifat kasih sayang rasulullah dan para sahabatnya. Soal kesabaran , kita sangat sulit sekali sabar. Tak Sabar menahan godaan nafsu kekuasaan yang cenderung menjadikan kita sebagai penindas.. tak Sabar menahan godaan nafsu harta , yang cenderung menggiring kita menjadi tamak dan sombong.. Tak Sabar menahan godaan wanita , yang cenderung menggiring kita kepada kehinaan. Tak Sabar menahan godaan kemiskinan, yang cenderung membuat kita kufur. Apabila dua sifat ini , jauh dari qalbu kita maka jangan terkejut bila rahmat Allah pun akan tercabut dari kehidupan bangsa kita.

Ketiga. Mengakui keberadaan Iblis tapi enggan untuk memeranginya. Kita mencap orang yang tidak disukai dengan sebutan “Iblis. Tapi justru kita sendiri menjadi budak Iblis. Begitu mudahnya , harta, wanita, kedudukan , kemiskinan menjadi kendaraan Iblis untuk menggilas kita. Bahkan ada diantara kita yang mau pergi kehutan atau kekuburan orang saleh atau kegunung untuk mendapatkan berkah pangkat , keluarga , pekerjaan , bisnis., yang semuanya bersumber dari Iblis. Adapula diantara kita yang rela menggunakan kekuatan sihir atau perdukunan untuk menyingkirkan orang yang tidak kita senangi. Karena iblis itu tidak akan menghasilkan manfaat kecuali kehinaan dihadapan Allah. Apakah pantas kita mengharapkan rahmat Allah bila kita telah menjadi budak Iblis.

Keempat. Mengakui kematian itu suatu hal yang pasti tapi kita hidup merasa tak akan mati. Setiap ada teman atau keluarga yang meniggal maka kitapun ikut menangis. Bahkan kita jadikan kematian itu suatu upacara dari tujuh hari sampai seribu hari. Tapi kita tidak pernah diingatkan akan kematian. Dimana amal sebagai bekal adalah segala galanya . Kita terlena ketika badan sehat. Kita terlena ketika harta melimpah. Kita terlena ketika berkuasa. Kita senang mengejar yang semu tapi melupakan yang hakiki dihadapan Allah. Kita melihat dan menyaksikan sesuatu yang pasti tapi kita tidak menghayati kepastian itu. Bahwa semuanya harus ada perhitungannya dihadapan Allah ketika ruang dunia tempat bersemayam tertutup bagi kita dan digantikan oleh Alam barzakh ( kubur ). Bila sudah begini maka jelaslah kita memang pantas untuk dilupakan dari rahmat allah.”

HAK istri.

  Ada   ponakan yang islamnya “agak laen” dengan saya. Dia datang ke saya minta advice menceraikan istrinya ? Apakah istri kamu selingkuh da...